Bab 25
Lengan Devan yang panjang dan kuat mengurung tubuhku erat‑erat. "Sekarang kamu punya harga diri, ya? Saat kamu masuk bekerja di Klub Gempita, saat kamu minum dan menemani para pria itu, ke mana harga dirimu waktu itu?"
"Jangan bilang kamu butuh uang! Kalau kamu butuh uang, kamu bisa datang padaku! Kalau demi harga dirimu yang naif itu aku harus 'membiayaimu', maka setiap uang yang kamu dapat dariku dengan berusaha menyenangkan aku, itu tetap hakmu!"
Begitu kata‑katanya jatuh, tubuhnya langsung menekan ke arahku. Tangannya mencengkeram daguku, dan ciumannya datang seperti badai. Mendadak, kuat, dan tak memberi celah untuk melawan.
Tanganku juga ditahan, jarinya merambat lalu mengait jari‑jariku satu per satu, sampai akhirnya sepuluh jari kami saling bertaut. Aku bahkan tak mampu mengucapkan satu kalimat pun.
Devan seakan hilang kendali. Gerakannya mendominasi, seakan ingin menguasaiku di mobil itu, saat ini juga.
Air mataku jatuh tanpa henti. Meski hatiku remuk, saat dia terus menciumku

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda