Bab 24
Devan langsung merampas surat utang itu dari tanganku dan menatapnya tajam. "Melia, hanya demi 100 juta kamu rela pergi ke tempat itu, menemani pria hidung belang minum, bahkan sampai disentuh dan dicium oleh mereka, begitu?"
"Maksudmu apa? Kamu kira aku mau disentuh dan dicium oleh mereka?"
Aku menatapnya dengan tak percaya. Tidak kusangka dia bisa berkata seperti itu.
Beberapa saat lalu, dia masih melindungiku di depan banyak orang. Tapi sekarang, justru dia sendiri yang menginjak-injak harga diriku. Hidungku tiba-tiba terasa perih, mataku panas, dan air mata hampir jatuh.
Aku segera memalingkan wajah ke jendela, membiarkan air mata itu mengalir keluar.
Sejak kecil sampai sekarang, aku sudah mendengar terlalu banyak kata‑kata menyakitkan.
Mereka bilang akulah yang membuat ibuku pergi, aku hanya beban untuk ayahku, dan aku adalah anak sial yang menyeret hidupnya jatuh. Mereka juga mengatakan kalau saja anak pertama yang lahir itu laki‑laki, hidup ayahku akan berbeda, kariernya akan ce

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda