Bab 6
Karena Aleya baru saja menjalani operasi, Jackson memaksa mengubah tiket pesawatnya menjadi dua minggu kemudian.
Sehari sebelum keberangkatan, Aleya pulang sendirian untuk menyiapkan dokumen.
Mobil pun berhenti di gerbang kompleks. Saat Aleya baru turun, dia mendengar deru beberapa mobil sport di belakangnya.
Sebuah mobil sport pun berhenti dan jendelanya diturunkan, memperlihatkan wajah yang familier.
"Loh, ini bukannya Kak Aleya?"
Aleya ingat, pria ini adalah "kreditur" yang pernah diperkenalkan Haris padanya sekaligus salah satu pemegang saham Grup Rails, Beni Jared.
Haris turun dari mobil di belakang. "Aleya, kenapa kamu di sini?"
Aleya menahan rasa jijik dalam hatinya dan memalingkan wajahnya. "Mau mengambil dokumen."
"Oh!" Beni sontak teringat sesuatu. "Tim yang pergi ke Benua Afrido untuk bisnis akan terbang besok."
Sorot tatapan Haris mendadak terlihat lebih lembut. "Ya oke, kamu kumaafkan atas apa yang telah kamu lakukan pada Lena. Besok aku dan Aldino akan mengantarmu ke bandara. Begitu kamu pulang lagi, kita pasti akan menjalani hidup dengan nyaman."
"Hmm." Aleya tidak ingin meladeni Haris lebih lanjut, dia berbalik dan berjalan ke dalam kompleks.
Dari belakang, suara ejekan beberapa orang itu langsung terdengar.
"Hahaha! Kamu ini, ternyata kamu benar-benar menjinakkan Kak Aleya seperti anjing."
"Kak Aleya saja sudah terlihat seperti kumbang dengan korset itu, tapi dia masih bertekad bekerja demi melunasi utangmu. Benar-benar menyedihkan. Hahaha!"
Haris memandang punggung Aleya yang berjalan tertatih dan tersenyum kecil penuh kemenangan.
Dia merasa sangat senang, jadi dia akhirnya mengajak beberapa temannya yang berandalan itu untuk bersenang-senang sampai subuh.
Pukul tujuh pagi, alarm pun berbunyi. Beni segera disuruh pergi ke institusi desain untuk mengawasi.
"Lea baru operasi pinggang, jadi kamu tugaskan orang proyek untuk mengawasinya agar jangan sampai ada apa-apa."
"Aduh, Tuan Muda Haris memang penyayang wanita deh," ejek salah seorang.
Beni tiba lebih awal di institusi desain. Bus tampak sudah diparkir di depan gerbang, beberapa orang insinyur siap berangkat.
Si kepala institusi pun menyambut sambil tersenyum, "Pak Beni, semuanya sudah hadir dan kita akan segera berangkat."
Beni memeriksa daftar orang yang akan pergi dinas, lalu mengernyit. "Tunggu dulu, masih kurang satu orang."
"Siapa?"
"Mana Aleya?"
Si kepala institusi pun menjadi kebingungan. "Aleya? Dia langsung mengundurkan diri begitu kembali dari Benua Afrido."
Rasanya kepala Beni jadi pusing.
Dia sontak berkeringat dingin. Dia memandangi nomor telepon Haris, ragu sebaiknya menelepon atau tidak.
Di sisi lain, Aleya sudah naik mobil Haris dan melaju cepat menuju bandara.