Bab 5
Ketika Aleya sadar kembali, dia sudah berada di rumah sakit dengan perban tebal melilit pinggangnya.
Suasana kamar rawatnya tidak hening.
Karina tampak sedang bertengkar hebat dengan Haris dengan ekspresi yang sangat marah.
Malena berada di samping tempat tidur sambil menunduk dan menangis, suaranya terdengar pelan dan tertahan. "Nona Aleya, aku benar-benar nggak bermaksud ... Aku nggak tahu kalau memijat saat fase akut bisa menyebabkan kelumpuhan ... "
"Lumpuh?" Aleya sontak tersentak kaget.
"Lea, kamu sadar!"
Karina dan Haris pun berhenti bertengkar, lalu langsung menghampiri Aleya.
"Lea jangan khawatir, Jackson sendiri yang mengoperasimu dan operasinya berjalan sangat lancar. Kamu istirahat saja, nggak akan ada efek samping apa pun."
Jackson Puspita adalah kakak laki-laki Karina sekaligus dokter spesialis bedah top dunia.
"Bukannya dia lagi di Negara Maldifa?"
Karina menyeringai. "Iya, tapi begitu dengar kamu mau cerai ... "
"Lea!" Ekspresi Haris terlihat panik. "Karena operasimu berjalan lancar, nanti saat polisi datang, tolong jangan tuntut Lena, ya?"
"Polisi?"
"Iya, aku yang lapor polisi!" Karina mendongak. "Katanya jalang satu ini memijat pinggangmu saat kamu tidur lelap dan nyaris membuatmu lumpuh! Bukannya itu namanya percobaan pembunuhan? Terus, kenapa perempuan ini ada di rumahmu?"
Tangisan Malena hampir pecah. "A ... aku bekerja sebagai ahli gizi untuk Aldi. Aku bisa sedikit memijat, tapi nggak kusangka ... "
Aleya memejamkan matanya. "Lihat saja nanti apa kata polisi."
"Aleya!" Ekspresi Haris berubah menjadi marah. "Lena kan sudah minta maaf padamu! Apa kamu harus memaksa memenjarakannya begini?"
"Sudahlah, Pak Haris, ini semua salahku. Janganlah bertengkar dengan Nona Aleya karena aku." Tubuh Malena pun goyah, dia hampir tidak bisa berdiri tegak.
"Bah, dasar munafik," cemooh Karina.
Tepat pada saat itu, polisi pun tiba. "Siapa yang namanya Nona Malena? Silakan ikut kami."
Haris memeluk Malena yang terlihat pucat dan bersikap bak pahlawan. "Aku akan menemaninya."
Setelah itu, Haris menoleh dan memelototi Aleya. "Kamu benar-benar membuatku sangat kecewa."
Begitu melihat polisi membawa Malena pergi, Aldino yang bersembunyi di luar pintu langsung menerjang masuk ke kamar sambil menangis dan berteriak. Dia memukul pinggang Aleya yang baru dioperasi dengan kencang.
Rasa nyeri yang tajam menusuk langsung muncul dari pinggang Aleya yang masih belum pulih itu.
Pukulan Aldino itu seolah mematahkan pinggang Aleya.
Wajah Aleya sontak memucat, butiran keringat yang besar bermunculan.
"Kenapa kamu suruh paman polisi menangkap Bibi! Kamu ibu yang jahat! Kamu iblis!"
Aldino mengangkat tangannya hendak memukul Aleya untuk kedua kalinya.
Namun, Karina menarik kerah pakaian Aldino dengan satu tangan, lalu melemparkan anak laki-laki itu keluar kamar rawat seperti sampah.
"Dasar anak setan! Sekalian saja kamu dipenjara sama bibimu itu!"
Karina pun menoleh dan melihat Aleya sedang memejamkan mata dengan erat, air mata dan keringat mengalir membasahi wajah Aleya.
"Kamu kesakitan, ya? Biar kupanggilkan Jackson!"
"Nggak perlu." Wajah Aleya terlihat pucat, dia sudah tidak bisa membedakan mana yang terasa lebih sakit, hatinya atau pinggangnya.
"Ibuku tiba-tiba menyuruhku pulang besok, jadi aku nggak bisa menunggu sampai kamu pulih dan pergi bersamamu," kata Karina dengan ekspresi sangat menyesal.
"Nggak apa-apa." Aleya menggelengkan kepala, "Kamu sudah banyak membantuku, aku sangat berterima kasih padamu."
"Lagi pula, aku juga harus mendesaknya untuk menandatangani surat cerai sebelum aku bisa pergi."
Ekspresi Karina mendadak berubah.
Karina menarik napas dalam-dalam dan mendorong setumpuk dokumen tebal ke hadapan Aleya. "Ini adalah semua data Haris yang kusuruh orang mencari tahu melalui beberapa cara."
"Kurasa kamu harus melihatnya."
Beberapa dokumen yang diberikan itu tidak begitu mengejutkan.
Ayahnya Haris memiliki aset senilai 40 triliun lebih dan merupakan orang terkaya tersembunyi di provinsi ini. Bisnisnya tersebar di industri makanan, properti, pengolahan pertanian dan energi baru.
Karina melirik ekspresi Aleya dan mencibir, "Kelihatannya menakutkan, tapi masih jauh kalah dibandingkan kelas kita."
Di sektor properti, ada beberapa perusahaan sudah sangat familier bagi Aleya yang seorang arsitek.
Rails Property adalah klien properti yang menugaskan mereka untuk pergi jauh ke Benua Afrido dan membantu pembangunan selama tiga tahun.
Pemegang saham yang sebenarnya juga sudah terduga, Haris.
Meskipun Aleya sudah mempersiapkan mental, tetap saja dia refleks tertawa saat disuguhkan fakta yang begitu menggelikan ini.
Setiap membalik satu halaman, wajah Aleya makin memucat.
Halaman terakhir sangat sederhana, isinya adalah informasi pribadi Haris.
Wajah Aleya sontak menjadi pucat pasi, tangannya tidak bisa berhenti gemetar.
Haris Utomo. Status Pernikahan: Lajang.
Bahkan pernikahan mereka selama enam tahun ini ternyata palsu.
"Lea!" Karina menyangga tubuh Aleya yang terjatuh ke belakang sambil menekan bel panggil dan berseru, "Suster!"
Aleya memejamkan mata dengan erat, bibirnya bergetar. "Tiket pesawat ... "
"Aku ingin pergi, sekarang juga."