Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 4

Jayden tidak membuatku menunggu lama. Pada hari kedua Rivano dan Naclea pergi berlibur ke Malde, Kakek Arnos memanggilku pulang. Aku dan Rivano sudah mencapai usia pernikahan yang sah, kami belum menikah semata-mata karena Jayden masih melajang. Asalkan Jayden belum menikah, giliran Rivano belum tiba. Entah bagaimana Jayden menjelaskan pada Kakek Arnos. Yang jelas saat bertemu dengannya di rumah Keluarga Jonel, bibirnya lebam dan ada luka di dahinya. Begitu melihatku masuk, dia memalingkan pandangannya. Kakek Arnos seolah baru pertama kali mengetahui perilaku buruk Rivano. Dia berkata dengan nada marah seolah-olah benar-benar membelaku. "Milea, Rivano benar-benar nggak tahu diri!" "Kakek juga melihat sendiri gimana kamu tumbuh besar. Kakek nggak tega melihatmu tersakiti. Gimana kalau kamu mempertimbangkan Jayden?" "Kakek janji akan mematahkan kaki Jayden kalau dia berani bersikap seperti Rivano!" Kata-katanya terdengar begitu menyenangkan, tetapi aku tahu itu semua hanya omong kosong. Aku hanya diam dengan mata yang berkaca-kaca seolah-olah aku masih sangat mencintai Rivano. Kakek Arnos menghela napas. Untuk menebus penggantian pasangan pernikahanku yang tiba-tiba, Kakek Arnos akhirnya mengeluarkan sedikit bayaran yang mahal, 1% saham Grup Jonel atas namanya dialihkan ke aku dan 2% saham atas nama Jayden juga dialihkan ke aku. "Jayden sudah nggak muda lagi. Kalian urus dulu buku nikahnya, biar Kakek dan kakekmu yang pilih tanggal bagus untuk menyelenggarakan pernikahan kalian." Aku tidak memberi tahu siapa pun bahwa tunanganku sudah berganti orang. Aku hanya kembali ke makam ibuku. "Ibu, calon suamiku ganti. Jadinya yang kemarin Ibu lihat itu." Dalam perjalanan ke kantor Catatan Sipil dengan Jayden, aku kebetulan melihat pembaharuan Instagram Naclea. Ada sembilan foto Rivano yang sedang tidur, leher dan dadanya penuh bekas ciuman. Sepertinya, pertempuran mereka cukup sengit. Foto itu disertai keterangan: [Pacar siapa ini, ganteng banget!] Aku mengirim tangkapan unggahan itu ke ayahku dengan tenang, lalu menyukai postingan Naclea. Ayahku balas mengirim stiker yang menunjukkan ekspresi tenang, tetapi balasannya membuatku jengkel. [Apa yang ditakdirkan menjadi milikmu nggak akan berpindah ke tangan orang lain.] [Lagian, yang namanya pria pasti akan selalu mencari wanita lain. Naclea itu adikmu, dia pasti setipe denganmu.] Sudah kuduga akan diberikan tanggapan seperti itu. Aku langsung mematikan ponselku. Apa bisa mengharapkan ayah seperti ini untuk mengajarkan hal yang baik? Naclea dan ibunya sudah terbiasa mencari jalan pintas. Mereka selalu ingin bernaung di bawah naungan orang lain. Sayangnya, Naclea lupa bahwa sekalipun Rivano tidak jadi menikah denganku, dia juga tidak akan menikah dengan Rivano. Karena yang menjadi cucu perempuan Keluarga Svano tetaplah aku. Selain merupakan adik tiriku, apa bedanya Naclea dengan mahasiswi dan model yang pernah bersenang-senang bersama Rivano? "Ada apa?" Jayden yang sedang menyetir pun melirikku sebentar. Aku menggelengkan kepala. "Aku cuma berpikir akan menginap di mana malam ini?" Jayden menggenggam tanganku, lalu membawanya ke bibirnya dan mengecupnya. "Masa kamu tega membiarkanku tidur sendirian di malam pertama kita sebagai suami istri?" Aku menarik kembali tanganku. "Nanti kita bicarakan setelah acara pernikahan selesai."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.