Bab 4 Menyangkal Dia Sebagai Pacarnya
Mau rumah sakit pemerintah atau swasta, orang mesum tidak dibedakan oleh kaya atau miskin.
Justru semakin kaya, semakin berani berbuat seenaknya.
Angel adalah salah satu perawat angkatan pertama yang direkrut oleh Rumah Sakit Siloma. Selama enam atau tujuh tahun ini, dia sudah sering melihat pasien pria melecehkan tenaga medis wanita, pasien wanita yang gila-gilaan mengejar dokter pria.
Tentu saja yang paling sering justru perawat yang memanfaatkan kesempatan untuk menjalin hubungan dengan pasien, Ada yang benar-benar pacaran, ada yang hanya hubungan gelap. Dari seratus pasangan, paling hanya satu yang berakhir di pelaminan.
Angel hanya terkejut sesaat dengan pemandangan begitu, lalu segera tenang lagi, "Kaki Anda terluka, jadi sulit pakai celana. Aku panggil orang lain untuk bantu."
Pria itu melihat Angel tidak marah, matanya menempel terus di tubuhnya, "Kamu saja yang bantu aku pakai."
Angel berkata, "Kami ada petugas pria yang jaga malam ini."
Pria itu, "Aku menyukaimu, jadi hanya mau kamu, nggak boleh?"
Dia bicara sambil tersenyum, menganggap dirinya penuh perasaan.
Angel menahan rasa jijik, wajahnya tetap tenang, "Maaf, rumah sakit punya aturan. Tolong tunggu sepuluh detik, aku akan segera ...."
Pria itu, "Kamu sebulan berapa?"
Angel menjawab tenang, "Tuan, aku sudah punya pacar."
Pria itu menatapnya tanpa berkedip, "Berapa gajinya sebulan?"
Angel tidak menjawab.
Pria itu berkata, "Kamu tentukan saja harganya. Aku menyukaimu, aku nggak akan menawar."
Angel berkata, "Anda masih ada urusan lain?"
Pria itu, "Beberapa temanku juga dapat perawat di rumah sakit kalian. Kamu bisa tanya berapa tarif mereka. Aku nggak akan merugikanmu."
Angel, "Kalau nggak ada keperluan lain, aku keluar dulu."
Pria itu menatap punggung Angel dan berkata, "Kesempatan untuk mengubah hidup itu nggak datang dua kali, jangan gengsi. Harga diri nggak bisa dimakan."
Angel tidak menoleh, langsung membuka pintu dan keluar dari kamar pasien.
Keesokan malamnya, pria itu menekan bel. Angel menyuruh rekan prianya pergi ke sana. Tak lama kemudian, rekan itu keluar dan berkata pelan, "Dia memintamu yang masuk."
Meski kalimat itu diucapkan dengan pelan, cukup membuat semua orang di meja perawat menoleh ke Angel.
Bagaimanapun juga, pasien di Rumah Sakit Siloma rata-rata orang kaya. Dikejar orang seharusnya menyenangkan, tapi menakutkan adalah cinta bertepuk sebelah tangan.
Kalau langsung cocok tentu bagus, tapi kalau penolakan tidak ditangani dengan baik, sangat mungkin berubah menjadi sebuah insiden petugas medis dan pasien.
Apalagi Angel sekarang ikut pemilihan posisi kepala perawat. Saat genting begini, paling takut muncul masalah.
Di bawah tatapan semua orang, Angel bangkit dan masuk ke kamar pasien. Begitu dia pergi, orang-orang di luar langsung berbisik-bisik.
Di dalam, Angel memasang senyum profesional, "Tuan, ada yang bisa aku bantu?"
Pria itu berbaring di ranjang dan meliriknya, "Sudah dipikirkan belum?"
Angel tidak berpura-pura lagi dan menjawab sopan, "Sudah. Terima kasih atas perhatian Anda. Aku nggak pernah memimpikan hidup mewah, kondisi sekarang sudah cukup buatku."
Pria itu berkata, "Sekali 200 juta, sebulan tiga miliar. Kamu pilih sendiri."
Angel, "Maaf, aku nggak bisa memilih."
Pria itu berkata, "Aku bukan tipe yang pakai paksaan. Karena aku suka kamu, aku pakai bujukan."
Angel menjawab, "Aku paham. Anda kelihatan orangnya rasional. Cedera tulang butuh waktu lama buat sembuh. Aku bisa mengerti kalau Anda merasa bosan. Tapi kalau Anda benar-benar merasa jenuh di rumah sakit, bisa bicara dengan direktur, mungkin bisa dipindahkan ke tempat lain."
Pria itu menatap wajah Angel, "Jujur saja, aku memang merasa bosan dan ingin mencari teman mengobrol. Tapi kalau kamu benaran nggak tergoda dengan uang, mungkin aku bisa serius mengejarmu."
Angel berkata, "Aku sudah punya pacar."
Pria itu, "Suruh pacar kamu datang ke sini. Aku menyukaimu."
Angel tidak berani berlama-lama di kamar itu. Makin lama, makin banyak gosip di luar.
Dia sempat berpikir untuk menukar jadwal supaya tidak ketemu pasien itu, tapi rumah sakit bukan miliknya.
Angel tahu, kalau dia tukar jadwal, orang akan bilang dia banyak tingkah, belum juga jadi kepala perawat sudah seenaknya.
Kalau tidak tukar jadwal, orang-orang itu akan bilang kalau dia sengaja jaga malam untuk menggoda pasien.
Benar saja, karena Angel tidak tukar jadwal, keesokan harinya gosip itu menyebar ke seluruh bagian ortopedi.
Angel akhirnya mendatangi kepala perawat untuk melapor. Jawaban yang dia dapat juga sesuai dugaan, kalau tidak terpaksa, jangan menyinggung pasien.
Apalagi sekarang masa pemilihan kepala perawat.
Angel menahan diri selama tujuh hari, sampai akhirnya pasien itu keluar dari rumah sakit. Baru saja bernapas lega, tapi pada jam delapan pagi, begitu keluar dari gedung ortopedi, dia langsung dihadang mobil pria itu.
Pengawal pria itu menyuruh Angel naik mobil, tapi Angel menolak.
Pria di kursi belakang terlihat marah, "Bawa dia masuk."
Pengawal sampai harus menyentuh Angel. Angel tidak mau teriak, tapi wajahnya sudah merah karena marah.
Saat ini, terdengar suara pria dari belakang, "Apa yang kalian lakukan?"
Angel menoleh dan melihat Mark tidak jauh dari sana.
Mark juga mendengar gosip tentang Angel yang dikejar pasien. Begitu melihat ke arah mobil, dia langsung kenal, itu salah satu pasien VIP.
Mark ke depan Angel dengan wajah tegang, "Kita naik bersama."
Pria di dalam mobil menurunkan kaca jendela dan menatap Mark, "Kamu pacarnya?"
Mark tidak menjawab, bersiap membawa Angel pergi, tapi dihadang pengawal tadi.
Pria di mobil berkata, "Kalau kamu pacarnya, ayo bicara denganku. Kalau bukan, jangan ikut campur. Jangan cari masalah."
Mark menatapnya dan berkata dengan nada dingin, "Mau aku lapor polisi?"
Pria itu tertawa, "Aku mengejar Angel, apa urusannya denganmu? Kecuali kamu juga mengejarnya. Kalau nggak, minggir jauh-jauh. Aku nggak keberatan membuatmu masuk bagian ortopedi selama setengah bulan."
Mark pura-pura mengambil ponsel, tapi pengawal lebih cepat, langsung merampas dan menyerahkan ke pria di mobil.
Pria itu bahkan tidak melihat dan langsung melempar ponsel Mark ke kolam air mancur di samping.
"Kamu ...." Mark mukanya merah padam.
"Anda naik dulu saja."
Angel tiba-tiba berkata
Wajahnya tetap tenang, tidak terlihat emosi, "Nanti aku bantu ambilkan ponsel Anda, kalau rusak aku ganti yang baru."
Kening Mark berkerut, tidak paham maksud Angel.
Angel memang tidak bermaksud apa-apa.
Dia hanya merasa tidak ada gunanya.
Mark bukan pacarnya, kenapa dia harus ikut terseret ke dalam masalah ini?