Bab 6
Begitu bertemu, amarahku langsung memuncak. Kalau bukan karena dia, aku dan istriku tak akan bertengkar sampai seperti ini.
"Hanya gara-gara alat analisis kualitas sperma buatan, kamu terlalu membesar-besarkan masalah!" kataku dengan nada kesal.
Pria gemuk itu menatapku dengan ekspresi misterius. "Kamu yakin itu hanya robot simulasi? Kadang-kadang, itu sebenarnya orang sungguhan yang menyamar. Kami bahkan pernah melihat mereka menangis dan memohon."
Aku tak ingin banyak bicara, apalagi menanggapi omong kosong pria gemuk itu.
"Jangan salah, staf wanita cantik itu bukan orang sembarangan. Dia pilih-pilih juga, dan kamu jelas nggak masuk kriteria karena wajahmu nggak sekeren aku," katanya dengan bangga.
Aku nyaris tertawa karena kesal. Sejak kapan dia jadi orang yang begitu percaya diri?
Aku hanya meliriknya dengan dingin, lalu berbalik pergi. Aku tak ingin ada urusan lagi dengannya.
Namun, setelahnya, perasaan tak tenang terus menghantuiku.
Keesokan harinya, pria itu mengirimkan s

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda