Bab 2 Jika Sudah Menemukannya, Bagaimana Mungkin Melepaskannya?
Michael menyeringai dingin. Wajah tampannya membesar di hadapanku ketika pria itu menindihku, lalu mulai bertindak seenaknya tanpa peduli.
"Tubuhmu memang sangat menggoda, tapi teknikmu sangat buruk." Michael menikmati sambil menatapku dengan sinis.
"Kalau begitu, tolong Pak Michael mencari orang lain yang tekniknya lebih baik," kataku sambil menahan rasa sakit.
"Felicia!" Dia menarik rambutku, memaksaku untuk menatapnya.
"Atas dasar apa kamu bersikap seperti ini? Apa kamu memasang wajah menyedihkan di hadapanku untuk mencoba mendapatkan simpatiku?"
"Aku nggak akan berani. Tolong lepaskan," balasku.
"Kamu bisa pergi kalau kamu mau, tapi hanya setelah kamu melayaniku sampai aku merasa puas." Setelah berkata demikian, Michael menyerangku lagi tanpa emosi sedikit pun.
Entah sudah berapa lama waktu berlalu, aku benar-benar tertidur karena kelelahan.
Saat aku terbangun lagi, hari sudah keesokan sorenya. Michael sudah pergi, sementara di samping tempat tidur ada satu set pakaian baru.
Aku mengenakan pakaian itu, ingin segera meninggalkan tempat ini.
Aku membuka pintu, sementara di luar ada dua orang pengawal.
"Nona Felicia, Pak Michael sudah memerintahkan agar kamu mengikuti kami setelah bangun."
"Kalian mau membawaku ke mana?" tanyaku.
"Maaf, silakan ikut dengan kami." Masing-masing dari mereka berdiri di kanan dan kiriku, mengangkat lenganku, lalu memasukkanku ke dalam mobil.
Michael tampak duduk merenung di kantor. Dia mengira sudah tidak akan bisa menemukan Felicia lagi, tetapi dia tidak menyangka akan bertemu dengan Felicia di wilayahnya sendiri.
Yang lebih menyebalkan, ternyata dirinya masih sangat terobsesi pada wanita itu.
Meski mengetahui bahwa wanita itu adalah orang yang kejam, mengetahui bahwa wanita itu materialistis, mengetahui bahwa wanita itu memanfaatkan kecantikannya untuk melakukan kejahatan, mengetahui wanita itu penuh tipu muslihat, Michael tetap tidak bisa melupakannya.
Setelah bertahun-tahun berlalu, penampilan wanita itu masih sama. Hanya saja, dia sudah bukan wanita yang sama.
"Pak Michael, kami sudah memeriksanya. Nona Felicia kemarin datang untuk menghadiri acara. Penyelenggara acaranya adalah Linda, mereka berteman," lapor Tara, asisten Michael, sambil melangkah masuk.
"Apa kamu sudah mengetahui apa pekerjaannya sekarang?" tanya Michael sambil memijat pelipisnya.
"Dia memiliki studio sendiri yang mendesain produk khusus untuk berbagai toko daring selebgram," jelas Tara.
Pantas saja Michael tidak bisa menemukannya, ternyata dia pindah bekerja di balik layar.
"Di mana dia tinggal?" tanya Michael.
"Belum diketahui. Kelvin itu mengaku kalau dia bertemu dengan Nona Felicia di pesta dan ingin mendekatinya, tapi Nona Felicia nggak bersedia. Jadi, dia mencampurkan sesuatu ke dalam jusnya. Kelvin mengatakan kalau ini semua hanya salah paham. Dia berharap kamu nggak mempermasalahkannya," kata Tara.
"Periksa siapa saja yang ada di sekitarnya sekarang," ujar Michael sambil melambaikan tangan.
Setelah Tara mendengar ini, dia segera pergi untuk menyelidiki.
Michael menelepon pengawalnya, "Apa kalian sudah membawanya?"
"Pak Michael, kami sudah membawa Nona Felicia ke vila Gunung Barat sesuai perintahmu," jawab pengawal.
Jari Michael mengetuk meja dengan berirama. Ya, kalau sudah menemukannya, bagaimana mungkin dia akan melepaskannya?
...
Aku tidak tahu mengapa Michael menyuruh anak buahnya membawaku ke tempat ini. Instingku mengatakan bahwa dia memiliki kebencian yang tidak jelas padaku.
Sekarang dia sudah menikah, juga mewarisi bisnis keluarga. Bisnisnya pun sudah berkembang pesat, membuatnya menjadi sosok yang sangat berpengaruh.
Sebelumnya, aku sudah menerima begitu banyak cercaan demi pria itu, menerima begitu banyak perlakuan tidak adil, tetapi di mata Michael semua itu tidak ada artinya.
Heh, orang yang seharusnya memendam kebencian adalah aku.
Aku mengamati rumah ini. Sepertinya dia tinggal sendirian, karena aku belum melihat barang-barang milik wanita.
Ada rokok Michael yang tergeletak di meja. Aku menyalakannya, lalu bersandar di balkon sambil merokok.
Di luar sana, pegunungan dan perairan terbentang indah. Aku tidak bisa menahan diri untuk menghela napas kagum. Memiliki uang memang rasanya berbeda. Hidup seakan berada di surga yang terpisah dari dunia nyata.
"Setelah beberapa tahun nggak bertemu, kamu benar-benar menjadi wanita murahan!" Suara serak Michael terdengar di belakang, membuatku langsung berbalik.
"Kalau Pak Michael menganggapku sudah tua dan murahan, kenapa membawaku ke sini?" Dulu keduanya saling mencintai, tetapi sekarang saling berbicara dengan kata-kata yang tajam.
"Jadilah simpananku, aku akan memberimu uang," kata Michael sambil melangkah mendekat.
"Maaf, aku nggak membutuhkan uangmu." Aku mematikan rokok, membuangnya keluar jendela, lalu menolak dengan tegas.
"Aku sudah menutup studiomu. Operasional pabriknya juga sudah aku hentikan," kata Michael dengan tenang tanpa terburu-buru.
"Apa kamu menyelidikiku?" tanyaku dengan terkejut, sementara alisku terangkat sambil menatapnya.
Apa pria ini ingin kejadian enam tahun lalu terulang lagi?
"Kenapa? Apa kamu merasa nyaman menghabiskan uang yang ayahku berikan padamu waktu itu?" kata Michael.
"Sayangnya, aku nggak mengerti sepatah kata pun." Aku menatap wajahnya yang muram dengan bingung.
Michael tertawa sinis. "Aku lupa kalau wanita sepertimu paling pandai menipu dengan wajah."
"Tutup saja sesukamu, kamu bahkan bisa membakarnya juga. Aku nggak akan menjadi simpananmu. Nggak ada yang bisa mengancamku," balasku.
Aku sudah terjun ke masyarakat pada usia enam belas atau tujuh belas tahun. Aku sudah berjuang sendiri lebih dari sepuluh tahun. Sekarang aku sudah berusia 28 tahun, aku tidak akan takut dengan ancaman kecil seperti ini. Hari-hari tersulit pun sudah aku lewati, jadi kenapa aku masih harus takut dengan satu atau dua ancaman kecil?
"Benarkah? Kamu memang memiliki kemampuan, ya." Michael tertawa jahat, lalu bertanya, "Apa kamu juga nggak peduli dengan teman-teman wanitamu?"
"Apa maksudmu?" Baru pada saat ini aku melepaskan sikap pura-pura acuh tak acuhku, lalu menatapnya dengan tatapan serius.
"Aku hanya akan membuat mereka nggak bisa berbisnis saja." Michael mengulurkan jari-jarinya yang panjang untuk memainkan rambut hitamku dengan malas.
"Kenapa kamu menjadi seperti ini sekarang?" Aku menarik dasinya. Segalanya sudah berbeda sekarang. Tinggi Michael sekitar 183 sentimeter, jadi aku harus mendongak untuk menatapnya.
"Bagaimana? Apa ini bisa mengancammu?" Michael memegang tanganku, mengamati dengan cermat, lalu bergumam pada dirinya sendiri, "Kamu sangat memesona di mana pun, tanganmu pun masih tampak cantik. Waktu benar-benar berbaik hati padamu!"
Aku menarik tanganku, menusuk dadanya dengan ujung jariku, lalu berkata, "Michael, aku nggak melakukan kesalahan apa pun padamu. Dulu kamu yang pergi tanpa mengatakan apa pun. Kamu yang menyakiti ...."
"Cukup! Apa kamu pikir aku nggak tahu apa yang sudah kamu lakukan? Kamu tidur dengan ayahku demi uang, bahkan membuat Selena nggak bisa berjalan lagi. Wanita berhati busuk sepertimu sudah melakukan begitu banyak kejahatan, tapi sekarang kamu ingin bersembunyi dan kabur begitu saja?" potong Michael.
"Aku nggak mengerti ...." Tidak satu pun hal yang dia katakan ada hubungannya denganku.
"Kenapa? Apa kamu nggak berani mengakui apa yang terjadi di masa lalu?" Michael mendesakku ketika melihatku ragu-ragu.
"Kamu yang pergi tanpa mengatakan apa pun. Apa kamu nggak tahu dengan jelas hal yang sudah kamu lakukan padaku?" kataku.
Ketika membicarakan masa lalu, aku tidak bisa berbicara dengan lancar. Aku bahkan tidak ingin mengingat tahun itu.
Jika bisa, aku bahkan tidak ingin mengenal pria ini!
"Heh." Michael mengangkat daguku.
"Aku akhirnya menemukanmu, bagaimana mungkin aku akan membiarkanmu pergi? Aku akan menyiksamu sampai puas baru aku akan melepaskanmu. Jangan coba-coba macam-macam denganku. Menutup usaha teman-teman wanitamu itu sangatlah mudah."
Michael akhirnya melepaskanku. Aku merasa seluruh tubuhku lemas, seperti kadar gula darahku rendah. Aku terjatuh ke lantai dengan pandangan gelap.
Suara Michael kadang terdengar dekat, kadang terdengar jauh. Selama beberapa tahun ini, aku akan selalu seperti ini ketika merasa emosional.
Ketika aku terbangun lagi, aku sudah berada di atas tempat tidur.
Aku mengusap kepalaku. Tidak boleh ada yang terjadi dengan teman-temanku. Dulu mereka yang membantuku keluar dari kesulitan selangkah demi selangkah. Aku tidak ingin menyeret mereka ke dalam masalah.
"Kamu sudah bangun?" Di depan tempat tidur berdiri seorang wanita paruh baya. Dia menatapku dengan ekspresi penuh penghinaan dan meremehkan.
"Aku sudah membuatkan sup ayam untukmu. Makanlah selagi masih hangat. Aku nggak akan bertanggung jawab kalau supnya dingin." Wanita itu mengangkat sup ayam dari meja.
"Nggak perlu. Di mana Michael?" tanyaku.
"Pak Michael pergi ke kantor. Kamu pikir kamu siapa? Apa kamu pikir dia akan menemanimu setiap hari?" ujar wanita itu.
Aku tidak tahu dari mana datangnya permusuhan tidak jelas dari pelayan ini padaku. Namun, aku juga malas berdebat dengan orang yang tidak penting ini.
Lagi pula, bahkan ada orang di dunia ini yang membenci hal sebaik uang, apa lagi manusia. Hal yang sangat wajar jika tidak disukai.
Aku turun dari tempat tidur untuk pergi ke kolam renang di halaman, mencoba memikirkan apa yang harus aku lakukan.
Aku tidak bisa mencintai pria ini, hanya merasa takut padanya.
Aku sedang menatap air di kolam ketika muncul bayangan seorang wanita.
Aku menoleh, melihat bahwa itu adalah Selena. Aku pernah melihatnya di sebuah majalah. Di belakangnya ada pelayan tua tadi yang mengikuti.
Ternyata pelayan itu adalah salah satu bawahan Selena. Jadi, alasan pelayan ini memiliki permusuhan tidak jelas yang ditujukan padaku adalah ini?
"Aku nggak menyangka kamu akan muncul lagi! Kenapa? Apakah kematian ayahmu masih belum cukup?" tanya Selena dengan nada meremehkan.
"Kenapa? Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Apakah kita sedekat itu, Bu Selena? Kakimu baik-baik saja, 'kan? Kenapa kamu nggak bisa berjalan, malah menyalahkan orang yang nggak pernah kamu temui sebelumnya?" tanyaku sambil meregangkan tubuh.
Selena berdiri di hadapanku dengan senyuman yang dia anggap anggun, lalu berkata, "Yang penting Michael menganggap ini ada hubungannya denganmu."
"Kebohongan pasti akan terbongkar suatu saat nanti." Jika memang berani, sekalian saja berpura-pura cacat seumur hidup untuk melakukan trik kecil ini. Aku menyipitkan mata, kembali berjemur di bawah sinar matahari.
"Bibi Winda, telepon Michael." Selena tetap mempertahankan apa yang dia pikir sebagai keanggunan.
Bibi Winda mengambil telepon dengan cepat untuk menelepon Michael, lalu berkata dengan nada panik, "Pak Michael, ini gawat. Itu ... Feli ... Felicia mendorong Nyonya ke kolam renang."
Setelah menutup telepon, wajah Bibi Winda menunjukkan kemenangan, lalu dia melaporkan ke Selena, "Pak Michael mengatakan kalau dia akan tiba sebentar lagi."
Selena menatapku dengan bangga, sementara rambut keritingnya yang lembut berkibar tertiup angin.
Aku tersenyum. "Apakah saat dia hampir masuk kamu akan melompat ke bawah sendiri?"
"Ya." Selena menatapku dengan tajam, menunjukkan ekspresi kemenangan.
"Lalu, kamu akan membuat Michael salah paham dengan mengira aku yang mendorongmu, jadi kamu akan mendapatkan simpatinya?" Aku mengira adegan seperti ini hanya ada di drama TV. Pemeran pria yang bodoh itu akan melihat pemeran wanita utama ditindas, lalu langsung menampar pemeran wanita pendukung tanpa basa-basi.