Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 3 Sesuai Keinginanmu

"Kamu memang pintar, tapi kamu nggak bisa mengubah situasi ini. Sebentar lagi kesan Michael padamu akan menjadi makin buruk," ujar Selena sambil menghela napas. "Kesannya padaku mungkin akan menjadi lebih buruk, tapi belum tentu kamu akan merasa nyaman." Aku meregangkan pergelangan tanganku, melangkah mendekatinya, lalu langsung mendorongnya ke dalam air. Aku melepaskan sepatuku agar lebih mudah bergerak, menekan kepalanya agar dia tidak bisa naik ke permukaan untuk bernapas. Menunggu Michael datang, lalu membiarkannya melompat sendiri? Apa serunya hanya bermain sedikit air? Lagi pula, Michael sekarang sudah salah paham padaku, jadi kenapa aku harus peduli dengan bumbu tambahan ini? Aku harus benar-benar menjadi sangat jahat, membuat pria itu muak padaku, lalu dia akan melepaskanku. "Nyonya!" Bibi Winda berteriak dengan panik. Dia ingin menghalangiku, tetapi aku menjulurkan kaki untuk menjegalnya, langsung mendorongnya hingga terjatuh. "Felicia! Apa yang kamu lakukan?" Selena mengatur napas sambil berteriak ketakutan. "Aku akan bekerja sama dengan sandiwaramu. Kamu harus melakukannya sampai tuntas, baru semuanya akan menjadi lebih menarik." Aku menarik rambut keritingnya sambil tersenyum lebar, baru melepaskan wanita itu ketika dia pingsan. "Dasar wanita murahan! Kamu ingin membunuh Nyonya!" Bibi Winda menangis sambil menarik Selena keluar dari dalam kolam, lalu menyerangku untuk memukulku. Aku langsung mengangkat tangan untuk menamparnya. Bibi Winda tertegun sejenak, lalu aku berkata, "Bukankah kamu harus segera menolongnya sekarang? Kalau nggak, dia akan benar-benar mati. Aku nggak takut dibunuh Michael, tapi kamu yang nggak merawat Bu Selena dengan baik juga akan terkena imbasnya, 'kan?" Setelah mendengar ini, Bibi Winda duduk di lantai sambil mulai menangis. Dia takut akan terlibat masalah kalau terjadi sesuatu dengan Selena. Aku duduk di kursi dengan kaki panjangku yang tersilang, diam-diam menyalakan sebatang rokok. Aku melihat Bibi Winda menangis tersedu-sedu sambil berkata dengan kejam, "Pak Michael nggak akan memaafkanmu!" Michael memang datang dengan cepat. Ketika melihat Selena tergeletak di lantai, wajahnya langsung berubah. "Pak Michael, wanita ini mendorong Nyonya ke dalam air!" Michael melangkah maju seperti adegan di drama TV, langsung menamparku tanpa basa-basi hingga menjatuhkan rokokku. Aku merasa setengah wajahku mati rasa. Aku menegakkan punggung sambil berdiri, lalu berkata, "Memang aku yang mendorongnya. Kalau kamu tetap menahanku di sini, jangan salahkan aku kalau aku akan memukulinya sampai mati saat dia datang menemuiku." Orang-orang buru-buru mengangkat Selena masuk ke dalam rumah. Michael mencekik leherku, lalu berkata dengan kejam, "Kenapa kamu bisa menjadi seperti ini?" "Bukankah semua berkat kamu?" Aku mendengus acuh tak acuh. "Apa kamu nggak peduli dengan teman-teman wanitamu? Aku akan menyuruh orang untuk memblokir akun mereka," kata pria itu. "Kamu nggak perlu repot-repot, kamu bisa langsung membunuhku saja." Lebih baik tidak pernah bertemu dengannya. Hari-hariku akan tenang tanpa gelombang. Setelah bertemu dengannya, aku benar-benar merasa kematian akan lebih baik. Michael mengeluarkan ponsel, lalu berbicara dengan orang di ujung lain, "Bantu aku menghubungi orang-orang untuk memblokir beberapa akun. Daftarnya akan aku kirimkan sebentar lagi." "Michael!" Aku mencengkeram lengan bajunya dengan jari-jariku untuk menghentikannya. "Apa kamu nggak tega?" tanya pria itu. "Apa kamu masih bisa dianggap manusia kalau melakukan hal ini? Mereka nggak pernah melakukan apa pun padamu," ujarku. Menjadi seorang selebgram tidak semudah kelihatannya. Siapa pun yang sedikit terkenal pasti telah banyak menderita di balik layar. "Kalau kamu ingin mereka tetap baik-baik saja, kamu harus membayar harga untuk perbuatanmu hari ini." Michael tertawa dingin sambil melemparkan ponselnya, lalu berjalan masuk ke dalam rumah. "Jangan berpikir bisa menghubungi orang lain untuk menyelamatkanmu. Aku bisa membuat orang yang membantumu mendapatkan masalah," kata Michael sambil menoleh. Aku memahami ini tanpa dia perlu mengatakannya. Aku tidak menghubungi siapa pun. Aku tidak ingin menyeret teman-temanku. Peristiwa enam tahun lalu sudah membuatku ketakutan. Ketika Michael masuk ke dalam rumah, Selena sudah sadar. "Michael, kenapa dia ada di sini?" tanya Selena dengan penampilan lemah. "Kamu nggak perlu memedulikan dia. Kamu jangan menemuinya lagi. Wanita ini sangat kejam," jawab Michael. Selena kembali berkata, "Kenapa kamu membiarkannya tinggal di sini? Apa kamu lupa kalau dulu ...." "Aku nggak lupa. Aku punya alasan untuk menahannya. Bagaimanapun juga, kamu jangan ikut campur dalam masalah ini." Michael menenangkan Selena, lalu menemaninya makan siang. Aku mengamati dengan dingin dari lantai atas saat Selena didorong di atas kursi roda. Aku berpikir dalam hati bahwa dunia ini benar-benar konyol. Wanita itu berpura-pura seperti kelinci putih polos di hadapan Michael, jadi kenapa dia harus menyeretku untuk berperan sebagai wanita jahat? Lagi pula, aku juga tidak peduli. Saat menjadi selebgram dulu, orang-orang di dunia maya sudah menguliti kehidupanku habis-habisan. Segala macam omongan pun bermunculan. Mereka sudah menciptakan begitu banyak rumor tentangku. Apa masalahnya menambahkan satu atau dua label seperti wanita jahat, wanita licik, perebut kekasih orang, atau hinaan lainnya? Malam harinya, Michael menyuruh orang mengirimkan gaun malam, bahkan memanggil orang untuk mendandaniku secara khusus. Gaun ini memiliki banyak renda dengan punggung yang terbuka, sementara bagian dadanya memiliki potongan yang sangat rendah. Lekuk tubuhku bisa terlihat dengan jelas. Michael menyentuh bahuku, lalu berkata dengan nada muram, "Temani aku untuk membicarakan kesepakatan bisnis." Aku mengikutinya naik ke mobil, lalu pergi ke sebuah klub mewah. Setelah duduk, para pria di meja menatapku dengan tatapan tajam. Sementara itu, mata para wanita di meja penuh dengan penghinaan dan permusuhan padaku. Sejujurnya, aku belum pernah menghadiri acara seperti ini. "Pak Michael, di sampingmu ternyata ada wanita secantik ini?" "Pak Adi, apa kamu menyukainya? Aku bisa memberikannya padamu." Michael mengangkat gelas anggur, lalu meminumnya hingga habis dalam sekali teguk. Aku mengangkat kepala menatapnya dengan terkejut. Aku mengira dia hanya akan membawaku sebagai pajangan untuk membicarakan kesepakatan bisnis. Ternyata ... ternyata dia ingin aku menemani kliennya? Dia menganggapku apa? Aku sudah tidak berharap ada hubungan dengannya lagi. Namun, sekarang dia benar-benar menghancurkan sedikit harapan yang tersisa di hatiku padanya. "Benarkah? Pak Michael benar-benar rela melepaskannya?" tanya Pak Adi. "Duduklah di samping Pak Adi," ujar Michael sambil menepuk bahuku. Tubuhku menegang, lalu aku berdiri hendak pergi. "Kamu mau ke mana?" Michael bertanya dengan dingin di telingaku, "Apa kamu nggak peduli dengan teman-teman wanitamu lagi?" "Kenapa kamu harus menghinaku dengan cara seperti ini?" tanyaku sambil menahan emosi. "Aku sudah mengatakan kalau aku akan membuatmu membayar harga untuk perbuatanmu hari ini," bisiknya di telingaku. Di mata orang luar, kami seperti sedang berbisik mesra. Aku menahan diri, lalu menuruti kemauannya dengan patuh. Di luar masih ada pengawal Michael, jadi aku terpaksa duduk di samping Pak Adi. Tangan Pak Adi terus mengusap punggungku sambil memuji, "Kulit cantikmu benar-benar indah, sehalus porselen." Sepanjang acara, aku tidak mendengar sepatah kata pun dari pembicaraan mereka. Di meja pesta aku melihat berbagai macam orang. Pak Adi terus memaksaku untuk minum, sementara aku hanya menunduk untuk menerima semuanya. Hingga akhirnya kepalaku terasa berat, sementara kakiku lemas. Sebelum makanan habis, Pak Adi sudah tampak tidak sabaran. Dia menopangku, lalu berpamitan dengan semua orang. Semua orang memuji keberuntungannya dengan pandangan mesum, mengatakan malam ini dia pasti akan sangat menikmatinya. "Layani Pak Adi dengan baik," kata Michael dengan dingin sambil menatapku. "Ya, sesuai keinginanmu." Tubuhku yang lemas bersandar pada Pak Adi. Aku membiarkannya menopangku untuk masuk ke dalam lift.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.