Bab 1805 Cacus
Tungku kuali yang panas itu seketika meledak dengan bunyi dentuman yang keras. Tubuh suci, yang gelap seperti tinta hitam, perlahan-lahan terjatuh dari atas langit. Seluruh ruangan studio mulai bergetar dengan hebat ketika sosok tubuh itu mendarat, seolah-olah gempa bumi baru saja terjadi di pulau ini.
Vulcan dan Asger keduanya tampak tidak bergeming. Pupil mereka melebar, dan tekanan yang cukup mengerikan mulai merembes melalui setiap pori-pori yang ada di kulit mereka dengan teror yang tak terbayangkan.
"Ini. . . Ini. . .”
Aummm, aummm, aummm!
Suara raungan yang keras seketika terdengar, dan cahaya berwarna ungu-kehitaman tampak melesat langsung ke atas langit setelah menembus atap dari ruang studio Pyreforge.
“Rasanya sungguh luar biasa untuk dilahirkan kembali!”
Suara aneh itu terdengar seperti suara robot. Cacus menatap telapak tangannya, yang gelap dan seperti tinta, dengan jejak aura kuat yang menyebar di antara mereka.
Kemudian dia segera berbalik dan melihat kobaran api suci berwarna keunguan yang ada di sisi lain dari tungku yang panas, yang menyala dengan cahaya yang sangat terang. Setelah menarik napasnya dalam-dalam, kobaran api suci seketika berubah menjadi angin puyuh yang kuat dan menerjang ke arahnya.
Cacus mulai menyedot semua api suci yang berada di atas tungku ke dalam mulutnya. Dalam sekejap, bola api berwarna keunguan tampak meledak dari dalam sorot matanya.
"Karena kau tidak tahu apa yang terbaik untukmu, maka temanku... Jangan salahkan aku jika aku bersikap kasar padamu."
Kata-kata Cacus sangat mendominasi karena dia telah memberikan kepercayaan sepenuhnya pada tubuh suci. Dengan santai dia mencoba untuk memberikan isyarat melalui kedua tangannya, dan saat ini Pedang Surgawi telah melayang ke atas tangannya.
"Pedang yang sangat luar biasa!" Merasakan berat dan suhu Pedang Surgawi, Cacus mengangguk dengan penuh semangat.
Namun sayangnya, Pedang itu tampak gelisah saat dia berada di dalam genggaman tangan Cacus, seolah-olah dia tengah mencoba melepaskan diri dari kendali Cacus.
"Hmm?" Cacus terkejut selama sepersekian detik sebelum akhirnya dia dapat meremas pisau itu dengan ganas. "Seperti yang sudah aku duga," gumamnya. “Senjata Astral harus bersifat spiritual! Tetap saja, senjata ini tidak lebih dari sebuah senjata, jadi hanya masalah waktu sebelum aku dapat mengendalikan secara penuh.”
Cacus meraih Pedang Surgawi dengan kedua tangannya setelah suara itu menghilang. Dalam sekejap, aura berwarna kehitaman mulai mengalir ke dalam Pedang Surgawi. Mata Cacus kembali meletus dalam kobaran api berwarna keunguan. Dia mulai melunakkan Pedang Surgawi dengan cara seperti itu.
Pedangnya, yang bergetar hebat di tangan Cacus, seketika berhenti secara total dalam waktu kurang dari satu menit. Cahaya yang berwarna ungu-hitam tampak bersinar dari permukaannya.
Tyr berjalan dengan perlahan dari luar studio.
Boom!
Energi vitalitas tirani yang dilontarkan oleh Tyr telah meledakkan sebuah lubang besar yang ada di depan pintu gerbang ruang studio Pyreforge dengan bunyi dentuman yang keras. Pupil matanya sedikit mengecil ketika dia melihat Cacus sedang berdiri tegak di depan aula.
Akhirnya sosok Cacus telah terlahir kembali dengan bantuan tubuh suci ini. Saat ini, dia tampak seperti seorang pria yang terbalut dalam baju besi berwarna hitam. Tubuhnya tampak kekar dan besar, mirip seperti karakter dari film sci-fi.
"Sungguh seorang Demigod muda!"
Kedua Demigod itu saling berhadapan dan hanya dipisahkan oleh jarak sekitar dua puluh meter. Kedua pria itu mulai memancarkan aura yang dominan seolah-olah mereka adalah sosok para dewa yang telah turun ke dunia.
Tyr tidak menjawab. Sebaliknya, dia hanya mengunci pandangannya pada sosok tubuh Cacus. Dengan api berwarna keunguan yang tampak di dalam sorot matanya begitu juga dengan Pedang Surgawi yang ada di tangannya, kali ini pihak lawannya tampak sangat mendominasi.
Tyr, justru bersikap sebaliknya, dia tidak merasa yakin bahwa dia dapat mengalahkan lawannya. Lagi pula, dia baru saja menjadi seorang Demigod dan tidak tahu seberapa kuat kemampuan yang dimilikinya setelah menjadi seorang Demigod. Dia juga belum pernah memiliki pengalaman sebelumnya melawan seorang Demigod.
Namun, satu hal yang pasti adalah Cacus baru saja dilahirkan kembali dengan tubuh sucinya saat ini. Diperlukan waktu bagi jiwa dan tubuh sucinya untuk bisa menyatu. Jenis pertarungan ini memiliki intensitas yang cukup tinggi jelas hal ini merupakan pertanda yang kurang baik bagi Cacus.
Tyr adalah sosok Demigod sejati!
“Aku akan memberimu satu kesempatan terakhir, temanku. Jika kau pergi sekarang juga, maka kami akan mengurus urusan kami sendiri, dan semua yang telah terjadi sejauh ini akan dianggap seperti tidak terjadi sesuatu. Apa pendapatmu tentang masalah ini?"
Cacus tampaknya tidak ingin melawan Tyr, dan kata-kata yang dilontarkannya hanya sekedar konfirmasi atas kecurigaannya pada sosok lawannya. Orang ini harus bersemangat untuk menghabiskan waktu yang diperlukan untuk dapat mengamankan tubuh suci ini. Mustahil rasanya untuk dapat mengatakan hal-hal seperti itu di masa jayanya.
Dalam hal ini Tyr menjadi lebih percaya diri.
"Hehe! Kau tidak takut padaku, ‘kan?” Kedua mata Tyr tampak menyipit seraya tersenyum saat dia melihat ke arah Cacus yang berada di hadapannya.
“Takut padamu?” Cacus hanya bisa tertawa kecil. Tawa yang terdengar dari tubuh suci ini telah membuat semua orang merasa ketakutan.
“Ketika aku berkeliaran di ranah seni bela diri kuno Kekaisaran Surgawi, kau bahkan belum lahir. Lalu mengapa kau berpikir bahwa aku akan takut padamu? Aku hanya berpikir sulit untuk berkultivasi ke tingkat Demigod, terutama karena usiamu yang masih sangat muda. Kita bisa melupakan masa lalu dan menjadi seorang teman.”
"Apakah benar begitu?" Tyr dengan lembut menggosok pelipisnya sebanyak dua kali dan berkata, "Sejujurnya, menjadi seorang Demigod mungkin sama sulitnya bagi orang lain seperti pergi ke surga, tapi itu tidak terlalu sulit bagiku."
“Kau tidak punya niat untuk berteman denganku, Cacus. Tapi malah sebaliknya, jiwamu tidak stabil karena kau baru saja dilahirkan kembali melalui tubuh suci. Kau bahkan tidak bisa menggunakan semua kemampuan yang baru saja kau dapatkan. Pada akhirnya, kau benar-benar akan merasa takut padaku, bukan? Kau takut jika aku akan melawanmu, dan itu semua akan segera berakhir jika kau berhasil dihancurkan.”
"Apakah kau benar-benar ingin bertarung denganku sampai mati?" Cacus bertanya dengan dingin, dia sadar bahwa sepertinya Tyr telah mengetahui kelemahannya.
“Mereka telah berbuat baik padaku,” ucap Tyr, sambil menunjuk ke arah Vulcan dan Asger, yang tampak sangat ketakutan untuk bergerak. “Karena bantuan dari keluarga Irons, aku bisa menjadi sosok seorang Demigod. Saat ini, kau telah menghancurkan seluruh anggota keluarga demi tubuh suci ini. Tidakkah menurutmu aku harus membalaskan dendam mereka karena aku telah berteman dengan mereka?”
"Ha ha ha. . . . Kau adalah sosok pria yang penyayang dan baik hati.” Cacus tertawa dengan keras, dan kobaran api berwarna keunguan kembali menyala di dalam matanya yang terang, seolah-olah mereka tengah bersiap untuk meledak setiap saat.
Fakta bahwa api berwarna keunguan itu tampak bersinar sangat terang di matanya itu karena Cacus terlihat sangat marah dengan pernyataan Tyr, mengingat Tyr menolak untuk mundur walau bagaimanapun caranya. Namun, sebagai seorang Demigod, Tyr terus-menerus terikat oleh emosi yang fana. Dan hal itu akan menjadi sebuah kegagalan terbesarnya.
“Hah, kau hanya seorang Demigod yang baru, ‘kan? Sejak seratus tahun yang lalu, aku, Cacus, telah mendominasi dunia sebagai sosok Demigod. Jangan salahkan aku karena aku akan bersikap kasar jika kau terus menjadi keras kepala!”
“Hentikan omong kosong sialanmu itu!” Tyr sudah berhenti mendengarkan omong kosong Cacus sejak lama. Seluruh tubuhnya tampak bergetar hebat, dan aura berwarna keemasan langsung bergerak menelannya.
Tyr juga melihat Pedang Surgawi miliknya yang saat ini berada di tangan Cacus. Pada saat yang sama, dia mencoba untuk membuat koneksi dengan Pedang Surgawi. Sayangnya, tidak peduli seberapa kuat Tyr mencoba untuk berkomunikasi dengannya, namun Pedang Surgawi, yang berada di dalam genggaman tangan Cacus, sama sekali tak bergeming dari panggilan Tyr.
Saat ini Tyr tidak merasa terganggu sedikitpun. Sontak tubuhnya langsung berubah menjadi seberkas cahaya dan bergerak menyerang Cacus.
Boom!
Energi vitalitas tirani langsung mengalir melalui tinju Tyr, dan dia telah menghantamkan pukulannya ke arah Cacus, yang belum sempat menghindar.
Pukulan itu langsung mendarat tepat di dada Cacus. Dalam sekejap tubuh pria itu melesat keluar seperti bola meriam dengan suaranya yang teredam dan menggema dari dadanya.