Bab 1810 Menyapa Tuan
Setelah beberapa saat Lili berwarna keemasan itu tampak menyatu dengan Tyr. Senyum tipis segera muncul di sudut mulut Tyr ketika dia membuka kembali kedua matanya.
Ketika tatapannya jatuh pada Cacus, yang tengah berdiri di sampingnya, pria berbaju besi itu tampak tertawa terbahak-bahak, seperti yang dilakukan oleh Tyr.
"Apa yang kau tertawakan?" Tyr menampar Cacus tepat di atas kepalanya dengan menggunakan kedua telapak tangannya tanpa mengatakan apa-apa. Kemudian, entah dari mana, kekuatan misterius itu mulai mengalir ke bagian atas tubuh suci dari Cacus.
Ketika Tyr menarik kembali tangannya, terlihat jelas seutas benang berwarna merah darah yang menghubungkan kelima jarinya ke bagian atas kepala Cacus.
Tyr memiliki sebuah ide, dalam sekejap dia berhasil menghilangkan benang itu tanpa jejak.
"Perhatian!" Tyr bergumam dalam hatinya. Cacus benar-benar terlihat berdiri dan bersiap untuk memberikan hormat dengan cara militer kepada Tyr yang ada di seberangnya.
“Itu berhasil!” Tyr merasa sangat terhibur. Dia memiliki ide yang lainnya ketika dia melihat api berwarna ungu cemerlang didalam sorot mata Cacus. Cahaya itu seketika menghilang tanpa jejak dari dalam matanya.
“Mulai sekarang aku akan menjadi tuanmu. Mengapa kau tidak berlutut dan menyapa tuanmu?” Tyr merasa sangat bahagia. Cacus berlutut di hadapan Tyr dan tetap tidak bergerak.
Boom!
Tyr memutar tubuhnya dan membanting tinjunya kearah penghalang kosong. Dalam sekejap, dia kembali membuat lubang yang besar yang lebih tinggi dari tubuh seorang pria. Kemudian dia dan Cacus bergegas keluar dari cermin ajaib.
Tyr berbalik dan menatap cermin ajaib besar, yang sudah terjatuh ke dalam sebuah perenungan.
“Cermin ajaib ini terlalu besar. Jika ukurannya hanya sebesar telapak tangan, maka benda itu akan sangat ideal. Kalau begitu, bukankah itu hanya dianggap sebagai bagasi tambahan, yang bisa aku isi apa saja di dalamnya?” Namun, ide Tyr ternyata gagal. Cermin ajaib ini memiliki ukuran yang sangat besar sehingga rasanya tidak mungkin untuk dapat merubahnya menjadi ukuran yang lebih kecil.
Tyr beralasan bahwa karena cermin ajaib ini bisa terbuka ke luar angkasa, pastinya ada benda lain di dunia ini yang bisa melakukan hal yang sama, tapi sayangnya dia belum pernah menemukannya.
"Bawa itu!" Tyr memerintahkan.
Cacus membawa cermin ajaib besar yang ada di pundaknya. Dia tampak sedikit lucu.
Pada saat ini, Istana Cermin telah berubah menjadi kosong. Cardinal dan yang lainnya juga tidak bisa ditemukan di tempat itu. Tyr tidak terlalu memikirkannya saat dia berjalan keluar dari istana bersama dengan Cacus.
"Tyr, akhirnya kau bisa keluar dari tempat itu." Vulcan dan Asger segera berlari menghampiri mereka dengan langkah yang besar segera setelah mereka keluar dari Istana Cermin.
Sebelumnya, kondisi mereka tampak berantakan. Namun kini kondisi mereka telah berganti dengan pakaian baru, dan tubuh mereka telah dipenuhi dengan energy yang kuat.
"Ada apa dengan kalian berdua?" Tyr mendadak dilanda kebingungan.
“Kau sudah berada di dalam cermin ajaib itu selama setengah bulan,” Vulcan langsung memberitahukan dengan cepat. “Kami tidak tahu kapan kau akan keluar dari tempat itu. Karena kami tidak ingin mengganggumu saat kau masih berada di dalam sana, kami baru saja meninggalkan tempat itu.”
"Setengah bulan?" Tyr jelas merasa terkejut. Dia jelas tidak mengira bahwa dirinya sudah berada di sana selama itu, tetapi dia tidak pernah berpikir jika dia akan menempuh waktu selama setengah bulan padahal kejadiannya berlalu dengan begitu cepat.
"Apakah orang-orang dari Sekte Api Abadi itu telah berbohong padamu, Tyr?" tanya Asger. "Apakah benar-benar ada cara untuk dapat mengolah jiwa di dalam cermin ajaib?"
"Ya tentu saja." Tyr mengangguk, lalu memberikan isyarat kepada tangannya. Cacus dengan patuh mengambil langkah untuk bergerak maju. "Ini bonekaku."
Mau tak mau mereka menghirup udara dingin saat mereka melihat ke arah Cacus, yang membawa cermin ajaib di atas pundaknya.
“Ke mana perginya orang-orang dari Sekte Api Abadi itu?” tanya Tyr.
“Mereka sudah berlutut di luar selama setengah bulan terakhir. Mereka tidak berani melakukan kesalahan lagi, karena mereka masih menunggu penilaian darimu,” jawab Vulcan.
Tyr keluar dan berjalan langsung ke arah alun-alun. Ratusan orang tampak berlutut di sana, mereka tampak saling berdesakan. Mereka semua adalah para penganut Sekte Api Abadi.
Untuk waktu yang cukup lama, para penganut Sekte Api Abadi telah merasa ketakutan sejak Tyr memasuki cermin ajaib. Mereka tidak tahu kapan Tyr akan muncul, dan mereka juga tidak bisa melarikan diri dari lokasi itu. Bagaimanapun juga, mereka tahu bahwa mereka tidak akan pernah bisa lari dari cengkeraman seorang Demigod.
Akibatnya, yang bisa mereka lakukan hanyalah berlutut di sana dan menunggu Tyr untuk menghukum mereka, berharap untuk bertahan hidup dengan cara seperti ini.
Tentu saja, mereka tidak menghabiskan hari-hari mereka dengan berlutut di sini. Mereka masih membutuhkan makan ketika tiba waktunya untuk makan. Mereka akan terus berlutut di sini setelah mereka selesai makan.
Cardinal dan Great Guardian telah menjadi jauh lebih kuyu dibandingkan dengan kondisi mereka beberapa minggu sebelumnya. Sorot matanya mereka tampak sayu dengan kulit bibirnya yang pecah saat mereka melihat kondisi Tyr saat berjalan di samping Cacus. Dengan kondisi yang sangat menyedihkan mereka tampak berlutut diatas tanah dan memohon belas kasihan kepada Tyr.
“Tuan yang perkasa, aku merasa yakin jika kau telah menyempurnakan sihir hantu itu sekarang? Jika itu masalahnya, apakah kau mau mengampuni kami?”
Tyr tidak menanggapinya. Sebagai gantinya, dia menoleh ke samping dan menatap kearah Vulcan dan Asger. “Orang-orang ini telah memusnahkan keluargamu. Apa yang ingin kau lakukan dengan mereka?”
Awalnya, Tyr mengira bahwa Vulcan dan Asger akan marah dan memintanya untuk membunuh semua orang yang ada di sana. Tyr tidak akan menolak permintaannya jika mereka mengatakan sesuatu seperti itu. Dia dengan sengaja datang ke Pulau Inferno untuk membalaskan dendam bagi keluarga Irons, selain merebut kembali Pedang Surgawi miliknya.
Namun, yang sangat mengejutkan Tyr saat ini, bahwa Vulcan dan Asger tidak membuat permintaan seperti itu. Sebaliknya, mereka malah meminta Tyr untuk membiarkan orang-orang ini pergi.
"Apa kau yakin?" Tyr memandang keduanya dengan heran, seolah dia tidak mengerti apa yang ada didalam pikirkan mereka.
“Orang yang sudah mati tidak akan bisa hidup lagi. Bahkan jika aku membunuh mereka semua, maka semua itu tidak akan ada gunanya,” ucap Vulcan, sambil menarik napasnya dalam-dalam.
“Sebaliknya, berdasarkan interaksi yang kami lakukan selama ini, aku tahu bahwa mereka melakukan itu karena mereka dipaksa oleh Cacus, dan itu bukan niatan awal dari mereka. Selain itu, aku juga sedang mempertimbangkan untuk menghidupkan kembali keluarga Irons. Pulau Inferno adalah lokasi yang sangat baik untuk rencanaku tinggal di masa yang akan datang.”
"Membangun kembali keluarga Irons?" Sepertinya Tyr mulai mengerti tentang rencana yang akan dilakukan oleh mereka berdua.
“Pulau Inferno adalah tempat yang sangat ideal untuk melakukan kegiatan penggandaan,” ucap Vulcan. “Sejujurnya, nenek moyang kami juga pernah bertemu dengan sosok Black Cooter atau biasa disapa Penyu Cangkang Hitam bertahun-tahun yang lalu dan mendapatkan cangkang milik keluarga itu, itulah sebabnya keluarga kami telah berkembang di dunia seni bela diri kuno hingga sampai hari ini. Baru kemudian kami menetapkan diri sebagai keluarga penempa terbesar yang ada di dunia dalam komunitas.
“Sebelumnya, kami hanya menyempurnakan sebagian kecil dari sisa Black Cooter menjadi baju besi yang sangat legendaris. Sisanya telah kami sembunyikan. Sekarang setelah aku menemukan Pulau Inferno, aku ingin menggunakan Black Cooter yang tersisa untuk membuat senjata tempur terbaik di dunia. Jadi, aku akan membutuhkan banyak orang yang tahu cara memalsukan senjata untuk membantuku.”
Usai melontarkan ucapannya, Tyr tampak terkejut. “Senjata Malaikat terbaik di dunia?”
Tyr tanpa sadar mengangkat Pedang Surgawinya dan bertanya, "Apakah benda itu akan lebih kuat dari pedang ini?"
“Aku masih tidak yakin berasal dari bahan apa Pedang Surgawi itu dibuat,” Vulcan menjelaskan, “Tapi aku yakin jika itu adalah senjata Astral yang digunakan oleh para Dewa kuno. Dan aku juga berharap untuk pembuatan senjata yang selanjutnya harus setara dengan pedang surgawi milikmu.”