Bab 1
Di tahun ketiga Amelia Kresta menikah dengan Alex Giarno, dia menerima kabar baik.
Amelia akhirnya bisa meninggalkan Alex.
[Sebulan lagi kakakmu akan kembali. Selama sebulan ini, teruslah berperan sebagai dia.] Suara ibunya Amelia, Kiara Salim, terdengar dari ujung telepon sana. Suara wanita itu terdengar dingin seperti biasa. [Setelah semuanya selesai, aku akan memberimu 60 miliar supaya kamu bisa menjalani hidup yang kamu inginkan.]
"Oke," jawab Amelia, suaranya terdengar begitu tenang.
Telepon pun ditutup. Amelia menengadah menatap foto pernikahan berukuran besar yang digantung di dinding.
Dalam foto itu, Alex tampak begitu tampan dengan setelan jasnya yang rapi. Sementara itu, Amelia mengenakan gaun pengantin yang sangat mahal sambil menyunggingkan seulas senyuman lembut nan menawan.
"Sudah tiga tahun ... " gumam Amelia, jemarinya mengelus bingkai foto dengan lembut. "Akhirnya ini semua akan berakhir."
Tiga tahun yang lalu, dunia digemparkan dengan kabar pernikahan antara dua keluarga kaya, Keluarga Giarno dan Keluarga Kresta. Kakak kembar Amelia, Emily Kresta, adalah menantu yang ditentukan oleh Keluarga Giarno.
Namun, pada malam sebelum pernikahan, Emily meninggalkan sepucuk surat dan melarikan diri dari pernikahannya.
[Ayah, Ibu, aku nggak mau terikat dalam pernikahan yang ditentukan begini. Tapi, aku tahu ini tanggung jawabku. Beri aku waktu selama tiga tahun untuk mencari kebebasan. Aku akan kembali setelah tiga tahun berlalu.]
Agar perjanjian antara kedua keluarga tetap terjaga, malam itu juga orang tua Emily terpaksa menjemput kembali adik kembar Emily yang sengaja ditinggalkan di desa.
Amelia yang tumbuh besar di desa dan bahkan tidak layak menghadiri pertemuan keluarga itu akhirnya menjadi pengantin pengganti dengan menggunakan nama Emily.
"Wanita yang Alex sukai bukan kakakmu, melainkan siswa miskin yang dibiayai keluarganya." Pada malam sebelum pernikahan, Kiara berujar memperingatkan Amelia dengan suara dingin, "Kehidupan pernikahanmu nggak akan baik-baik saja, tapi yang penting kamu tetap tenang dan bertahan selama tiga tahun dengan identitas kakakmu."
Amelia ingat bahwa pada saat itu, dia hanya mengangguk dengan patuh.
Tentu saja Amelia tahu siapa Alex. Pria itu adalah tokoh setia yang selalu muncul di majalah keuangan, anak orang kaya yang paling terkenal di lingkaran Kota Depar, serta subjek incaran banyak wanita terkemuka.
Amelia juga sudah pernah mendengar cerita tentang Alex dan Clara Hugson.
Clara adalah siswa miskin yang didanai oleh Keluarga Giarno dan akhirnya bisa kuliah di universitas ternama berkat beasiswa. Alex sangat mencintai Clara dan bersikeras ingin bersama wanita itu tanpa memedulikan tentangan dari keluarganya. Namun, Clara adalah tipe wanita yang dingin dan memiliki harga diri. Dia enggan menerima cinta yang tidak mendapat restu, jadi dia memilih untuk mengakhiri hubungan mereka dan pergi ke luar negeri.
Keluarga Giarno sontak bergembira dan segera mengatur pernikahan untuk Alex.
Ternyata hari-hari setelah menikah lebih sulit daripada yang dibayangkan.
Ruang kerja Alex dipenuhi dengan foto-foto Clara. Setiap minggu, Alex diam-diam terbang sekali ke Kota Parsan untuk menemui Clara. Sementara itu, Amelia bahkan dianggap tidak berhak masuk ke kamar utama dan hanya boleh tidur di kamar tamu di ujung koridor.
Amelia sangat berhati-hati dan berusaha memainkan peran Emily dengan baik. Selama tiga tahun ini, dia bahkan berusaha sangat keras untuk memperlakukan Alex dengan baik agar kerja sama kedua keluarga tidak terhambat.
Saat Alex lembur, Amelia akan menyalakan lampu di pintu masuk dan menunggu pria itu pulang semalaman.
Lambung Alex bermasalah, jadi Amelia bangun setiap hari pukul lima untuk memasak bubur agar kesehatan lambung Alex tetap terjaga.
Alex suka ketenangan, jadi Amelia memastikan dirinya adalah sosok yang paling tenang di rumah.
Lama kelamaan, beredar gosip di kalangan mereka bahwa Nyonya Emily sangat mencintai Pak Alex. Sorot tatapan Alex terhadap Amelia juga perlahan berubah.
Foto Clara di ruang kerjanya menghilang, perjalanan mingguan ke Kota Parsan dibatalkan, Alex mulai mengingat ulang tahun Amelia, pria itu akan pulang lebih cepat saat Amelia mengalami flu, bahkan ... Alex berbagi momen intim dengan Amelia.
Amelia nyaris mengira bahwa ada sedikit perasaan tulus yang muncul dalam pernikahan pengganti ini.
Hingga akhirnya Clara kembali tiga bulan yang lalu.
Semua kembali ke titik awal.
Hati Alex kembali dikuasai oleh Clara. Alex mulai pulang larut malam, ruang kerjanya lagi-lagi dipenuhi dengan foto-foto Clara. Semua orang mentertawakan Amelia sebagai lelucon, tetapi Amelia justru hanya tersenyum tenang, tidak ribut dan tidak mengganggu.
Karena dia tidak pernah mencintai Alex.
Alasan Amelia tetap di samping Alex hanya demi uang dan kebebasan yang dijanjikan oleh orang tuanya. Amelia memang akan merasa lebih baik apabila Alex benar-benar mencintainya, tetapi Amelia juga tidak peduli apabila tidak.
Tidak ada yang tahu bahwa nasib Amelia dan Emily sangat berbeda walaupun mereka adalah saudari kembar.
Kiara mengalami pendarahan hebat saat melahirkan Amelia dan nyaris kehilangan nyawanya. Sejak saat itu, sorot tatapan Kiara terhadap Amelia selalu dipenuhi dengan kebencian. Ayah Amelia yang sangat mencintai istrinya itu juga menganggap Amelia ibarat bencana.
Saat Amelia berusia usia lima tahun, dia dikirim ke rumah pengasuhnya di desa.
Amelia masih ingat saat cuaca sangat dingin waktu itu. Kompor di rumah pengasuhnya rusak dan dia menggigil kedinginan, tetapi sama sekali tidak punya jaket tebal.
Sementara itu, Emily berada di vila yang hangat dan mengenakan gaun wol yang mahal. Dia dimanjakan oleh orang tua mereka yang menganggapnya seperti harta karun.
Diperlakukan secara berbeda dari kakak kembarnya selama 18 tahun membuat harapan Amelia mendapatkan kasih sayang keluarga terkikis.
Saat ini, dia hanya perlu bertahan selama satu bulan lagi sebelum mendapatkan 60 miliar sebagai kompensasi untuknya yang sudah berperan sebagai Emily selama tiga tahun. Dia bisa meninggalkan kota ini dan menjalani kehidupan yang benar-benar adalah miliknya.
Di tengah keceriaan suasana hati Amelia, ponselnya tiba-tiba bergetar. Sebuah nama muncul di layarnya.
Alex.
Amelia menarik napas dalam-dalam dan mengangkat telepon itu. "Halo?"
[Antarkan beberapa keperluan datang bulan ke klub dalam 20 menit,] perintah Alex dengan suara yang begitu dingin. [Harus buat yang dipakai malam.]
Setelah itu, panggilan langsung ditutup. Amelia memegang ponsel dan seketika mengerti semua itu untuk siapa.
Alex lebih ingat siklus datang bulan Clara dibandingkan tanggal perusahaan resmi memasukkan sahamnya ke bursa.
Di luar jendela, hujan sedang turun dengan deras. Biasanya, perjalanan dari vila Keluarga Giarno ke klub memerlukan waktu setidaknya 40 menit.
Namun, Amelia tetap membawa payung dan keluar.
Mobil pun berhenti di tengah jalan. Amelia melihat jam, dia masih memiliki sisa waktu 12 menit. Amelia menggigit bibirnya, lalu membuka pintu mobil dan berlari menembus hujan.
Hujan segera membasahi pakaian Amelia. Sepatu hak tinggi Amelia tergelincir beberapa kali di atas permukaan jalanan yang licin. Amelia pun terjerembap ke genangan air, lututnya terasa sakit sekali.
Namun, Amelia tidak sempat memikirkan semua itu. Dia bangkit dan terus berlari. Dia akhirnya tiba di tempat pertemuan pada menit dengan sisa waktu satu menit terakhir.
Amelia berdiri di depan pintu ruang privat dan hendak mengetuk pintu, tetapi dia mendengar suara tawa yang riuh dari dalam.
"Pak Alex, apa Pak Alex benar-benar tega meminta istri Pak Alex mengantarkan semua itu di tengah hujan sederas ini? Dari rumah Pak Alex ke sini paling nggak butuh 40 menit, 'kan?"
"Clara sangat kesakitan," jawab Alex dengan nada bicara yang datar. "Dia pasti akan mencari cara untuk datang."
"Ya juga sih. Semua juga tahu kalau istri Pak Alex sangat mencintai Pak Alex. Selama tiga tahun ini, dia tetap setia tanpa mengeluh walaupun Pak Alex mencintai wanita lain."
Kemudian, ada yang bertanya, "Tapi, Pak Alex, seriusan deh. Masa Pak Alex sama sekali nggak tergerak sedikit pun dicintai sedemikian rupa oleh seorang wanita cantik selama tiga tahun ini?"
Suasana mendadak menjadi hening.
Amelia ikut menahan napas. Alex terdiam selama beberapa detik, lalu menjawab.
"Mau kapan pun itu, aku akan selalu memilih Clara dibandingkan dia."
Kata-kata yang terdengar begitu tidak berbelas kasihan, tetapi Amelia juga tidak merasa sedih. Dia justru merasa lega. Amelia menunggu sampai percakapan di dalam ruangan selesai, baru kemudian mengetuk pintu.
Saat Amelia mendorong pintu dan masuk, semua orang sontak menatapnya dengan kaget.
"Wah, tepat waktu sekali!"
"Loh, Kak Emily ... Kok basah kuyup begitu?"
Alex bangkit berdiri dan bertanya sambil mengernyit, "Kenapa kamu berantakan begini?"
Amelia menyerahkan pembalut yang dia jaga dengan baik. "Bukannya tadi kamu bilang dalam 20 menit? Aku takut kamu buru-buru, jadi aku turun dari mobil dan berlari ke sini."
Amelia tidak mengatakan bahwa dia sempat terjatuh, dia juga tidak mengatakan bahwa lututnya sekarang gemetar menahan sakit.
Sorot tatapan Alex pun berubah. Dia melepas jasnya dan menyampirkannya ke tubuh Amelia. "Pakai ini."
Kemudian, Alex menunjuk pembalut yang Amelia bawa. "Antarkan ke toilet wanita."
Amelia balas mengangguk pelan dan berjalan menuju kamar mandi dengan patuh.
Saat mengetuk pintu, dia mendengar suara lemah Clara dari dalam. "Siapa?"
"Aku mengantarkan pembalut."
Clara terdiam selama beberapa detik, lalu pintu pun terbuka sedikit. Amelia menyodorkan pembalut itu masuk, lalu berbalik dan pergi.
Setelah pulang ke rumah, dia mandi air hangat. Luka di lututnya terasa nyeri.
Saat berbaring di tempat tidur, Amelia merasa sangat lega saat membayangkan sebentar lagi dia akan benar-benar terbebas.
Saat dia hendak tidur, tiba-tiba pintu kamarnya dibuka dengan kencang.
Alex langsung berjalan masuk dan menarik pergelangan tangan Amelia. "Bangun!"
Belum sempat Amelia bereaksi, Alex sudah menariknya turun dari tempat tidur. Amelia pun diseret ke depan tangga hingga tersandung-sandung.
"Alex? Kamu mau ... "
Belum sempat Amelia selesai bertanya, dia didorong dengan kencang. Tubuhnya terhuyung ke belakang, bagian belakang kepalanya membentur anak tangga dengan kencang. Kemudian, tubuhnya terjatuh berguling-guling menuruni tangga.
Sekujur tubuh Amelia sontak terasa kesakitan.
Amelia terbaring di dasar tangga. Pandangannya mengabur, cairan hangat mengalir di dahinya.
"Kenapa ... " Amelia mengangkat tubuhnya dengan susah payah. "Kamu ... begini padaku?"
Alex berdiri di puncak tangga. Wajahnya tidak terlihat jelas karena pria itu berdiri membelakangi cahaya, tetapi suaranya terdengar dingin dan tajam menusuk.
"Kamu yang mendorong Clara sampai terguling ke bawah, 'kan?"
Amelia menengadah dengan bingung. "Apa?"
"Berhenti berpura-pura!" Alex menuruni tangga dengan perlahan. "Akhir-akhir ini kamu selalu bersikap baik, itu pasti karena kamu menunggu hari ini, 'kan? Kamu tahu nggak gara-gara kamu mendorong Clara dari ambang jendela, tulang Clara patah semua dan dia nyaris mati!"
"Aku nggak ... " Amelia menggeleng dengan lemah, tetapi itu justru membuat lukanya di kepalanya makin terasa nyeri. Amelia juga merasa pusing.
Alex pun berjongkok dan memegang dagu Amelia. "Emily, apa kamu jadi berimajinasi gara-gara kebaikanku selama beberapa tahun ini? Kukasih tahu sekali lagi, ya. Kita hanya menikah demi kepentingan, sama sekali nggak ada perasaan yang terlibat di sini."
Alex mendekat ke telinga Amelia dan berkata dengan jelas, "Aku nggak akan pernah memberikan rasa cinta yang kamu inginkan itu!"
Amelia merasa begitu kesakitan hingga pandangannya menggelap dan mendadak ingin tertawa.
Masalahnya, dia tidak pernah ... berharap mendapatkan cinta Alex.