Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Istri BayanganIstri Bayangan
Oleh: Webfic

Bab 3

Seminggu kemudian, pertemuan bulanan Keluarga Giarno diadakan sesuai jadwal. Karena Alex sedang tidak ada di tempat, jadi Amelia menghadiri pertemuan keluarga itu sendirian. Begitu melihat Amelia, ekspresi ibunya Alex, Inggrid Wigdar, langsung terlihat masam. "Mana Alex?" Amelia menundukkan pandangannya. "Dia lagi ada urusan dan nggak bisa pulang untuk sementara waktu." Inggrid pun tersenyum dengan dingin. Saat dia hendak berbicara, kepala pelayannya datang menghampiri dengan tergesa-gesa dan menyerahkan sebuah tabloid. Berita utama di tabloid itu menyertakan foto Alex dan Clara yang sedang berciuman di atas kapal pribadi! "Brak!" Inggrid membanting sendoknya ke atas meja dengan murka. "Emily! Ikut aku ke ruang kerja!" Begitu masuk ke ruang kerja, Inggrid langsung membentak, "Berlutut!" Amelia berlutut dalam diam. "Dasar nggak becus! Masa menjaga suami sendiri saja nggak bisa!" Tubuh Inggrid sampai gemetar saking marahnya. "Sekarang, kuberi kamu dua pilihan. Telepon dia dan suruh dia pulang atau ... kamu kuhukum cambuk!" Amelia mengerjapkan matanya. Dia tahu Alex tidak akan pulang sekalipun dia menelepon suaminya itu. Lagi pula, Amelia tidak ingin sampai mengganggu momen kebersamaan Alex dengan kekasih hatinya. Jika Alex sampai marah, bisa-bisa kerja sama antara kedua keluarga akan bermasalah. "Aku pilih dicambuk," jawab Amelia dengan suara pelan. "Coba bilang lagi!" bentak Inggrid. "Aku pilih dicambuk." Amelia menengadah, sorot tatapannya tampak tenang. "Silakan cambuk aku." Inggrid merasa begitu marah hingga wajahnya tampak pucat. Dia mengambil cambuk yang tergantung di dinding, lalu mencambuki punggung Amelia dengan kencang! "Mau telepon nggak!" "Ctaas!" "Mau telepon nggak!" "Ctaas!" Amelia menggigit bibirnya dengan keras. Punggungnya terasa sakit dan pedih, tetapi dia tetap menggelengkan kepala. Akhirnya, pandangan Amelia pun menggelap dan dia jatuh pingsan saking kesakitannya. Saat terbangun lagi, Amelia sedang berbaring di ranjang rumah sakit. Punggungnya terbalut perban. Alex sedang duduk di tepi tempat tidurnya sambil mengernyit. "Kenapa kamu nggak meneleponku dan memintaku pulang di saat Ibu mempersulitmu?" tanya Alex dengan suara dingin. Amelia balas tersenyum kecil. "Aku nggak mau mengganggu kencanmu dengan Nona Clara." Alex sontak tertegun. Dia menatap wajah Amelia yang pucat dan tiba-tiba teringat akan kata-kata yang diucapkan perawat waktu itu. "Saking besar rasa cintanya untuk Pak Alex, dia bahkan rela merawat orang yang disukai Pak Alex ... " Ternyata, Emily ... begitu mencintainya? Saking cintanya sampai Emily lebih rela dihukum dibandingkan mengganggu Alex? Perasaan aneh di dalam hati Alex menjadi makin kuat. Selama beberapa hari ke depan, untuk pertama kalinya Alex tetap di rumah sakit dan merawat Amelia. Amelia sudah bilang tidak usah, tetapi Alex tetap tidak pergi. Di hari Amelia keluar rumah sakit, Alex menerima telepon mendadak yang mengatakan bahwa ada urusan mendesak di perusahaan dan dia harus menghadiri rapat. "Kamu pulang sendiri," kata Alex, lalu langsung berbalik badan dan berjalan pergi. Amelia mengangguk mengerti dan berjalan pelan-pelan keluar dari rumah sakit. Saat dia baru saja turun dari tangga, dia secara tidak sengaja menabrak seseorang. "Nggak punya mata, hah!" caci orang itu. "Tahu nggak betapa mahalnya pakaianku? Memangnya kamu bisa ganti? Pakaianmu saja lusuh begitu!" Amelia hendak meminta maaf, tetapi sebuah suara yang dingin tiba-tiba terdengar dari belakang. "Pergi." Entah sejak kapan Alex turun dari mobil dan langsung melemparkan setumpuk uang tunai ke wajah orang itu. "Cukup nggak?" Orang itu awalnya ingin marah, tetapi begitu melihat pakaian dan aura Alex, dia langsung lari dengan malu. Alex melirik Amelia dengan dingin. "Emily, apa Keluarga Kresta dan Keluarga Giarno nggak memberimu uang? Kenapa pakaianmu begini?" Amelia hanya diam. Keluarga Kresta memang tidak pernah memberinya uang. Keluarga Giarno memberinya kartu hitam, tetapi dia bukan istri Alex yang sebenarnya. Jadi, Amelia tidak pernah menggunakannya. Diamnya Amelia membuat dada Alex entah kenapa terasa panas. Dia langsung menarik Amelia masuk ke dalam mobil. "Kita pergi beli pakaian." Di mal, Alex memilihkan beberapa set pakaian untuk Amelia yang semuanya cukup mahal. Amelia tetap tenang dan patuh, dia benar-benar seperti boneka. Namun, tepat saat mereka baru saja keluar dari mal ... "Alex?" Terdengarlah suara gemetar seseorang. Amelia pun menengadah dan melihat Clara sedang berdiri tidak jauh dari sana dengan mengenakan seragam pelayan paruh waktu. Clara menatap Alex dan Amelia dengan mata yang berkaca-kaca dan sorot tidak percaya. "Bukannya kamu bilang lagi rapat di perusahaan?" "Clara ... " Ekspresi Alex sedikit berubah. "Kamu boleh-boleh saja nggak mencintaiku ... " Air mata Clara pun menetes. "Tapi, bisa-bisanya kamu membohongiku? Aku nggak seharusnya kembali, akulah yang mengganggu kalian ... " Setelah itu, Clara berbalik dan berlari pergi. "Clara!" Alex segera mengejar Clara. Amelia hanya berdiri diam sambil menatap sosok Alex dengan tenang. Namun, sesaat kemudian ... "Prang!" Terdengarlah bunyi yang kencang! Kaca mal yang tinggi tiba-tiba pecah dan jatuh tepat di kepala Clara! Clara bahkan tidak sempat menjerit, tubuhnya langsung basah dalam genangan darah ...

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.