Bab 149
Myria merasa sesak oleh keheningan itu. Dia tahu, diamnya Yavin menandakan ketidaksenangan. Myria menundukkan pandangan, tangan yang memegang ponsel pun turun perlahan, menghindari tatapan.
"Kalau begitu, biar aku traktir makan sebagai ucapan terima kasih."
Yavin tidak menjawab, langsung menutup telepon.
Keesokan malamnya, dia mengirimkan alamat sebuah restoran kepada Myria.
Myria tiba di sana sekitar pukul tujuh.
Restoran bergaya nasional, para pelayan mengenakan kebaya merah-hitam, tersenyum ramah, mengantar Myria ke tempat duduk di dekat jendela di lantai dua.
Yavin sudah datang lebih dulu. Dia mengenakan kemeja biru dan rompi jas abu-abu, tampak sudah menunggu cukup lama, ekspresinya tenang, teh di atas meja sudah diminum setengah.
Myria melirik jam, tepat pukul tujuh seperti yang dijanjikan. Dia tidak terlambat.
Pelayan datang membawa menu, pertama-tama menyerahkannya kepada Yavin. Yavin mengangkat dagu sedikit, memberi isyarat agar diberikan kepada Myria.
Myria pun menerimanya.
H

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda