Bab 169
Tidak pernah berlalu.
Tidak bisa dilupakan.
Hanya menangis diam-diam di tengah malam yang sepi.
Di ruang tamu, hanya terdengar suara isak tangis tertahan.
Tidak lama kemudian, Fia terbangun dan keluar. Bu Ratna mengusap air matanya dan membuka kotak kue yang baru saja disiapkan oleh pelayan di dapur, camilan sehat dan bersih.
"Fia, ayo duduk sama Nenek."
"Nenek." Fia duduk di sebelah Bu Ratna, mengambil sepotong kue, dan memberikan yang pertama kepada Ratna. "Nenek makan dulu."
Ratna sangat tersentuh dan hampir menangis lagi. Dia mengusap sudut matanya dengan sapu tangan.
Myria bangkit dan pergi ke dapur.
Dia menyalakan teko untuk merebus air lagi.
Bi Anas mengikutinya. "Nona Myria, aku minta maaf. Tolong biarkan Nyonya mencurahkan isi hatinya. Jangan bosan mendengar dia bicara agak banyak. Kejadian ini sudah lebih dari 20 tahun lalu. Dia nggak berani cerita ke orang lain di rumah. Setiap kali dibahas, seluruh keluarga menangis bersama. Setelah terlalu sering menangis, Nyonya juga ngga

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda