Bab 182
Begitu turun dari mobil, Myria ingin segera menghempaskan tangan Yavin.
"Kamu nggak menganggapku serius, ya." Yavin tertawa kesal.
Dia lalu mendongak.
Melihat ke arah lantai enam. Seluruh jendela gedung apartemen terlihat gelap, hanya tempat Myria yang lampunya masih menyala.
Lengannya masih memeluk erat pinggang Myria.
"Kamu bukan sedang mau memberitahuku kalau mau balikan dengan Samuel, 'kan?" Barusan, Yavin seharusnya tidak perlu kasihan pada wanita ini.
Dia tadi tidak tega memaksakan kehendak saat melihat Myria kelelahan.
Myria lalu berkata, "Jam sepuluh, di atas jam sepuluh malam."
Tapi Yavin masih enggan melepaskan tangannya.
Myria pun menatapnya.
"Aku yang datang menemuimu, atau kamu yang datang menemuiku?" tanya Yavin.
"Nanti saja dibahas lagi." Rasa kantuk Myria sirna tertiup angin.
Yavin masih enggan membiarkannya pergi. Tangannya masih melingkar di pinggang wanita itu. Tubuh Myria yang berbalut jaket itu terasa begitu lembut. Melihat ekspresi tenang di wajahnya, Yavin akhirn

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda