Bab 45
Myria duduk menempel di pintu mobil sebelah kanan, lengannya rapat ke pintu, meskipun dia tahu itu tidak akan banyak membantu karena pintu sudah terkunci.
Dia berusaha untuk tidak berpikir yang buruk, tetapi pemandangan di luar jendela membuat dadanya sesak. Jalanan besar itu kosong, hanya sesekali ada mobil lewat. Daerah ini masih di pinggiran utara kota, diapit oleh deretan pabrik.
Sepi dan terpencil.
Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba bersikap tenang. "Baru jam delapan tiga puluh, belum terlalu malam."
"Tapi kamu secantik ini, suamimu tega banget sih biarin kamu kerja malam-malam. Kalau kamu istriku, aku nggak akan tega." Tatapan sopir itu jatuh ke leher Myria yang panjang dan putih, lalu dia menjilat bibirnya.
Myria menatap balik. Wajah sopir itu tampak biasa saja, tetapi sorot matanya vulgar dan mengancam. Jantung Myria berdebar tidak nyaman.
Satu tangan meraba tas, mencari semprotan anti-cabul. Tangan lainnya menggenggam ponsel. Dia menatap jalanan gelap di luar jendela, lalu

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda