Bab 61
Myria menunggu Yavin di apartemennya.
Semalaman penuh, hingga fajar menyingsing barulah Yavin pulang.
Tubuhnya basah.
Hari itu tidak hujan, hanya kabut tebal dan embun yang menyelimuti udara.
Sepertinya dia menghabiskan malam di suatu tempat, rambut hitamnya basah kuyup, sorot matanya kosong. Begitu masuk, dia langsung rebah di ranjang, tanpa sepatah kata pun.
Hari itu, Myria masih ada kelas.
Dia menyiapkan sarapan dan meletakkannya di atas meja.
Saat Myria pulang sore harinya ...
Makanan di meja sudah dingin.
Yavin demam.
Matanya tertutup rapat.
Wajahnya kemerahan.
Namun, warnanya sangat pucat.
Menyiratkan kondisinya yang lemah.
Bibirnya bergerak pelan, seperti menggumamkan sesuatu.
Myria mendekat, baru bisa mendengar suara seraknya.
"Seharusnya aku yang mati."
Malam itu, Myria menjaganya semalaman. Dia menolak minum obat. Jika dipaksa, langsung muntah. Dalam keadaan setengah sadar, dia mencengkeram tangan Myria yang hendak menyuapinya, dan dengan suara parau menyuruhnya pergi.
Myria

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda