Bab 208
Aku tidak pernah melihat Lucio yang selalu bersikap dengan tenang akan semarah ini, aku diam saja melihat mereka bertengkar.
Aku sama sekali tidak berniat melerai mereka.
Mereka benar-benar sangat kekanak-kanakan.
Aku menggelengkan kepalaku, lalu kembali ke perusahaan.
Hanya saja, aku tidak menyangka jika Lucio bergerak lebih cepat daripadaku.
Saat aku tiba di lantai bawah perusahaan pria itu sudah berdiri di sana.
Sudut mulutnya memar, matanya berbinar saat melihatku. "Aku akan jemput kamu saat kamu pulang kerja."
Aku menatap luka di wajahnya. Lucio mengalihkan tatapanku dengan canggung, lalu berkata, "Tenang saja, lukaku nggak parah. Luka dia lebih parah dariku."
Aku mencibir. "Siapa yang bilang aku sedang mengkhawatirkanmu? Jangan terlalu percaya diri."
Tatapan pria itu menggelap, tapi dia tetap berkata, "Aku akan jemput kamu saat kamu pulang kerja."
Aku berkata dengan tidak sabar, "Aku bilang kalau aku mau cerai denganmu. Kenapa kamu masih nggak paham?"
Pria itu memasang ekspresi t

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda