Bab 2
Meskipun aku sudah mengetahui jika aku dan Lucio sudah menikah selama 5 tahun, ini adalah pertama kalinya aku melihat wajah Lucio sedekat ini.
Mau tidak mau aku harus mengatakan jika ada alasan kenapa aku menyukai Lucio di masa mudaku.
Suasana hatiku langsung membaik begitu melihat wajahnya.
Aku juga tidak terlalu kesal meskipun dia memasang ekspresi dingin di wajahnya.
Mungkin karena tidak melihatku berbicara, Lucio sedikit mengerutkan keningnya. "Natalie Sonara, apa lagi masalah yang mau kamu lakukan?"
Lucio berkata sambil berjalan ke ruang ganti, dia sama sekali tidak berhenti melangkah saat melewatiku, kemudian dia mengambil jubah mandi.
Aku memiringkan tubuhku untuk menatapnya. "Buat masalah?"
Aku sama sekali tidak bicara sejak dia kembali sampai sekarang, tapi dia mengatakan aku sedang buat masalah?
Kedua mata gelap Lucio menatapku dengan tatapan yang tajam. "Bukankah sebelumnya kamu selalu menghampiriku setiap aku kembali? Sekarang kamu sudah mengubah taktikmu lagi?"
Aku sedikit terkejut.
Apakah aku bersikap sampai sebegitunya setelah menikah dengan Lucio?
Aku tidak menunjukkan ekspresi apa pun di wajahku, lalu berkata dengan datar, "Oh, lain kali aku nggak akan bersikap seperti itu lagi."
Aku kira Lucio akan menghela napas lega.
Tidak disangka Lucio mengerutkan keningnya, lalu menatapku dengan tidak sabar. "Pekerjaanku sangat melelahkan akhir-akhir ini, aku nggak punya waktu untuk bermain bersamamu."
Aku, "..."
Tatapan Lucio tiba-tiba mendingin saat melihatku tidak berbicara. "Natalie, jangan mencoba melakukan sesuatu pada Junia lagi, dia sama sekali nggak melakukan apa pun, ini semua nggak berguna meskipun aku mengancamku untuk bunuh diri."
Aku tertegun sejenak, suasana hatiku sedikit rumit.
Ridwan kurang lebih sudah menceritakan hubunganku dengan Lucio.
Singkatnya aku mencintai Lucio, tapi Lucio mencintai Junia. Sedangkan aku yang merupakan badut dalam percintaan ini hanya bisa terus menimbulkan masalah untuk Junia yang membuat Lucio semakin muak denganku.
Kali ini aku berusaha untuk bunuh diri karena aku iri dengan sikap perhatian Lucio pada Junia, jadi aku diam-diam menyerang perusahaan Junia, lalu mendiskreditkan artis mereka, tapi Lucio malah memilih untuk membantu Junia ....
Hal ini sama saja dengan memberitahu semua orang jika aku hanya menduduki posisi Nyonya Keluarga Fuscus, tapi aku sama sekali tidak sepenting satu jari Junia di dalam hati Lucio.
Jadi psikologisku runtuh dan berusaha bunuh diri untuk mendapatkan kembali hati Lucio.
Hasil akhirnya bisa ditebak, pria yang sejak awal membenciku tidak mungkin mengasihaniku karena aku bunuh diri, sebaliknya dia menganggap hal ini sebagai masalah.
Saat melihatku tidak berbicara, Lucio kehilangan kesabarannya dan pergi ke kamar mandi.
Aku menghela napas lega, lalu berbaring di tempat tidur dengan pikiranku yang kacau.
Tidak peduli bagaimanapun juga aku hilang ingatan, aku sama sekali tidak mengetahui kenapa aku bisa bertindak segila itu.
Di usiaku yang ke 18 tahun, aku membenci orang yang benaknya dipenuhi dengan cinta, tapi tidak disangka sekarang aku rela mati demi seorang pria.
Aku sama sekali tidak menyangka jika aku akan mengalami hal seperti ini!
Pikiranku sangat kacau, sebelum aku sempat memikirkan apa yang harus kulakukan, selimut di sampingku tiba-tiba diangkat, kemudian sebuah tubuh yang tinggi dan besar berbaring di sampingku.
Aku langsung menggigil begitu merasakan hawa panas yang berhembus. Begitu menoleh, aku melihat Lucio sedang menatapku dengan kedua bola mata hitamnya yang dingin, tapi dia terlihat seperti sedang memendam sesuatu.
Aku berkata dengan tergagap, "A ... apa yang kamu lakukan?"
Meskipun aku hilang ingatan, berdasarkan informasi yang kudapatkan, hubunganku dengan Lucio seharusnya sangat buruk, 'kan?
Mungkin saja kita tidur terpisah, kenapa Lucio berbaring di sampingku dengan begitu alami?
Seolah-olah tidak melihat kepanikanku, Lucio mengulurkan tangannya untuk memeluk pinggangku.
Lucio memelukku tanpa mengatakan apa pun, lalu menekan tubuhku. Kemudian Lucio menggerakkan jarinya yang kapalan yang membuatku merasakan sesuatu yang belum pernah kurasakan sebelumnya.
"Lucio!"
Aku tidak bisa menahan diriku untuk meneriaki namanya. "Jangan sentuh aku!"