Bab 379
Di dalam hatinya, Erica berpikir bahwa wanita ini tidak punya kelebihan lain selain wajah cantiknya!
"Ayo pergi."
Devan berkata dengan nada lembut kepada Della.
"Baiklah."
Della tersenyum simpul, menjawab dengan nada lembut juga.
Keduanya berjalan sambil berbincang, membicarakan alasan kenapa Erica ikut bersama mereka.
Setelah mendengarnya, Della tak kuasa menahan tawa.
Dia melirik ke arah Erica dari waktu ke waktu, merasa gadis kecil ini benar-benar menggemaskan.
"Jangan lihat aku begitu! Kamu dulu pernah menjebak kakakku, ingin mencelakainya!"
"Aku nggak akan pernah melupakan hal itu. Aku akan selalu waspada terhadapmu!"
Erica mengucapkan ancamannya tanpa basa-basi.
Wajah Della langsung menunjukkan rasa malu, dia pun menarik kembali pandangannya.
Dia teringat pada kesepakatannya dulu dengan Liana, merasa sangat menyesal.
Hanya demi sedikit uang, dia setuju melakukan hal seperti itu.
"Itu sudah berlalu, nggak perlu dipikirkan lagi."
Devan buru-buru menghiburnya.
"Terima kasih. Tapi hal itu adalah kebodohan masa laluku."
Della menggigit bibirnya, merasa sangat malu.
Devan hanya bisa menghela napas dengan putus asa sambil menatap Erica.
Adiknya yang satu ini memang selalu membicarakan hal-hal yang seharusnya tidak diungkit lagi!
Tak lama kemudian.
Mereka pun tiba di perusahaan.
Karena sudah membuat pemberitahuan sebelumnya, semua persiapan telah selesai dilakukan malam sebelumnya.
Hari ini, begitu sampai di kantor, mereka hanya perlu membawa peralatan untuk pergi ke studio.
Devan dan rombongannya naik mobil bersama, berangkat dengan semangat menuju studio.
Studio ini adalah sebuah kompleks bangunan kuno.
Dulunya, seorang sutradara terkenal membangunnya untuk pembuatan sebuah film besar.
Proyek ini sempat membuat gempar seluruh Yuwana. Banyak orang yang datang untuk melihatnya.
Bahkan setelah film selesai pun, tempat ini tetap ramai dikunjungi.
Ketika filmnya dirilis, popularitas tempat ini masih bertahan lama, menarik banyak pengunjung.
Bahkan tempat itu berkembang menjadi tempat yang indah.
Seiring waktu, dengan berkurangnya perhatian publik, tempat ini mulai dilupakan orang-orang.
Untuk mendapatkan pemasukan, pengelola studio menyewakan tempat ini untuk berbagai kegiatan seperti pengambilan gambar.
Terkadang juga untuk pembuatan film.
Namun, sebagian besar produksi film lebih memilih lokasi di Studio Damastra, sehingga tempat ini jarang digunakan.
Akhirnya, pengelola memutuskan untuk membebaskan siapa saja untuk menyewa tempat ini. Tak peduli apakah itu kru film atau studio foto yang ingin mengambil foto pernikahan.
Selama ada yang membayar, semua orang bisa mengambil gambar di sini.
Dengan berkembangnya platform video pendek, studio ini kembali ramai didatangi.
Banyak orang datang ke sini untuk bersenang-senang, termasuk hampir semua selebriti internet dari Yuwana.
"Aku dulu selalu ingin datang ke sini, tapi keluargaku nggak mendukungku. Sekarang akhirnya aku bisa mewujudkan impian kecilku."
Della berkata dengan penuh kegembiraan. Wajahnya tampak ceria.
"Kalau lain kali kamu ingin datang lagi ke sini, aku akan menemanimu."
Devan tersenyum lembut.
"Baiklah!"
Della mengangguk dengan penuh semangat.
Keduanya saling memahami, merasakan kedekatan emosional di antara mereka.
"Huh, aku juga mau ikut!"
Erica memanyunkan bibirnya, berkata dengan nada tak puas.
Melihat Devan dan Della yang begitu mesra membuatnya kesal.
"Baiklah, aku akan membawamu."
Della tersenyum hangat, mencoba mengambil hati Erica.
"Aku mau datang bersama Kakak!"
Erica bersikeras, menunjukkan wajah cemberut seperti sedang marah.
"Nanti apakah kamu akan diajak atau nggak, itu tergantung pada seberapa baik sikapmu."
Ucapan Devan langsung membuat Erica terdiam.
"Hahaha ...."
Della tak bisa menahan tawa kecilnya. Dia merasa hubungan kakak beradik ini sangat menggemaskan.
Setelah turun dari mobil, mereka mulai bernegosiasi dengan staf di sana, lalu mempersiapkan lokasi untuk kegiatan mereka.
Di tempat itu ada banyak orang, sebagian besar adalah selebriti internet yang sedang melakukan siaran langsung.
Namun, hanya sedikit yang melakukan syuting.
"Eh, Kakak, lihat siapa itu!"
Erica tiba-tiba membeku sembari menunjuk ke suatu arah.