Bab 380
Mata Devan dan Della tanpa sadar mengikuti arah yang ditunjuk oleh Erica.
Dalam sekejap, mata mereka melebar karena terkejut.
Ternyata itu adalah ....
"Marco? Kenapa dia ada di sini?"
Devan mengerutkan keningnya, terlihat terkejut.
Marco tampak melangkah keluar dari sebuah mobil mewah.
Bukan hanya dia, Liana juga menyusul keluar dari mobil.
Ketika melihat Liana, ekspresi Devan berubah, menyiratkan perasaan yang campur aduk.
Wajahnya langsung menjadi muram, bahkan terlihat sedikit marah.
Tak disangka, keluarga ini benar-benar seperti bayangan yang terus mengikutinya.
Apa mereka sengaja mengikutinya ke sini?
"Apa kita perlu pindah ke tempat lain?"
Della yang tampak khawatir, bertanya pada Devan.
"Nggak perlu. Kalau dia berani mencari masalah, jangan salahkan aku kalau aku bertindak!"
Devan menjawab dengan nada dingin.
Dia bahkan berharap bisa memberi pelajaran pada Marco.
Mereka kembali fokus pada persiapan, sama sekali tidak menghiraukan Marco.
Hanya saja.
Marco dan Liana yang baru turun dari mobil juga tampak terkejut. Pandangan mereka tertuju pada tempat Devan berada.
Bagaimanapun juga, kebanyakan yang datang ke studio ini adalah selebriti internet atau penyiar daring, bukan kru film.
Keberadaan perusahaan Devan yang terorganisir terlihat tidak bisa.
Sangat mencolok.
"Kenapa mereka ada di sini?"
Liana mengerutkan kening, wajahnya penuh dengan ketidaksenangan.
Insiden yang terjadi kemarin masih membuatnya sangat marah hingga sekarang.
Wajahnya muram, terlihat seperti ingin langsung menghampiri untuk menginterogasi Devan.
"Nggak mungkin ini hanya kebetulan saja, 'kan? Apa mereka juga datang untuk syuting di sini?"
Marco tampak sedikit terkejut.
"Benar-benar memuakkan!"
Hanya itu saja komentar Liana.
Ekspresinya penuh dengan kilatan muak.
Jangankan sering bertemu Devan, bahkan hanya membayangkan berada di tempat yang sama dengannya saja sudah membuat Liana makin kesal.
"Kak Liana, jangan marah. Kita abaikan saja dia."
"Kamu sebaiknya pergi mengganti pakaian sekarang. Nanti kita akan mengambil foto yang bagus!"
"Aku akan mengambil banyak foto yang cantik untukmu, jadi jangan terpancing!"
"Semua pakaian ini sudah aku pilihkan dengan sangat hati-hati!"
Marco berkata dengan nada penuh perhatian, terus membujuk Liana.
Wajahnya bahkan menunjukkan kegembiraan yang luar biasa.
Dia tidak sabar melihat Liana mengganti pakaiannya.
"Baiklah, demi kamu, aku nggak akan memedulikannya!"
Liana melirik sinis ke arah Devan, lalu berkata dengan nada dingin.
"Benar, benar!"
Marco mengangguk cepat, senyumnya tak bisa disembunyikan.
Dia segera memberikan perintah pada asisten yang dibawanya.
"Kalian bawa semua pakaian itu ke ruang ganti!"
Para asisten itu langsung bergerak.
Mereka langsung membawa pakaian-pakaian itu ke ruang ganti.
Liana pun masuk ke dalam untuk mengganti pakaian dengan pakaian tradisional.
Melihat itu.
Marco mengambil ponselnya, lalu berbicara dengan suara pelan, "Kamu bisa mulai sekarang. Pastikan untuk mengambil gambar dengan jelas. Kamu mengerti?"
Setelah itu, dia mematikan ponselnya. Matanya berbinar penuh antusias, menatap tajam ke arah ruang ganti tempat Liana masuk.
Tak lama kemudian, Liana keluar dengan pakaian baru.
Pakaian itu berwarna biru kehijauan, menyerupai pakaian yang biasa digunakan dalam serial drama klasik di TV.
Aksesoris di rambutnya juga membuat Liana tampak sangat memikat.
Penampilannya seperti seorang dewi yang memancarkan aura anggun, seperti lukisan hidup.
"Sungguh cantik ...."
Marco berbisik pelan, tanpa sadar menelan ludahnya.
Kecantikan seperti ini benar-benar memukau Marco.
Dia menjadi makin bersemangat, bahkan tangannya mengepal tanpa sadar.
Sungguh indah!