Bab 388
"Aku tanya sekarang, sebenarnya apa yang sudah kamu lakukan?"
Devan bertanya dengan nada tegas.
"Aku hanya mengganti pakaian di dalam, nggak melakukan apa-apa."
"Kamu memanggil begitu banyak orang, ini sudah merusak reputasiku!"
"Kalau kamu terus memfitnahku, aku akan melaporkanmu!"
Dekta berbicara dengan penuh keyakinan, seolah-olah telah menemukan pelindung.
Dia berteriak keras, berharap bisa lolos begitu saja dengan membuat lawannya takut.
Bagaimanapun juga, jika dirinya benar-benar diselidiki, itu pasti akan menjadi akhir baginya!
"Kamu boleh melaporkanku sesukamu. Aku akan menunggu."
Devan menjawab dengan nada dingin.
"Kamu! Apa yang membuatmu begitu yakin kalau aku melakukan hal buruk?"
Dekta tampak tertegun, merasa tak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Karena aku percaya pada adikku!"
Devan tetap tenang, berbicara dengan nada dingin.
Itulah alasannya!
Dia percaya pada Erica dan semua yang dikatakan oleh Erica.
Seketika itu juga, Dekta terdiam. Rasa gugup mulai terlihat jelas di wajahnya.
Dia bahkan tanpa sadar melangkah mundur selangkah.
Pada saat itu juga.
"Ayo, cepat katakan! Apa yang sebenarnya kamu lakukan!"
Erica menatap Dekta dengan penuh amarah, suaranya terdengar makin keras.
"Aku nggak melakukan apa-apa, nggak melakukan apa-apa ...."
Wajah Dekta sudah berubah pucat, tubuhnya tegang, sementara dia terus menggelengkan kepala.
Hanya saja.
Bagaimana mungkin Devan dan yang lain memercayainya?
"Kalau kamu nggak mau bicara, jangan salahkan aku kalau bertindak tegas."
"Aku akan menggunakan bukti untuk membuktikan semuanya!"
Devan langsung merebut kamera dari tangan Dekta.
"Kamu!"
Dekta merasa terkejut, wajahnya dipenuhi rasa takut dan marah saat menatap Devan.
Namun, Devan langsung mengangkat tongkat di tangannya, menunjukkan ancamannya.
Dekta langsung kehilangan keberanian, tubuhnya terdiam kaku di tempat.
Sebagai seorang pria yang terbiasa tinggal di rumah, dia tidak pernah menghadapi situasi seperti ini.
Ketakutannya tumbuh makin besar, membuatnya tidak berani melawan.
Dia hanya bisa membiarkan Devan memegang kameranya untuk memeriksanya.
"Ck!"
Sudut bibir Marco berkedut, tubuhnya terpaku di tempat.
Dia sama sekali tidak menyangka Devan akan benar-benar mulai menyelidiki!
Jika dia menemukan sesuatu, itu akan menjadi masalah besar!
Dengan hati yang gelisah, Marco mondar-mandir di tempat, merasa sangat khawatir.
"Marco, kamu nggak perlu cemas. Biarkan saja Devan melakukan apa yang dia mau. Itu nggak ada hubungannya dengan kita!"
"Meskipun dia membuat dirinya malu, yang malu hanya dirinya sendiri!"
"Mulai sekarang, sebaiknya kita menjauh dari orang seperti itu. Hati-hati, jangan sampai menjadi korban kamera tersembunyi!"
Liana mengejek dari samping dengan nada sinis.
Dia benar-benar meremehkan semua tindakan yang dilakukan Devan.
Namun, bagaimana mungkin dia akan memahami betapa Marco ingin melarikan diri saat ini!
Bagaimanapun juga, ini adalah masalah yang bisa sepenuhnya menghancurkan reputasi Marco!
Dia tidak bisa menahan diri lagi. Dia segera melangkah maju, mencoba membujuk Devan.
"Kak Devan, kamu harus memikirkannya baik-baik!"
"Kalau ternyata kamu nggak menemukan apa-apa di dalam kamera ini, kamu bisa dianggap sudah melanggar hukum!"
"Kalau lebih serius, kamu bisa dianggap melakukan kejahatan, terlepas dari apakah yang kamu lakukan benar atau nggak!"
"Serahkan kamera itu padaku, aku akan membawanya ke polisi, bagaimana?"
Marco berbicara dengan nada yang serius, menatap Devan dengan penuh ketegangan.
Ekspresi ini membuat Devan merasa makin curiga.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Pasti ada rahasia besar antara Marco dan pria ini!
Jika tidak, bagaimana mungkin dia akan begitu baik hati, peduli pada orang asing?
Bukan hanya Devan yang terkejut, bahkan Liana juga memandang Marco dengan heran.
Perubahan sikap seperti ini terlalu mencurigakan!
"Marco, ada apa denganmu? Kenapa kamu terus membela pria ini?"
"Apakah kalian sudah saling mengenal sebelumnya?"