Bab 392
"Pergilah. Jangan buang waktu lagi. Lakukan sesuatu yang berguna untuk masyarakat!"
Devan ingin segera menyelesaikan masalah ini/ Jadi, dia memberi isyarat kepada Dekta untuk pergi.
Bagaimanapun juga, orang ini tidak mengganggu Della, jadi Devan tidak ingin memperpanjang masalah.
"Ah?"
Dekta tampak terkejut, memandang Devan dengan kebingungan.
Dia tidak menyangka bahwa dirinya akan dilepaskan begitu saja!
"Terima kasih! Terima kasih banyak!"
"Aku berjanji akan menjadi orang yang baik di masa depan, nggak akan melakukan kesalahan seperti ini lagi!"
Dekta terus membungkuk untuk meminta maaf, lalu berbalik untuk pergi.
Namun.
"Apakah aku mengizinkanmu pergi?"
Suara dingin Liana terdengar.
Dekta langsung terkejut ketakutan, menghentikan langkahnya, hanya bisa berdiri di sana.
Tubuhnya seakan berubah kaku.
Seolah-olah dirinya membeku dalam sekejap.
Sungguh menakutkan!
Aura yang dipancarkan oleh wanita ini hampir membuatnya mati ketakutan.
Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak melirik ke arah Devan.
Namun, kali ini Devan tidak berniat memedulikan Dekta lagi.
Masalah ini sudah tidak ada hubungannya dengannya.
Dekta tidak bisa tidak menelan ludah dengan gugup, lalu dengan hati-hati melirik ke arah Marco.
Bagaimanapun juga, Marco adalah majikannya!
Namun, saat Dekta menatap Marco, pria itu langsung memalingkan wajahnya, enggan terlibat.
Karena foto-foto di kamera sudah ditemukan oleh Liana.
Ini adalah masalah besar!
Bahkan Marco tidak tahu bagaimana menangani Liana yang sedang marah.
Dia hanya bisa menunggu sampai amarahnya mereda.
"Kamu, jelaskan padaku, kenapa kamu memotretku diam-diam?"
"Ada begitu banyak orang di ruang ganti, tapi kenapa kamu hanya memotretku?"
"Apa aku pernah melakukan kesalahan padamu?"
Liana berbicara dengan suara dingin, berjalan perlahan mendekati Dekta.
Di bawah tekanan, Dekta mulai panik, matanya mencari-cari jalan keluar.
Dia tersenyum canggung, lalu mencoba memberikan alasan untuk menjelaskan.
"Maafkan aku! Aku benar-benar minta maaf! Semua ini adalah kesalahanku!"
"Aku hanya terlalu mengidolakanmu ketika melihatmu di internet, jadi aku ingin mengambil fotomu!"
"Tapi aku sadar kalau itu salah, aku benar-benar salah. Aku nggak akan pernah melakukan hal seperti ini lagi!"
Dekta terus meminta maaf dengan nada penuh penyesalan.
Akhirnya, dia langsung berlutut di depan Liana, bahkan membungkuk hingga kepalanya menyentuh tanah.
Tindakan itu membuat Liana merasa sedikit terkejut. Dia tidak menyangka pria ini bahkan rela berlutut.
Namun, begitu dia mengingat foto-foto yang telah diambil, kemarahannya kembali meledak hingga tubuhnya bergetar.
"Kamu! Dasar bajingan!"
"Aku akan membuatmu membayar atas perbuatanmu!"
Setelah mengatakan ini, Liana langsung melangkah mendekati Dekta. Dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi, lalu menampar wajahnya dengan keras.
"Plak!"
Suara tamparan yang keras terdengar di udara.
Tamparan Liana itu tepat mengenai wajah Dekta.
Namun, satu tamparan saja tidak akan cukup. Liana terus menamparnya berulang kali.
"Plak!"
"Plak!"
"Plak!"
...
Liana seperti kehilangan kendali, menampar wajah Dekta tanpa henti.
Dalam waktu singkat, wajah Dekta menjadi bengkak.
Napas Liana tersengal-sengal, wajahnya penuh dengan kemarahan.
Seumur hidupnya, dia belum pernah merasa begitu terhina.
Namun, Dekta tidak berani melawan sedikit pun. Dia membiarkan Liana memukulnya tanpa perlawanan.
Meskipun kepalanya mulai pusing karena tamparan itu, dia tetap tidak berani melawan.
Sungguh menakutkan!
Akhirnya, setelah Liana merasa lelah, dia berhenti. Napasnya masih terdengar berat.
Namun, ada rasa lega di dalam hatinya.
Dia tetap memandang Dekta dengan tatapan tajam, wajahnya penuh amarah.
Orang-orang di sekitar hanya bisa menyaksikan adegan itu dengan wajah tegang, saling pandang tanpa berani mengucapkan sepatah kata pun.