Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 393

Bagaimanapun juga, meski Dekta dipukuli hingga mati, hal itu tidak ada hubungannya dengan mereka. Melihat situasi ini, Marco tahu bahwa waktunya telah tiba. Dia segera melangkah maju. "Kak Liana, bagaimana perasaanmu sekarang? Apa kamu merasa lebih baik? Sudah merasa lega?" "Orang bajingan ini sekarang sudah dipukuli sampai seperti ini, dia pasti sudah sadar akan kesalahannya!" "Kak Liana, biarkan aku yang menangani sisanya!" Marco berbicara dengan nada tegas. Seolah-olah sangat peduli dengan masalah ini. "Baiklah. Tapi ingat, pastikan dia mendapatkan balasan yang menyakitkan!" Liana berkata dengan nada penuh amarah. Dia menggertakkan giginya, menatap Dekta dengan tatapan tajam. Seolah ingin mengulitinya hidup-hidup. "Aku mengerti. Aku pasti akan melakukannya!" Marco akhirnya menemukan alasan untuk bertindak. Dia segera menarik Dekta, membawanya keluar. Takut jika mereka berlama-lama, sesuatu yang buruk mungkin terjadi. Akhirnya, kedua orang itu menghilang dari pandangan. Yang tersisa hanyalah Liana yang masih berdiri di tempat dengan wajah marah. Namun, orang-orang di sekitar sudah kehilangan minat. Mereka perlahan bubar, tidak ingin terlibat lebih jauh. "Apa yang harus kita lakukan? Apakah kita juga harus pergi?" Della bertanya dengan suara pelan. Meskipun foto yang diambil tadi bukan foto dirinya, bayangan kejadian itu tetap menghantui pikirannya. Dia terus membayangkan, bagaimana jika yang difoto adalah dirinya? "Nggak perlu, mengapa kita harus pergi?" "Yang difoto bukan kita, tetap saja di sini untuk melanjutkan sesi syuting!" "Aku juga akan berada di sini untuk melindungimu." Devan menjawab dengan nada serius, wajahnya penuh dengan ketegasan. "Baiklah!" Mendengar kata-kata Devan, hati Della menjadi tenang, merasa sedikit gembira. Perasaan dilindungi seperti itu membuatnya merasa nyaman. Sangat aman. "Benar sekali. Kami semua ada di sini, siapa yang berani macam-macam denganmu?" "Selain itu, seperti yang dikatakan, lalat nggak akan hinggap di telur yang utuh. Kalau kita bertindak jujur, masalah nggak akan menghampiri kita." "Kak, aku benar, 'kan?" Erica tampak sengaja berbicara dengan suara yang keras. Dia ingin Liana mendengarnya. Dulu, Keluarga Atmaja selalu menindas kakaknya. Sekarang, dia akhirnya memiliki kesempatan untuk membalas mereka. Bagaimana mungkin dia tidak mengambil kesempatan ini? "Haih, gadis ini!" Devan tidak bisa menahan diri untuk menghela napas, merasa sangat tidak berdaya. Gadis ini seolah takut situasi saat ini tidak cukup panas. Dia malah dengan sengaja mencari masalah lagi! "Kamu! Siapa yang barusan kamu bicarakan?" "Apa maksudmu lalat nggak hinggap di telur yang utuh?" Liana berbalik dengan cepat, menatap Erica dengan matanya yang penuh amarah. Dia bahkan mengepalkan tangannya, tampak ingin memberi pelajaran pada Erica. "Siapa yang aku bicarakan? Aku nggak bicara tentang siapa pun! Aku nggak menyebut nama siapa pun, 'kan?" "Selain itu, tak ada api, maka tak ada asap. Itu adalah kalimatmu tadi, 'kan?" "Aku hanya mengulanginya saja. Apa nggak boleh?" "Mungkinkah kamu sudah salah bicara tadi? Astaga, ternyata Keluarga Atmaja juga bisa melakukan kesalahan!" Erica tertawa terbahak-bahak, senyumnya tampak begitu gembira. Sikapnya yang terus menyerang Liana jelas untuk membalas dendam pada Keluarga Atmaja demi Devan. Dia sudah melihat betapa memuakkannya tindakan Keluarga Atmaja belakangan ini. Sekarang, karena ada kesempatan untuk mengejek mereka, tentu saja Erica tidak akan menyia-nyiakannya. "Erica ...." Della menggigit bibirnya, merasa sangat tersentuh. Dia berpikir bahwa Erica membuat masalah untuk Liana demi membela dirinya. "Haih!" Sementara itu, Devan hanya bisa menghela napas lagi. Dia bisa melihat bahwa gadis kecil ini benar-benar bertekad untuk terus melawan Liana! Sungguh berani! Pada akhirnya, Liana tidak bisa menahan diri lagi. Dia sudah marah sejak awal. Namun, sekarang Erica makin membuatnya kesal. "Kamu! Aku akan merobek mulutmu!" Liana langsung berlari ke arah Erica, mengangkat tangannya, lalu melayangkan tamparan ke wajah Erica dengan keras.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.