Bab 8
Keesokan paginya saat dia terbangun, cahaya matahari yang menyelinap dari celah tirai sudah terasa menyilaukan.
Charlie meraih ponselnya, layarnya kosong tanpa pesan baru.
Dia menatap kolom percakapan yang sunyi itu selama dua detik, dan entah kenapa, amarah tiba-tiba muncul dalam hatinya.
Luna masih belum membalas pesannya.
Masih ngambek?
Baru saja dia hendak membuka menu panggilan, telepon dari asistennya masuk. "Pak Charlie, Nona Nadya sudah bangun."
"Baik, aku segera ke sana."
Dia menekan rasa gelisah itu, dan saat bangkit untuk berganti pakaian, matanya sempat melintas ke bingkai foto di nakas.
Dalam foto itu, Luna mengenakan gaun pengantin, berdiri di sisinya sambil tersenyum bahagia, sedangkan dia sendiri, nyaris tanpa ekspresi.
Dalam perjalanan menuju rumah sakit, dia kembali melirik ponselnya. Masih tidak ada apa-apa.
Setibanya di ruang perawatan, Nadya sedang duduk di ranjang sambil makan pagi. Melihat Charlie masuk, dia menunjuk ke arah jendela. "Cuacanya bagus. Bagaimana ka

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda