Bab 338
Wanto menatap sosok Windy yang berjalan pergi. Wajahnya menjadi muram.
Hari sudah malam dan Jevin sedang tidur. Namun, Windy tidak berani memejamkan matanya karena dia harus waspada terhadap Wanto.
Perkataan Windy bahwa dia sudah menikah jelas tidak membuat Wanto patah semangat, karena Wanto masih belum menyerah.
Windy tidak berani tidur. Dia takut dirinya dan Jevin akan berada dalam bahaya.
Windy duduk sendirian di depan pintu. Malam di desa pegunungan sangat sunyi, begitu sunyi dan tenang.
Desa pegunungan setelah turun salju dipenuhi dengan kesepian yang dingin, seolah-olah itu adalah akhir dunia.
Windy merasa sangat dingin. Rasa dingin menjalar ke seluruh tubuhnya dan dia merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Tampaknya dia akan demam.
Bahkan tubuh yang paling kuat pun tidak akan sanggup bertahan berada di laut dalam waktu lama.
Windy terpaksa mencubit telapak tangannya untuk mencegah dirinya tertidur, karena ada bahaya yang mengancam di sini setiap saat.
Windy tiba-tiba terin

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda