Bab 11
Ucapan Matthew seperti tamparan pedas yang membuat Kayla terhenyak.
Suasana di ruang VIP mendadak hening.
Vina yang lebih dulu bereaksi. Dia langsung memaki, "Dasar berengsek, Matt ... "
Chris buru-buru menutup mulut Vina, karena tidak ingin dia memperburuk masalah.
Kayla tersadar, lalu tersenyum santai dan berkata dengan tenang, "Nyonya Margaret adalah ibu angkatku, jadi memang benar, Matthew adalah kakakku."
Sampai di titik ini, Kayla sudah mengelola perasaannya dengan baik. Dia sudah tidak lagi merasa sedih ataupun kecewa lagi.
Hanya saja, semua orang meragukan ucapannya.
Chris merasa Kak Matthew sungguh tidak peka, sehingga dia tidak ingin ikut campur lebih jauh. Dia lalu membantu Kayla menjelaskan, "Keluarga Walker akan mengadakan pesta Sabtu ini. Siapa pun yang masih lajang boleh ikutan."
Faris langsung senang mendengar perkataan ini. "Kak Matthew, asal bukan kamu, aku yakin bisa mengejar Kayla."
Matthew mengisap rokoknya. Ekspresinya sulit ditebak di balik asap. Dia bergumam, "Oh, ya?"
"Tentu saja." Usai berbicara, Faris segera berlari ke sisi Kayla, lalu tersenyum padanya. "Kayla, pria seperti apa yang kamu suka?"
Kayla seketika tertegun. "Eh ... "
"Yang perhatian, bisa menjaga perasaannya, dan harus baik padanya." Vina menatap Matthew sambil menggertakkan gigi.
Faris langsung mengangguk. "Aku bisa melakukannya."
Musik kembali mengalun. Percakapan di sisi lain sudah tidak lagi terdengar jelas.
Kayla menundukkan kelopak matanya sambil berbicara dengan Faris. Lalu, dia mengangkat segelas susu di atas meja dan meminumnya.
Minum susu di tengah suasana penuh kemewahan itu, memang terkesan seperti dibuat-buat. Namun, pada diri Kayla justru menimbulkan kontras yang indah, terutama punggungnya yang terbuka dan pinggang rampingnya itu, benar-benar terlihat lembut dan menggoda, serta memukau.
Yogi Simpson, sahabat Matthew, mendapati pandangan Matthew masih tertuju pada Kayla. Selain itu, ekspresi wajahnya yang serius itu menjadi semakin dingin.
"Kamu mulai peduli pada istri cantikmu itu?"
Matthew melirik Yogi. "Menurutmu mungkin?"
"Nggak sih, terus ngapain kamu lihatin dia terus?"
...
Kayla hanya hadir setengah jam dan bersiap untuk pergi.
Efisiensi kerja pengacara Keluarga Walker cukup tinggi. Dia bahkan sudah membuat janji dengan Kayla untuk menandatangani dokumen besok.
Setelah menambahkan kontak Faris di WhatsApp, Kayla awalnya ingin menanyakan apakah Matthew punya waktu besok sore untuk menyelesaikan proses perceraian.
Namun, Matthew hanya bersandar di sofa sambil main ponsel. Pria itu bahkan tidak mengangkat kepala sedikit pun, seolah-olah tidak ingin berhubungan lagi dengannya.
Begitu keluar dari ruang VIP, Kayla mengirimi Matthew pesan WhatsApp. [Besok sore, kita pergi ke kantor catatan sipil?]
[Oke.]
Pesan Kayla langsung dibalas dalam hitungan detik ...
Pria itu sebelumnya tidak pernah membalas pesan yang dikirim Kayla. Dia bahkan selalu menjadikan sibuk bekerja sebagai alasan untuk pria itu.
Kayla menarik napas dalam-dalam, bersyukur dia bisa tersadar tepat waktu dan tidak lagi membuang waktu untuk melakukan hal-hal yang tidak sepadan.
Kayla pun segera membalas pesan itu. [Kalau begitu, besok jam dua siang.]
...
Rabu pagi, pengacara datang menemui Kayla untuk menandatangani dokumen.
Setelah mendapatkan surat cerai nanti sore, hubungan mereka pun akan berakhir.
Tepat jam dua siang, Kayla sudah tiba di depan kantor catatan sipil.
Namun, hingga pukul setengah tiga, Matthew masih belum muncul.
Matthew tidak membalas pesan WhatsApp-nya, ataupun menjawab teleponnya.
Kayla tidak mengerti maksud Matthew, sehingga dia hanya bisa duduk menunggu di dalam mobil.
Kayla memperhatikan orang-orang yang keluar masuk kantor catatan sipil. Ada yang bahagia, ada yang sedih, ada pula yang setelah keluar langsung berjalan ke arah yang berbeda.
Hingga langit benar-benar gelap, kantor catatan sipil sudah tutup, Matthew tetap belum datang.
Dalam perjalanan pulang, Vina menelepon Kayla. [Apa? Nggak pergi? Dia nggak ingin bercerai, ya?]
"Menurutmu itu mungkin?"
[Lalu kenapa?] tanya Vina yang juga bingung.
"Palingan Natalie kenapa-napa lagi dan menahannya?"
Selain itu, Kayla tidak bisa menemukan alasan lain.