Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 10

Di ruang VIP terbesar Klub Juli, cahaya remang dan gelap menciptakan suasana yang memesona, dengan bayangan orang-orang yang berbaur di sekitarnya. Namun, di tengah-tengah keramaian itu, Kayla langsung menemukan Matthew yang duduk di posisi sentral. Bukan karena penampilannya yang mencolok, tetapi di antara pria-pria lain yang duduk dengan seorang gadis di pelukannya, hanya Matthew yang duduk sendirian, memegang sebatang rokok di jarinya. Di balik asap tipis yang mengepul, matanya menatap dingin, seolah terpisah dari sekitarnya, menciptakan jarak yang jelas antara dirinya dan dunia yang ada di sekitarnya. Sebagai istri, melihat suami yang menjaga dirinya seperti itu tentu memberikan rasa bangga. Namun, ketika seorang suami yang tidak pernah memiliki masalah di ranjang dan memilih tidak menyentuh istrinya, rasa bangga itu berubah menjadi keputusasaan. Pada detik itu, Kayla benar-benar merasa iri pada Natalie. Saat Kayla masuk ke dalam ruangan, Matthew langsung mengalihkan pandangannya ke pinggangnya. Atasan abu-abu yang dikenakan, dengan celana kulot hitam berpinggang tinggi, membuat pinggangnya terlihat begitu ramping dan sempurna. Tiba-tiba, seseorang yang berada di ruang VIP tersebut bercanda, "Bu Kayla, aku bisa mengangkatmu dengan satu tangan hanya dengan memegang pinggangmu." Suara bersiul pun terdengar di antara tawa. Kayla menatapnya sekilas dan menggoda, "Nanti mau coba? Semoga kamu benar-benar bisa mengangkatku." Selama pembicaraan, Matthew tiba-tiba berdiri dari sofa. Dia berjalan mendekat ke samping Kayla. Begitu mencium aroma kayu dan tembakau yang samar itu, Kayla mengikutnya keluar. Matthew dan Kayla berdiri dengan sangat dekat, hingga bayangannya bisa menutupi Kayla. Kayla yang tidak terlalu terbiasa ingin mundur sedikit. Tiba-tiba, Matthew buka suara dan berkata, "Kita belum resmi bercerai, kendalikan dirimu." Kayla menatap sorot mata Matthew yang tajam dan dingin, menyadari bahwa pria ini mungkin salah paham tentang apa yang terjadi di ruang VIP tadi. Kayla ingin menjelaskan semuanya. Namun, dia sadar, pembagian harta sudah disepakati, dan tidak ada lagi yang perlu dijelaskan. Hanya saja, Kayla merasa bahwa Matthew berstandar ganda. Apa yang terjadi antara dia dan Natalie saja tidak dia sembunyikan. Kayla tidak mengatakannya, karena bros itu masih berada di tangannya. Meski Matthew sudah berjanji untuk memberikannya, tetapi jika dia marah dan menunda beberapa hari lagi, yang bisa dilakukan Kayla hanya menunggu. "Baik, aku nggak akan buat masalah untukmu," jawab Kayla dengan patuh. Matthew menunduk, matanya menelusuri wajah Kayla yang berdandan sederhana, cantik tanpa berlebihan, tetapi memesona dengan cara yang tak tertandingi. Dulu, Kayla sangat pemalu dan selalu berusaha untuk menyenangkan orang lain. Kemarin, dia berbicara dengan lancang, dan hari ini dia terlalu menurut ... Seketika Matthew pun tidak bisa membedakan, mana yang benar-benar dirinya? "Kamu sudah mau pulang?" tanya Kayla, kemudian dia berkata lagi, "Setengah jam lagi aku pulang." Kayla sudah cukup memberi muka. Meskipun sudah bercerai, dia masih berusaha menjaga keharmonisan secara formalitas. Matthew meliriknya dengan dingin. Tanpa berkata apa-apa, dia berbalik dan masuk ke ruang VIP, tampak sangat tidak senang. Kayla merasa Matthew sangat sulit diajak berkompromi. Dia sudah membantunya, tapi malah tampak acuh tak acuh. Begitu kembali ke ruang VIP, Kayla dan Vina duduk di sudut paling sepi untuk mengobrol. Vina tampak tidak fokus dan bengong, sementara Kayla mengikuti arah pandangannya. Matthew sedang merokok, cahaya api di ujung jarinya berkelip-kelip. Dari posisi Kayla, wajah Matthew terlihat begitu tampan, garis rahangnya begitu sempurna, seolah-olah dirancang dengan presisi. Tiba-tiba, kata "ketegangan seksual" terlintas di pikirannya, entah kenapa, begitu kuat dan jelas. "Sangat ... menggoda!" komentar Vina dengan senyum nakal. "Tidurlah dengannya, kalau nggak bisa rugi." Tiba-tiba, musik yang mengalun di ruangan terhenti, dan kebetulan kalimat itu terdengar dengan jelas. Seketika pandangan semua orang terarah dengan penuh arti. Suasana yang tadinya santai berubah canggung. Di dalam ruang VIP, selain Chris dan beberapa orang lainnya, tidak ada yang tahu hubungannya dengan Matthew. Seorang pria yang tadi berkata bisa mengangkat Kayla, tiba-tiba berkata dengan nada menggoda dan penuh arti, "Bu Kayla, mau tidur dengan siapa?" "Faris Noble, minggir sana, apa urusannya denganmu?" balas Chris. Faris tampak tidak terima, wajahnya menunjukkan sedikit kekesalan. "Chris, maksudmu apa? Bu Kayla secantik ini, memang kami nggak boleh mengaguminya?" Kemudian, Faris mengedipkan mata ke arah Kayla dan berkata, "Aku penurut banget, loh." Ekspresi nakalnya jelas membuat orang yang melihatnya tidak nyaman. "Faris, coba kamu tebak, kira-kira siapa yang menarik perhatian Bu Kayla?" Kayla cukup terkenal di Kota Andara. Selain kecantikannya yang memesona, dia juga dikenal sebagai sosok yang tangguh di dunia bisnis. Hampir semua orang di ruangan itu sudah saling mengenal, kecuali satu orang, Matthew, pria yang baru saja kembali dari luar negeri, si paling misterius. Pandangan semua orang langsung tertuju ke Kayla. Kayla ingin menjelaskan, tetapi Chris malah mendorongnya menuju sisi Matthew. Semua orang bersorak "Wah!". Namun, suara pria yang dalam dan dingin memecah keributan itu. "Apa yang kalian ributkan? Dia adikku."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.