Bab 2
"Nona Kayla?" pikir Kayla.
Meski sudah menikah selama tiga tahun, Matthew tetap tidak mau mengakuinya sebagai istri.
Melihat kebencian di mata Matthew, Kayla tahu bahwa apa pun yang dia katakan atau lakukan, Matthew tetap tidak akan menyerahkan bros itu padanya.
Kayla merasa sangat kecewa. Dia terus berpikir, dengan cara apa dia bisa mengambil kembali bros itu dari tangan Matthew.
Dalam perjalanan pulang, mobil berhenti di persimpangan. Di layar iklan besar di gedung seberang, sedang menayangkan berita. [Matthew membeli bros cinta milik Master Dylan dan istrinya seharga 40 miliar, diduga akan melamar Natalie Howard, pacarnya.]
Kayla menoleh dan melihat wanita yang sangat cantik itu memeluk Matthew dengan erat, tampak begitu bahagia seperti anak kecil.
Sementara itu, Matthew yang tampan sedikit membungkuk, tangannya menyentuh punggung wanita itu, senyum tipis terukir di bibirnya, matanya penuh kelembutan.
Matthew, yang biasanya dingin dan tak menunjukkan empati, ternyata bisa menatap dengan kelembutan seperti itu ...
Kayla terpaku menatap layar, melihat pria yang sangat tampan itu, pria yang selalu ada di hatinya.
Bros itu ternyata digunakan untuk melamar.
Bros cinta yang dirancang oleh ayahnya untuk ibunya, kini digunakan oleh Matthew untuk melamar wanita lain.
"Kayla, kamu benar-benar konyol!" pikir Kayla.
Dia mengedipkan mata perlahan, menyeka air mata yang hampir jatuh, lalu segera menelepon Matthew.
"Kenapa?"
Nada suara Matthew persis seperti yang dia duga, tidak sabaran dan dingin.
"Matthew, kalau kamu memberikan bros itu padaku, aku bersedia cerai," ujar Kayla.
Matthew tidak mengucapkan sepatah kata pun dan langsung memutuskan panggilan.
Kayla tidak mencoba menelepon lagi. Bagi pria itu, Kayla sangat menyebalkan.
...
Siang hari berikutnya, Matthew akhirnya pulang ke rumah.
Rumah pernikahannya dengan Kayla, tampak sangat tertata rapi dan teratur sejak ditinggali istrinya itu. Namun, rumah ini terasa asing baginya.
Begitu masuk ke ruang tamu, asisten rumah tangga mendekat dan berkata, "Nyonya duduk di ruang tamu semalaman, baru saja naik ke atas sebentar."
Matthew mengangguk mengerti, lalu menyuruh sopir meletakkan beberapa kopernya di ruang tamu. Setelah itu, dia naik ke lantai atas.
Pintu kamar tamu terbuka sedikit, dan di dalamnya tertata rapi. Kayla masih mengenakan baju kemarin, dengan teliti memasukkan buku-buku dari rak ke dalam kotak satu per satu.
Mendengar suara langkah kakinya, Kayla menoleh.
Namun, saat melihat Matthew, wajahnya tak lagi dipenuhi kegembiraan dan antusiasme seperti dulu.
Keduanya saling memandang sejenak. Matthew hanya menatapnya diam, seolah malas untuk mengatakan lebih banyak. Dia melepas dasinya dan kembali ke kamarnya.
Setelah menikah, mereka seperti dua orang asing yang tinggal di bawah atap yang sama.
Kayla tersenyum sinis pada dirinya sendiri.
Hubungan Matthew dengan Natalie sudah dibuat begitu menggemparkan, yang secara tidak langsung sudah mempermalukan Keluarga Cavendish. Namun, dia tidak memberikan penjelasan apa pun padanya.
Karena menurut Matthew, dia tidak penting. Karena istri seperti dirinya bukanlah yang Matthew inginkan.
Keluarga Cavendish memiliki jasa besar pada Keluarga Walker. Saat itu, Kayla ingin menikah dengan Matthew, karena itu, Keluarga Walker memisahkan Matthew dari orang yang dicintainya.
Kayla berpikir, pernikahannya ini mungkin adalah karma atas apa yang telah dilakukannya karena telah merusak hubungan cinta Matthew.
Tiga tahun lalu, Matthew pernah mencarinya dan berkata, "Di hatiku sudah ada orang lain. Jasa Keluarga Cavendish pada Keluarga Walker akan kubalas dengan cara lain."
Jika bisa kembali ke masa lalu, Kayla pasti akan setuju. Bukan malah berkata, "Matthew, aku hanya menginginkanmu."
...
Ketika Kayla selesai membereskan barang-barangnya dan meminta pelayan untuk memindahkannya ke mobil, Matthew akhirnya turun dari lantai atas.
Dia berjalan melewati Kayla dan duduk di sofa ruang tamu, lalu bertanya, "Ke mana?"
Kayla menatapnya sejenak. Matthew sangat tampan, auranya begitu memikat. Istilah "ketampanan yang sulit digambarkan dengan kata-kata", rasanya sangat cocok untuknya.
Namun, aroma parfum Natalie yang melekat padanya membuat Kayla sangat sadar. "Aku akan meminta pengacara mengatur surat perceraian," kata Kayla dengan tenang.
Matthew meraba rokoknya, lalu mengangkat mata dan menatapnya. "Masih belum selesai dramanya?"
"Drama?"
"Dia pikir aku sedang berulah?" pikir Kayla.
Jadi, ketika Kayla bilang cerai, dia malah tidak percaya dan mengira dirinya sedang main-main?!
Kayla tersenyum tipis dan berkata, "Sekarang aku mengerti perasaanmu dulu. Aku benar-benar minta maaf, Pak Matthew."
Tangan Matthew yang sedang menyalakan rokok terhenti sejenak. Dia menatap Kayla, kilau air mata yang biasanya tak terlihat di matanya yang rapuh itu membuatnya tertegun.
Namun, sebelum Matthew sempat menyelidiki lebih jauh, Kayla sudah berbalik dan pergi.