Bab 1604
"Uh ..."
"Ahh!"
Bos tidak pernah melihat pemandangan seperti ini.
Dia tersentak sampai terjatuh ke tanah.
Menjerit kencang.
Menangis keras.
Dia merangkak sembari menangis, mencoba untuk melarikan diri dari neraka berdarah itu.
Tiba-tiba.
Ada mayat yang bangkit.
Terlihat tubuh pucat pasi dan darah terus mengalir dari wajahnya.
Di pipinya, bahkan terlihat belatung yang mengeliat.
Mata merahnya menatap bos dengan tajam, lalu menghampiri dengan cepat.
100 meter.
50 meter.
30 meter.
Hingga akhirnya dekat sekali.
Belatung yang menggeliat, terlihat jelas dengan mata telanjang.
"Ahh!"
Pada saat ini, bos sampai dibuatnya terkencing-kencing.
"Jangan bunuh aku!"
"Jangan bunuh aku!"
"Aku akan melakukannya sendiri!"
Akhirnya dalam ketakutan yang luar biasa, bos mengambil belati dan menusukkannya ke jantung untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
Bersamaan dengan kematiannya.
Segala sesuatu di sana mulai berubah.
Semua pemandangan itu menghilang begitu saja.
Kamar tamu masih tetap seperti sebelumnya.
Hanya saja, sekarang ada beberapa mayat yang tergeletak.
"Ugh ..."
"Apa yang ingin kamu lakukan? Berani juga mengacau di hadapanku."
Kaki putih mulus muncul dan menendang mayat itu ke samping.
Dia adalah Karisa!
Di dalam kamar, Teguh duduk di samping meja sembari minum teh dengan tenang.
Xena duduk di hadapannya.
"Katakan ..."
Teguh meletakkan cangkir teh dan bertanya dengan santai, "Bagaimana kamu bisa sampai kemari?"
"Terlebih lagi, bisa menemukanku dengan cepat."
Kalau dihitung-hitung.
Dirinya berangkat dari Gerbang Dalingga hanya membutuhkan beberapa jam saja untuk sampai ke Negara Yuarni.
Karisa yang masuk ke dalam pusat Negara Yuarni dan mampu mengejarnya dalam waktu singkat ...
Merupakan sesuatu yang luar biasa.
"Raja Serigala."
Senyum tersungging di wajahnya, lalu berkata dengan bangganya, "Dulu, tempat ini adalah wilayah kekuasaanku. Kamu terlalu meremehkanku, deh."
"Lagi pula ..."
"Aku masih membutuhkanmu untuk menangani Tubuh Beracun. Nggak ada salahnya 'kan aku datang kemari?"
"Haha ..."
Teguh tertawa. "Karena kamu memilih datang kemari ..."
"Ayo kita rencanakan baik-baik tindakan yang harus diambil selanjutnya."
"Karena kamu adalah penguasa, seharusnya tidak asing dengan tempat ini."
Karisa duduk.
Dia menuangkan teh ke dalam cangkir, lalu bercerita sembari menyesap teh, "Di saat aku meninggalkan Negara Yuarni, Fernanda sudah mengambil alih Aliansi Racun."
"Tapi ..."
"Pak tua itu nggak tahu, di Aliansi Racun masih banyak orang kepercayaan yang setia padaku."
"Mereka memberiku banyak informasi tentang Akasa Arkais."
"Mereka juga bilang saat aku kembali nanti, bisa menjadi penyusup atau bekerja sama untuk menghadapi langsung Akasa Arkais."
"Kita bisa mulai dari sini."
Teguh mengangguk. "Boleh, masalah ini kuserahkan padamu."
"Begini saja ..."
Karisa berpikir sejenak, lalu menyarankan, "Raja Serigala, ikutlah denganku untuk memeriksa keadaan."
"Biarkan Nona Xena berjaga di sini, gimana?"
Teguh tidak menjawab, lalu menoleh Xena.
Xena mengeluarkan sebuah botol keramik dan memberikannya kepada Teguh.
"Di dalam botol ini ada Pil Antidot."
Xena menjelaskan dengan rinci, "Terbuat dari puluhan bahan obat langka dan melalui proses pembuatan selama tiga hari tiga malam untuk meramu pil ini."
"Dapat mencegah 90% jenis racun."
"Selain itu ..."
"Untuk sisanya, meski nggak bisa mencegah sepenuhnya, tapi masih bisa memberikan efek pertahanan yang bagus."
"Bawalah ini bersamamu, kalau ada sesuatu yang janggal, segera minumlah pil tersebut."
Xena mengatakan dengan serius.
Teguh mengangguk dan menerimanya. "Aku paham, makasih."
Xena menambahkan, "Sekarang jarak kita dengan ibu kota kurang dari 50 kilometer. Penjaga bertebaran di mana-mana dan banyak pos pengawas, benar-benar berbahaya."
"Sebelum berangkat, kakek memberitahuku informasi ini."
"Kalau kalian berdua nggak kembali saat fajar, aku akan mengabari kakek dan menjalankan rencana selanjutnya."
"Oke."