Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 3 Pria itu Berdiri di Belakangnya

Mata Ferdy yang dalam menatapnya selama tiga detik penuh, lalu mengangguk. "Boleh." Meski dirinya berkata demikian, Jessy tak berani percaya. Semalam pria itu juga berkata begitu, tetapi pada akhirnya tetap menyuruh orang membawa anak itu pergi. Menggenggam keputusasaan dan kecemasan Jessy, pada saat yang tepat si pria mengambil sebuah berkas dari laci. "Ini kontrak, tanda tangani!" Jessy tertegun. "Waktu jadi ibu pengganti dulu aku sudah menandatangani kontrak, ini apa?" Pria itu tersenyum tipis. "Tanah kosong milik keluargamu di Prima Bay itu, mencari begitu lama, ternyata atas namamu. Tenang saja, aku akan membayar penuh sesuai harga pasar." Jari-jari Jessy yang putih pucat mencengkeram kertas itu erat-erat. Perusahaan keluarganya sudah diakuisisi pria itu, tanah itu satu-satunya aset, tampaknya juga tak bisa dipertahankan. Melihatnya ragu, Ferdy berpura-pura hendak merobek kontrak. "Kalau nggak mau, nggak apa. Mungkin setelah kakakmu keluar, dia bisa bangkit lagi." Begitu menyebut kakaknya, Jessy tak kuasa menahan gemetar. Barulah dirinya menyadari dingin dan kejamnya hati di balik penampilan Ferdy yang lembut bak batu giok. Demi anak dan kakaknya, Jessy tak punya jalan lain, hanya bisa menggertakkan gigi dan berkata, "Aku tanda tangan, aku tanda tangan." Melihat Jessy buru-buru menandatangani namanya, Ferdy baru berdiri, berjalan ke belakangnya, dan memeluknya dalam dekapan. "Tenang, hari ini anak pulang ke rumah untuk perayaan bulan penuh, nanti malam akan kubawa kembali padamu." Jessy menghindari bibir tipisnya yang mendekat. "Kalau aku nggak tanda tangan ...." "Anak itu selanjutnya akan tinggal di Keluarga Hasana." Tegas dan lugas, si pria tak sudi menyembunyikan sikapnya yang angkuh. Jessy seharusnya sudah tahu sejak lama. Sejak pria itu memasukkan kakaknya ke penjara, Jessy seharusnya tahu betapa dingin dan tak berperasaannya orang ini. Hatinya seperti tersumbat segumpal kapas basah, Jessy berkata dengan emosi tertahan. "Kalau begitu aku pulang dulu." "Tunggu!" Ferdy menyipitkan mata memandang tubuh Jessy yang berisi. Dirinya tidak gemuk, bahkan baru melahirkan pun tubuhnya hanya tampak sedikit berisi. Pesona ini berpadu aroma susu, mematikan dan menggugahnya. Pria itu mengangkatnya ke atas meja kerja, kedua tangannya menahan di kedua sisi, mata hitamnya yang dalam menatap si wanita. Embusan napasnya menyapu bibir Jessy. Jessy bergerak mundur, tetapi membentur komputer. "Pak Ferdy, aku ...." Belum selesai berbicara, pria itu sudah menciumnya. Saat Jessy keluar dari perusahaan, kedua kakinya terasa melayang. Di dalam mobil, dirinya menerima pesan singkat dari Ferdy. [Tidurlah yang nyenyak, jangan khawatir.] Khawatir apa? Anak? Jessy tak mungkin tidak khawatir. Namun sepulang ke rumah, dirinya benar-benar tertidur. Mungkin terlalu lelah, dia tidur paling nyenyak sepanjang hari-hari ini. Saat terbangun sudah lewat pukul delapan. Seharian penuh dia tak makan atau minum apa pun, rambutnya acak-acakan seperti orang gila. Setelah mandi, dia memasak semangkuk mi. Baru makan beberapa suap, terdengar suara mesin mobil di luar. Jessy meletakkan garpu dan membuka pintu. Benar saja, Ferdy kembali sambil menggendong anak itu. Dia merebut anak itu dan menempelkan wajahnya ke pipi kecilnya yang lembut itu, mengusap-usapnya. Wajah anak itu berkeringat, tetapi tidak panas. "Masuk dulu." Ferdy masih mengenakan setelan siang hari. Meski menenteng kereta bayi, keanggunannya tak berkurang sedikit pun. Cahaya lampu yang lembut menyelimuti tubuhnya. Wajah tampan itu halus seperti dewa, membuat Jessy merasa tak terjangkau. Namun Pak Ferdy yang tak terjangkau itu kini dipenuhi bayangan erotis. Menatap pinggang ramping dan punggung indah Jessy, serta lekuk tubuhnya yang menawan bergerak di hadapannya, tenggorokannya terasa bergejolak. Dia melangkah maju dan berdiri di belakangnya ....

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.