Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2 Jessy, Tanda Tangani Ini

Pagi hari, saat Jessy membuka mata, Ferdy sudah pergi. Menjelang siang, tubuh bayi itu tiba-tiba terasa agak panas. Jessy sedang mengukur suhunya ketika beberapa orang tiba-tiba masuk ke rumah. Yang memimpin adalah seorang wanita paruh baya, mengenakan seragam abu-abu, tangannya langsung terulur hendak menggendong bayi. Jessy melindungi bayinya mati-matian sambil berteriak memanggil suster bulanannya, Bi Susi, "Bi Susi, lapor polisi, telepon Pak Ferdy." Wanita itu memandangnya dengan meremehkan, "Jangan buang waktu, Pak Ferdy yang menyuruh kami menjemput Tuan Muda kecil pulang." Mata indah Jessy membelalak hingga merah. "Omong kosong, Ferdy berjanji padaku nggak akan membawa anak itu pergi." Wanita itu tiba-tiba tersenyum menyeringai. Dia meraih kerah baju Jessy dan menunjuk bekas-bekas itu sambil berkata, "Omongan laki-laki di ranjang juga kamu percaya? Bodoh sekali." Bayi itu dibawa pergi. Salah satu orang yang ikut hendak membereskan barang-barang bayi, tetapi segera ditepiskan dengan kasar oleh wanita berbaju abu-abu itu. "Di tempat Nyonya Muda semuanya sudah disiapkan, untuk apa membawa sampah-sampah ini?" Jessy mengejar mobil itu seperti orang gila, tetapi tubuhnya masih lemah pascamelahirkan. Belum jauh berlari, dirinya pun pingsan. Saat sadar, Jessy sudah berada di rumah. Bi Susi menyuapinya segelas air dan berbisik, "Nona Jessy, aku sudah menelepon Pak Ferdy untuk memastikan, memang orang-orang yang dia kirim." "Dia menipuku, dia benar-benar penipu. Ferdy, kamu penipu." Jessy turun dari tempat tidur, mengambil ponsel, dan menelepon Ferdy. Namun tak seorang pun menjawab di sana. Jessy merasa pria itu sengaja menghindarinya. Pascamelahirkan, dia juga masih mengalami depresi ringan, tak begitu rasional. Setelah membereskan barang, Jessy pergi ke perusahaan Ferdy. Ini bukan pertama kalinya Jessy datang ke perusahaan Ferdy. Keterpurukan sebelumnya masih membekas di ingatannya. Di aula ini, di hadapan begitu banyak orang, dia berlutut pada Ferdy, memohon agar pria itu melepaskan saudaranya. Dan pada saat itulah, Ferdy menilainya dari atas ke bawah, tatapan itu seakan menembus pakaiannya. Lama kemudian barulah pria itu melontarkan sebuah senyum. "Apa yang diutang harus dibayar, itu baru adil." Kali ini dirinya datang dengan ribut seperti dulu. Petugas resepsionis mengenalnya, tentu tak membiarkannya naik, dan segera menelepon asisten Gianos. Tak disangka, Gianos turun sendiri menjemputnya dan mengantarnya ke kantor. Gianos berkata padanya, "Pak Ferdy akan segera kembali, tunggu sebentar." Baru selesai masa nifas, berjalan beberapa langkah saja dia sudah berkeringat deras. Melihat ruangan kosong, Jessy membuka satu kancing kemejanya dan menyeka keringat dengan tisu basah. Begitu Ferdy masuk, dirinya melihat pemandangan indah yang menggoda ini, dan hatinya pun bergejolak. Tatapannya menggelap. Pria itu menekan hasratnya, berdiri di tempat dan berdeham. Jessy segera merapatkan pakaiannya dan berdiri, membelakanginya sambil mengancingkan kembali. Ferdy menikmati keterpurukannya. Saat ini dirinya seperti singa yang malas berjemur di bawah matahari, menatap mangsa yang melangkah satu demi satu masuk ke dalam perangkapnya. Dia melangkah dengan kakinya yang panjang, lalu duduk di depan meja kerja. Suaranya yang rendah dan dalam bak sebuah cello megah, "Ada urusan apa mencariku?" Mendengar kata-katanya yang begitu enteng, wajah Jessy langsung memerah. Dirinya membungkuk ke depan dan berkata cemas, "Pak Ferdy, Anda berjanji padaku, selama aku ... Anda akan membiarkan anak itu tinggal dulu bersamaku." Jari-jari panjangnya saling bertaut, senyum lembut Ferdy kini tampak agak kejam. "Jessy, cepat atau lambat anak itu harus dibawa kembali ke Keluarga Hasana." "Aku tahu, aku hanya ingin dia lebih lama minum ASI beberapa bulan. Lagi pula, hari ini dia demam." "Demam?" Ferdy mengerutkan kening sejenak. "Tunggu sebentar." Jessy menatapnya menelepon, hatinya gelisah seperti digoreng minyak. Begitu Ferdy menutup telepon, Jessy segera bertanya, "Boleh, 'kan?"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.