Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2583

Ucapan itu membuat semua orang tercengang. Wimar pun terkejut dan menoleh ke Hertanto. "Apa maksud Ayah?" "Kamu mau mengambil alih kekuasaanku, tapi sekarang malah membiarkan sang putri terperangkap dalam bahaya. Kalau bukan kamu yang nggak berguna, siapa lagi?" Hertanto mencibir. Wimar sontak menatapnya dengan ekspresi terkejut sekaligus marah. "Apa maksud Ayah? Semua yang kulakukan ini demi keluarga! Aku juga nggak ingin sang putri tertangkap. Jadi, jangan asal bicara!" Hertanto tersenyum dingin, lalu berkata, "Kalau begitu, kenapa kamu nggak langsung menyelamatkannya saja?" Wimar tampak kesal. "Aku sedang berusaha, tapi Saka ini keras kepala. Situasinya agak sulit, jadi aku butuh waktu untuk menghadapinya." Namun, sebelum Wimar bisa melanjutkan, Hertanto sudah lebih dulu menoleh ke arah Saka dan berkata dengan nada datar, "Keluarga Syahrir memang bertindak ceroboh dalam masalah ini. Kami akan memberi kompensasi padamu. Serahkan saja sang putri padaku." Saka tersenyum dan mengangguk. "Oke." Dengan satu gerakan, dia melepaskan Novea, membuat keluarga Syahrir buru-buru menangkapnya. Semua orang tampak bingung. Serius? Semudah ini? Wimar terdiam, tak percaya. Jack pun tak kalah kaget, matanya membelalak. Hertanto berdiri dengan santai, menatap Wimar tanpa ekspresi dan berkata, "Bukannya ini perkara sepele? Cuma satu kalimat, kenapa harus butuh waktu lama?" Wimar terdiam sejenak, lalu menoleh ke Saka dengan terkejut. "Kamu ... " Tadi, Saka sangat keras kepala, tetapi sekarang kenapa tiba-tiba ... "Kamu kenapa? Coba belajar dari ayahmu, bersikap lebih dewasa! Kalau tadi kamu bicara lebih sopan, aku sudah menyerahkannya kepadamu. Tapi, kamu malah bersikeras terus. Kamu benar-benar bodoh." Saka mencibir tanpa ragu. Ekspresi Wimar langsung berubah jelek, seketika merasa ada sesuatu yang tidak beres. Hertanto tiba-tiba berkata dengan nada datar, "Kalau nggak punya kemampuan, jangan coba-coba mengambil alih kekuasaan. Sekarang, kamu buat kekacauan, lalu aku yang harus membereskannya? Mulai sekarang, jangan coba-coba menyentuh kekuasaan keluarga Syahrir." Ucapan itu membuat Wimar tersadar sepenuhnya. Dengan sorot mata yang tajam, dia menatap mereka berdua dan berteriak marah, "Kalian berdua bersekongkol untuk menjatuhkanku, ya?" Bukan hanya dia, semua orang di ruangan itu pun terkejut dan baru menyadari situasi sebenarnya. Jack juga merasa kaget sebelum akhirnya benar-benar memahami apa yang sedang terjadi. Saka tahu bahwa dia tak bisa sembarangan memperlakukan anggota keluarga kerajaan, jadi bagaimanapun tetap harus menyerahkannya. Hanya saja, siapa pun yang menerimanya akan mendapatkan keuntungan besar. Saka jelas sudah memiliki kesepakatan dengan Hertanto. Mereka berdua sama-sama tidak menyukai Wimar sehingga secara diam-diam mereka bekerja sama untuk mempermalukannya. "Wimar, jangan asal bicara. Dia itu ayah kandungmu, mana mungkin dia bekerja sama denganku cuma untuk menjatuhkanmu?" Saka menatap Wimar dengan senyum ringan, lalu berkata, "Atau mungkin, kamu menganggap dirimu sendiri begitu hina sampai-sampai ayahmu pun ingin menyingkirkanmu?" Sindiran itu jelas membuat Wimar marah, tetapi dia tak punya waktu untuk membalas. Dengan tatapan tajam, dia menegur ayahnya, "Berapa kali aku harus bilang? Aku nggak mengincar kekuasaan keluarga Syahrir! Yang kuinginkan adalah mereformasi keluarga ini agar lebih kuat! Apa Ayah benar-benar rela mengorbankan masa depan keluarga demi kekuasaan?" Hertanto memperlihatkan ekspresi dingin dan berkata dengan suara dingin, "Wamir, jaga ucapanmu. Aku ini ayahmu." "Persetan dengan itu!" Bahkan Wimar pun tak bisa menahan amarahnya. Dia menunjuk ke arah Hertanto dan berteriak, "Aku nggak punya ayah yang picik dan nggak punya ambisi sepertimu!" "Aku ini genius keluarga Syahrir! Ayah mau melawanku? Setidaknya tunggu sampai semuanya jelas, baru melawanku! Dengan begitu, aku nggak akan merendahkanmu seperti ini." Dikhianati oleh ayahnya sendiri? Itu bukan sesuatu yang mengejutkan. Dalam perebutan kekuasaan, konflik antara ayah dan anak bukanlah hal baru. Dia sudah terlalu sering melihatnya. Namun, yang paling sulit Wamir terima adalah kenyataan bahwa musuh dari luar masih ada, tetapi ayahnya malah sibuk terlibat dalam pertikaian internal! Hertanto menanggapinya dengan santai. Dia berujar, "Jangan menganggap dirimu terlalu penting. Keluarga Syahrir tetap berjalan meski hilang satu orang. Kalau nggak suka, kembali saja ke Dunia Rohmu. Kalau nggak mau, tenang saja, ada banyak orang yang bersedia melakukannya." Kalimat ini sepertinya pernah dia dengar sebelumnya...

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.