Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Misteri KematiankuMisteri Kematianku
Oleh: Webfic

Bab 469

"Vincent, kamu cuma orang gila yang terlalu bodoh untuk mengambil keputusan. Kamu nggak berhak menjual perusahaan!" Seorang perempuan, entah anak paman atau bibi siapa, langsung meradang. Menantu laki-laki Pak Yahya tidak tampak batang hidungnya. Dia mungkin belum pulih setelah aku menusuknya waktu itu. Beberapa anggota Keluarga Isman yang datang terlihat takut dan bersembunyi di belakang pengawal. Mereka tidak berani terlalu dekat dengan pintu besi karena ada tanda di gerbang: "Awas anjing galak." Xixi menggeram ke arah gerbang, siap menggigit kapan saja. Aku keluar dan melihat Aldi berserta pasangannya juga datang. Merry tidak ikut. Dengar-dengar wajahnya rusak dan dia juga membatalkan pernikahannya dengan anak dari Keluarga Darius. Dia pasti sangat menderita sekarang. Namun, itu adalah karmanya sendiri. "Sanny, Vincent punya gangguan jiwa dan harus diawasi, sedangkan bayi di kandunganmu yang akan menjadi pewaris Keluarga Isman sudah nggak ada lagi. Kamu nggak berhak menjadi pengawas Vincent." Maureen menunjuk ke arahku dan memaki dengan marah, "Aku lihat kamu juga gila. Aku sudah mengajukan pemeriksaan kejiwaan karena aku yakin kamu juga nggak waras." Maureen sudah makin pintar. Pasti ada yang mengajarinya. Dia berniat membuatku menjalani pemeriksaan kejiwaan dan mengecapku sebagai orang gila sehingga hak pengawasan Vincent jatuh ke tangan Pak Yahya. Setelah hak pengawasan Vincent jatuh ke tangan Pak Yahya, dia bisa membeli kembali saham yang dijual dengan alasan Vincent tidak layak mengambil keputusan hukum. Ini benar-benar rencana yang sangat baik. Aku menduga, meskipun aku lolos pemeriksaan, mereka akan menyuap rumah sakit agar memvonisku gila. Mereka berencana mengurungku lagi. "Sanny, sejak kecil, perilakumu memang nggak wajar. Kami sebagai orang tua khawatir sekali sama kondisimu. Kamu bahkan membiarkan anjingmu menggigit adikmu. Perilakumu terlalu agresif." Aldi tak ketinggalan membuka mulut, ikut menuduh Sanny menderita gangguan jiwa. Aku melihat sudah ada ambulans rumah sakit jiwa di belakang mereka. Jika aku marah-marah, langkah mereka selanjutnya pasti menangkapku secara paksa. "IQ Pak Yahya tiba-tiba naik hari ini," ujarku sambil menatap Davin. "Anaknya yang genius sudah pulang, jadi sudah ada yang menasihatinya." Yoga menggaruk-garuk telinganya, merasa bahwa orang-orang ini sangat berisik. Lennon telah memaksa Davin untuk membuat pilihan. Jika aku dibawa ke rumah sakit jiwa, Davin terpaksa memilih untuk bekerja sama dengannya. Orang-orang seperti Pak Yahya hanya bisa berebut kekuasaan dan memikirkan keuntungan di depan mata. Berbeda dengan Lennon yang memiliki visi ke depan. Dia ingin memanjat ke atas dan menggantikan pemimpin sindikat. Dia ingin memutuskan suplai modifikasi gen dan menjadi salah satu dari sedikit orang yang mendapatkan keuntungan dari modifikasi gen. "Sanny, keadaan emosionalmu nggak stabil. Ayo, pulang sama kami. Kami jelas nggak akan menyakiti kamu, 'kan?" Aldi mulai membujukku. Jika aku ikut mereka, mereka mungkin akan menyuntikku dengan obat-obatan yang akan mengacaukan pikiranku. Setelah itu, aku pun akan berakhir di rumah sakit jiwa. Mereka sangat kejam. "Ayah, sepertinya keadaan emosionalmu juga nggak stabil. Jangan-jangan ada yang salah dengan gen keluarga kita? Oh, aku lupa, Ayah nggak punya sperma. Mana mungkin gen kita sama, 'kan?" balasku sambil tersenyum kepada Aldi. Dia menderita masalah kesuburan, spermanya kosong. Itu sebabnya dia meminta bantuan orang tua Shani untuk membantu istrinya mendapatkan bayi tabung. Rupanya perkataanku memancing amarah Aldi. Dia menunjukku dengan berang dan mulai memaki, "Dasar anak kurang ajar! Kamu pikir Vincent bisa melindungimu? Tanpa saham di Perusahaan Isman, dia bukan siapa- siapa." Sambil berbicara, Aldi menendang pintu besi dengan marah. Xixi merasa bahwa Aldi adalah ancaman bagiku. Anjing itu mulai menyalak ke arah pintu besi dan melompat untuk menggigit Aldi. Aldi ketakutan dan jatuh terduduk, lalu menunjuk-nunjuk aku sambil terus mengumpat. "Dokter, kalian lihat sendiri, 'kan? Ada orang gila di sini. Kalian bisa kerja nggak? Cepat bawa orang itu pergi!" Maria ikut berteriak sambil menatap orang-orang dari rumah sakit jiwa. Maria segera membantu Aldi berdiri dan marah-marah padaku, "Sanny, bisa-bisanya kamu bicara begitu sama ayahmu! Biarpun genmu bukan dari kami, aku sudah mengandungmu selama sembilan bulan dan melahirkanmu. Apa kamu sudah nggak punya rasa terima kasih? Membalas budi itu penting. Kamu benar-benar nggak punya perikemanusiaan lagi." "Perikemanusiaan itu untuk manusia. Kalian bukan manusia," balasku dengan tenang.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.