Bab 122
"Kak Yevan, kamu pulang dulu. Aku dan Pak Carlo perlu membahas urusan kerja nanti."
Rosie tidak pandai berbohong. Matanya mengarah ke mana-mana saat berbicara.
Yevan melirik Carlo sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke Rosie.
"Oke, istirahatlah yang cukup. Telepon aku kalau ada apa-apa."
"Baik."
Yevan tidak berlama-lama. Dia menyerahkan segelas air hangat yang dipegangnya pada Rosie, lalu bangkit hendak pergi.
"Mantelmu."
Carlo mengambil mantel hitam yang tersandang pada pundak Rosie.
Yevan tersenyum seraya mengambilnya. Setelah itu, dia mengangguk pada Rosie dan pergi.
Yevan masuk ke dalam lift, menghilang dari pandangan mereka.
Tanpa berkata apa-apa, Carlo melepas mantelnya dan menyampirkannya ke pundak Rosie.
Baru setelah itu, Carlo memeluk Rosie dari belakang.
Sebuah tangan yang membara menyentuh pinggang Rosie, membuat sekujur tubuhnya terasa panas.
Mereka tidak berkomunikasi, hanya duduk dalam kesunyian. Hingga infusnya selesai dan mereka kembali ke mobil.
Keduanya tetap diam.

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda