Bab 183
Suaranya tidak lirih, Carlo, yang tidak jauh darinya bisa mendengarnya.
Carlo mengerutkan kening, meletakkan panggangan yang sedang dipanggangnya dan berlari ke arah Rosie.
Tina menunjuk Rosie dan mengatakan sesuatu, membuat Rosie mundur berulang kali.
Rosie bagaikan bunga kamelia yang bergoyang tidak tentu arah di tengah badai, tanpa pegangan apa pun, bergoyang tidak berdaya hingga akhirnya jatuh dari dahan.
Dengan wajah pucat, Rosie jatuh terlentang, dipeluk oleh tubuh yang kuat dan hangat.
"Rosie!"
Carlo menatap orang yang panik di pelukannya, matanya tidak bernyawa, dipenuhi teror dan ketidakberdayaan.
Tatapan Carlo berubah dingin, matanya meredup saat menatap Tina.
Tina merasakan hawa dingin menjalar di tulang punggungnya karena tatapan itu lalu meraih tangan Ryan dengan ketakutan.
Rosie merasa lemas sekujur tubuh, mencium aroma yang familier.
Rosie merasa jauh lebih tenang, tangannya mencengkeram erat baju Carlo.
"Ayo pulang," kata Rosie dengan terbata-bata.
"Oke." Carlo tanpa ra

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda