Bab 229
Mobil berhenti di sebuah pertanian besar di pinggiran kota.
Pertanian itu menempati seluruh lereng bukit. Tidak hanya megah, tetapi juga merupakan surga di bumi.
Tempat ini dipenuhi dengan berbagai macam bunga dan tanaman dengan gaya pedesaan. Setiap halaman unik dan menawan dengan gaya yang khas.
Jalan setapak yang berliku mengarah ke tempat terpencil di mana ada sebuah ruangan meditasi di antara bunga dan pepohonan. Cahaya dari gunung memanjakan burung-burung dan pantulan di kolam membuat hati menjadi damai.
Ini menggambarkan suasana yang damai.
Julian dan Jessy sedang menunggu di pintu masuk.
Setelah keluar dari mobil, pelayan mengambil kunci Carlo dan mengendarainya pergi.
"Kak Jessy, Kak Julian." Rosie tersenyum seolah tidak ada yang terjadi hari itu.
Seketika Carlo tertegun. Apakah Rosie benar-benar telah memaafkannya?
Apakah wanita itu akan menolak kalau dia mencoba merayunya malam nanti?
Carlo mengerutkan kening, raut wajahnya rumit.
Setelah berbasa-basi sebentar, mereka masuk

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda