Bab 92
Rosie menurut dengan patuh sambil duduk di tepi ranjang.
Pria itu membetulkan letak kacamatanya, lalu menyibakkan rambut yang berlebih ke depan dada wanita itu, sementara sisanya dilepaskan dengan perlahan.
Untung saja, tidak memakan banyak waktu.
Ritsleting akhirnya berhasil diturunkan, semua rambut pun disibakkan ke depan.
Rosie hanya merasakan hawa dingin di punggungnya, tulang belikat pun begitu saja terlihat.
Carlo menekan bibirnya yang tipis, lalu sedikit membuka mulut.
"Rosie."
"Hmm."
Rosie yang baru saja ingin berdiri mendengar suara serak Carlo dari belakang.
"Sore ini aku akan minta izin untukmu."
"Kenapa?"
Dirinya sedikit menoleh, tetapi pria itu tidak terlihat.
Pria itu tidak menjawab, terasa sebuah kecupan panas jatuh di bahunya, lalu memeluknya dari belakang.
Suasana menjadi hening.
Rosie menjadi panik.
Di telinganya jelas terdengar suara napas pria itu.
"Ingin ...."
Kecupannya perlahan naik dari bahu harum sampai ke tepi daun telinga.
...
Gaun rancangan eksklusif itu ter

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda