Bab 1 Meninggalkan Gunung Demi Membatalkan Pernikahan

"Kamu tunangan yang kakek kenalkan buatku?" Gunung Bramu, di depan Kuil Eterna. Zen Xavier melihat wanita di hadapannya. Wanita itu berparas cantik. Kedua matanya terlihat jernih dan cerah. Dia mengenakan rok ketat hingga menampakkan lekuk pinggangnya yang ramping dan menggoda. Namun, Zen sama sekali tidak mengenalnya. "Siapa kamu?" "Aku tunanganmu, Kiara Adiwijaya, Presdir Sky Group." Tunangan? Zen Xavier berpikir sejenak. Pak Tua memang pernah mengatakan kepadanya bahwa dia telah mengatur pertunangan untuknya. "Kamu datang kemari untuk menikah denganku?" "Menikah? Pria pegunungan miskin, jelek, dan kotor sepertimu berani-beraninya mau menikah denganku?" "Sepatu heelsku bahkan seharga enam juta, dan sehelai bajuku saja sudah seharga sepuluh juta. Setiap bulan saja aku sudah menghabiskan puluhan juta hanya untuk perawatan dan kosmetik. Memangnya kamu sanggup membiayayi semua itu?" "Nggak, sih. Aku juga nggak berencana menafkahimu, kok." "Kamu nggak berencana menafkahiku, atau memang kamu nggak punya duit? Aku kemari untuk membatalkan pernikahan kita. Cepat keluarkan surat nikahnya sekarang!" Zen Xavier membuka sebuah kotak pemberian Pak Tua dan melihat isinya. Pria itu sangat terkejut. Pak Tua itu hanya bilang sudah mencarikan tunangan untuknya. Tetapi dia tidak bilang kalau calon tunangannya sebanyak ini? Di dalam kotak itu penuh dengan surat nikah. Semua totalnya ada sembilan. Zen Xavier memeriksa satu per satu surat nikah itu, dan salah satu di antaranya memang terdapat nama Kiara Adiwijaya. Zen mengeluarkan surat-surat nikah itu dan memberikannya pada Kiara. Melihat tumpukan buku nikah di tangan Zen, Kiara mengumpat dengan lantang, "Dasar berengsek!" Kiara segera mengambil buku nikah itu dan merobeknya menjadi berkeping-keping, lalu dia menghempaskannya ke udara, hingga membuat kepingan-kepingan kertas itu terhempas oleh angin. "Surat nikahnya sudah aku hancurkan. Artinya pertunangan kita batal dan kita berdua sudah nggak ada hubungan lagi." Setelah mengatakan itu, Kiara dengan tegas pergi. Derap langkahnya beriringan dengan suara hak sepatu tingginya yang menggelegar. Begitu wanita itu pergi, Zen merasa tenggorokannya terbakar. Begitu panas hingga darah segar keluar dari mulutnya. "Wah …" Kondisi ini terjadi bukan karena pernikahannya dengan Kiara dibatalkan. Melainkan karena salah satu nadi dari tujuh nadi naga yang berada di dalam tubuhnya sudah tidak bisa dikendalikan. Dalam waktu satu tahun, jika dia gagal menemukan rumput penawar racun naga, maka racun naga dalam tubuhnya akan meledak dan nyawanya akan musnah dengan cara yang mengenaskan. Oleh karena itu, dia harus segera turun dari gunung. Dia harus turun gunung untuk mencari rumput penawar racun naga, dan membatalkan semua pernikahan yang diatur oleh Pak Tua. … Suara baja yang beriringan dengan besi melaju cepat melintasi rel kereta. Suara manis sang petugas pun turut menyahut di tengah kebisingan. "Kereta akan segera tiba di Stasiun Bahari Selatan. Mohon persiapkan diri untuk turun." Demi menekan racun naga di dalam tubuhnya, Zen terus melatih keberuntungannya selama dalam perjalanan. Kereta akan segera tiba di stasiun. Zen bangkit berdiri, meregangkan otot-otot tubuhnya, dan beranjak menuju toilet. Namun, tiba-tiba saja kalung tujuh naga di lehernya terjatuh dan bergelinding ke arah lorong gerbong, hingga pada akhirnya kalung itu berhenti tepat di bawah kursi salah satu penumpang. Dia membungkuk, sembari mengulurkan tangan untuk meraih kalung itu. "Argh!" Sebuah jeritan yang menusuk telinga seketika terdengar, membuat Zen refleks mengangkat kepalanya. Tepat di hadapannya, terpampang sepasang kaki ramping yang mulus. Zen lantas terdiam. Sekelibat kilatan putih seketika mengisi pandangan matanya, membuat pria itu kesulitan untuk membuka mata. Klik! Klik! Kiara mengangkat ponselnya dengan marah sembari merekam kejahatan pria nakal di bawahnya. Setelah mengambil foto dan menyimpan bukti, barulah dia menyadari bahwa ternyata pria itu adalah Zen Xavier. "Ternyata kamu. Apa yang kamu lakukan?" "Kalungku jatuh, Aku lagi mencoba memungutnya." "Apanya yang memungut kalung? dasar pria mesum! Kamu kesal karena pernikahan kita batal? makanya kamu sampai mengikutiku kemari, 'kan? Bahkan kamu juga mencoba melecehkanku?" "Aku bahkan nggak tertarik mengikuti kamu. Apalagi melecehkan kamu, lebih nggak sudi!" "Nggak tertarik kamu bilang? Kamu sengaja melempar kalung ke bawah kakiku, 'kan? Jangan kira aku nggak tahu apa yang ada di dalam otakmu itu, dasar pria mesum!" Zen mengabaikannya, dia lalu bangkit berdiri sembari memasukkan kembali kalung itu ke dalam saku dan berbalik pergi. "Berhenti!" "Kenapa lagi?" "Aku peringatkan kamu untuk terakhir kalinya, jangan biarkan siapa pun tahu bahwa kita pernah bertunangan. Kalau sampai ada yang tahu, kamu nggak akan kubiarkan!" "Satu lagi, jangan pernah muncul di hadapanku!" "Kalau sampai kamu berani mengangguku lagi, aku akan membuatmu masuk penjara hanya dengan beberapa foto tadi. Itu cukup untuk membuktikan kesalahanmu." "Ada-ada saja." Pintu keluar. Zen menenteng kantung kulit ular. Sementara di belakangnya, Kiara menenteng tas LV terbaru miliknya. Keduanya terlihat berjalan dalam satu jalur yang sama. "Kenapa kamu masih mengikutiku?" Zen berbalik badan dan berkata dengan malas, "Aku di depan dan kamu di belakang, jelas kamu yang mengikutiku." Tepat saat itu juga, sebuah mobil Rolls-Royce dua warna perlahan mendekat dan berhenti tepat di depannya. Pintu mobil itu terbuka dan menampakkan seorang pria yang tampak berwibawa. Kedua mata Kiara membelalak. Jantungnya mulai berdebar dengan kencang. Ferdian Hartono? Tidak salah lagi. Nomor platnya terdapat lima angka 8. Itu adalah Rolls-Royce milik Keluarga Raharja. Pria itu adalah kepala pelayan Keluarga Raharja, Ferdian Hartono. Dengan penuh jerih payah, Sky Group, perusahaan miliknya, akhirnya berhasil masuk dalam daftar peninjauan Grup Raharja. Adapun kandidat yang terpilih dalam daftar peninjauan akan diumumkan minggu depan. Puluhan tahun mengabdi untuk Keluarga Raharja, Ferdian Hartono sudah menjadi tangan kanan keluarga itu. Jika dapat menjalin hubungan baik dengannya, kemungkinan Sky Group dapat terpilih pasti akan lebih besar. Dengan sepatu hak tinggi yang dikenakannya, Kiara berlari girang dengan wajah penuh harapan menuju Ferdian. "Halo, Kepala Pelayan Ferdian. Aku Kiara Adiwijaya, dari Sky Group." Kiara membungkukkan badannya penuh hormat dan dengan sopan memperkenalkan dirinya kepada Ferdian. Namun, meski sudah berbincang panjang lebar, Kiara merasa frustasi karena Ferdian sama sekali tidak menghiraukannya. Laki-laki itu bahkan mengabaikannya. Punggung yang sudah membungkuk 90 derajat itu bahkan hanya dianggap angin lalu! Wajar saja Ferdian bersikap demikian. Lagi pula, pria itu berstatus sebagai seorang kepala pelayan dari Keluarga Raharja, keluarga paling terkemuka di Kota Bahari. Kiara segera mencari alasan untuk mengurangi rasa malunya. Dia bersiap-siap untuk mengumpat kepada Zen. Pasti karena pria itu dia bisa sesial ini. Karena si katak jelek itu mengikutinya. Kiara pun membalikkan tubuhnya. Tak disangka, dia dikejutkan oleh pemandangan di hadapannya saat ini. Seorang Ferdian Hartono, bisa-bisanya malah membungkuk hormat ke arah si katak Jelek. Kiara merasa bingung. Dia segera mengikuti kedua pria itu dengan langkah kecil untuk menguping pembicaraan mereka. "Permisi, apakah Anda Zen Xavier? Dewa Muda Zen?" "Jangan panggil Dewa Muda, namaku Zen Xavier. Anda siapa, ya?" "Saya kepala pelayan Keluarga Raharja, Ferdian Hartono. Nona saya mengirim saya untuk menjemput Anda. Nona saya bernama Sora Raharja, dia adalah tunangan Anda dan sedang menunggu Anda di rumah." Ferdian mengundang Zen untuk menaiki mobil Rolls-Royce, lalu keduanya pun pergi.
Bab Sebelumnya
1/193Bab selanjutnya

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.

Aturan penggunaanKebijakan pribadi