Bab 2 Mempermalukan Diri Sendiri

Kiara terdiam di tempat. Asap mobil disertai abu kotor menerpa wajahnya. Ditambah ban mobil yang melaju, menerbangkan debu hingga mengotori sekujur tubuhnya. Sepatu hak tinggi seharga enam juta, dan gaun seharga sepuluh juta yang dikenakannya seketika berubah menjadi seonggok dagangan rongsokan. Wajahnya yang dihiasi kosmetik mahal pun seketika luntur menampakkan wajah abu yang kusam. Sora Raharja adalah tunangan Zen Xavier? Bahkan sampai menyuruh Ferdian Hartono untuk menjemputnya? Sampai-sampai Zen dipanggil Dewa Muda? Bisa-bisanya si katak Jelek dari pegunungan itu disebut dewa muda? Pria itu hanya seorang dewa muda gadungan yang kerjaannya hanya menipu! Sora Raharja tidak mungkin menikah dengannya. Wanita itu pasti memikirkan hal yang sama dengannya untuk bercerai dengan Zen Xavier. Benar, Sora pasti akan bercerai dengan Zen! Kiara tertimpa semua kesialan ini gara-gara si katak Jelek itu! Jelas Zen harus membayar perbuatannya ini! Setengah jam kemudian, Rolls-Royce memasuki kompleks vila megah milik Keluarga Raharja yang luasnya mencapai ribuan hektar. Area vila dihiasi dengan aliran sungai yang mengalir, pepohonan hijau, dan suara merdu kicauan burung yang disertai aroma harum bunga. Dalam sekali pandang, setiap sisi terlihat begitu indah. Membuat siapa pun yang menatapnya terpesona. Inilah surga dunia di pusat Kota Bahari, kompleks eksklusif milik sebuah keluarga elite. Ferdian mempersilakan Zen duduk di ruang tamu dan menyeduh secangkir teh hijau untuknya. Tuk-tuk-tuk! Suara yang berasal dari sepatu berhak tinggi terdengar menghampiri ruangan. Tak lama, seorang wanita cantik muncul bersamaan dengan iringan suara itu. Wanita itu sangat cantik. Saking cantiknya, tidak ada kata yang bisa mendeskripsikan kecantikannya. Wanita itu adalah Sora Raharja, putri tunggal Keluarga Raharja. Presdir perempuan Grup Raharja serta wanita tercantik di Kota Bahari. Hanya dalam sekali pandang, Zen langsung terpesona hingga dia hanya mampu mematung. "Kamu yang namanya Zen Xavier? Tunanganku?" "Eh … iya." Zen kembali tersadar. Zen sudah pernah ditolak sekali oleh seorang wanita. Tidak boleh ada wanita yang menolaknya lagi. Maka dari itu, dia segera memberikan surat nikah kepada Sora Raharja. "Kamu mencariku untuk membatalkan pernikahan denganku, 'kan? Ini buku nikahnya, aku akan membatalkan pernikahan kita. Mulai sekarang kita nggak terikat hubungan apa-apa. Jangan khawatir, aku nggak akan muncul di hadapanmu lagi, dan nggak akan membocorkan berita bahwa aku adalah mantan tunanganmu." "Memangnya kapan aku bilang mau membatalkan pernikahan?" "Kamu mau menikah denganku?" "Perjanjian pernikahan ini dibuat oleh Kakek. Aku akan menghormati keputusannya untuk menikah denganmu. Besok kita akan mendaftarkan pernikahan. Tapi sebelum itu, kita harus membuat perjanjian." "Perjanjian apa?" "Aku mau menikah denganmu hanya karena perjanjian ini. Bukan karena aku mencintaimu. Pesta pernikahan nggak akan diadakan, dan nggak boleh ada yang tahu hubungan ini. Di luar, kamu akan menjadi asistenku, jadi kamu harus panggil aku Bu Sora." "Selain itu, aku akan memberimu masa percobaan selama satu tahun. Jika dalam satu tahun kamu bisa membuatku jatuh cinta, kita akan mengadakan pesta pernikahan dan menjadi pasangan suami istri yang sejati." "Tapi, jika dalam setahun itu kamu gagal, dan aku masih nggak suka sama kamu, kita akan bercerai." "Oh, satu lagi. Aku nggak perlu mas kawin lain. Aku hanya memerlukan satu hal, tumbuhan yang kusut, layu dan jelek itu, kalau nggak salah namanya rumput penawar racun naga." Wanita ini meminta rumput penawar racun naga sebagai mas kawin? Mendengarnya, membuat mata Zen Xavier tiba-tiba berkilaun, dan menjadi sangat bersemangat. "Bagaimana kalau setelah satu tahun kamu masih nggak suka sama aku? apa boleh rumput penawar racun naga itu kujadikan kenang-kenangan?" "Lagi pula, kamu bilang tumbuhan itu jelek dan layu. Jadi lebih baik berikan saja padaku, sebagai kenang-kenangan." "Nggak boleh! Itu mas kawinku! Tumbuhan itu harus kubawa untuk menikah dengan pria yang menyayangiku." Zen Xavier, "..." Tepat di saat itu, ponsel Sora berdering. "Apa? Aku segera ke sana!" Setelah menutup panggilan, Sora segera berujar, "Kakek sedang sekarat, cepat ikut aku ke rumah sakit!" "Baik." Zen mengambil kantung kulit ularnya yang kotor seolah sedang mengangkat sebuah harta karun. "Untuk apa kamu membawa kantong itu? nggak akan ada yang mau mencurinya." "Mana tahu bisa berguna." Sora tak bisa berkata-kata dan memilih untuk mengabaikan pria itu. Pintu ruang gawat darurat di rumah sakit pusat. Terlihat seorang wanita cantik berpakaian formal mondar-mandir penuh gelisah. Dia adalah sekretaris Sora, Jelita Rahardjo. Sesampainya Sora dan Zen di tempat, pintu ruang UGD terbuka, menampakkan sekelompok orang berjas putih. "Direktur Rumah Sakit Jordi, bagaimana kondisi Kakek?" "Kami sudah berusaha sebaik mungkin, tetapi kami tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi kakek masih bernafas. Kalau kamu mengundang Tabib Sakti Yasa, mungkin dia bisa hidup kembali." "Tabib Sakti Yasa?" "Yasa Asyraf sangat sakti, dia bisa menyelamatkan nyawa seseorang. Orang-orang bahkan menyebutnya pengganti Tuhan." "Yasa Asyraf adalah dokter terbaik di Kota Bahari. Tetapi dia sudah menutup diri selama tiga tahun. Sangat sulit untuk meminta bantuannya." Direktur Rumah Sakit Jordi baru saja menyelesaikan kalimatnya. "Tabib Sakti Yasa sudah datang." Gideon Mahatirta membawa seorang pria tua, dan pria tua itu adalah Yasa Asyraf. Pria itu mengenakan jubah panjang. Penampilannya sangat mengundang perhatian. Yang pertama kali dilakukan Yasa Asyraf saat berjalan ke sisi tempat tidur orang yang sakit, ialah mengangkat kelopak mata Yudha Raharja dan meraba denyut nadinya. "Tabib Sakti Yasa, bagaimana kondisi Kakek?" "Kondisinya buruk. Tapi kalau menggunakan Pengobatan Sembilan Jarum Sakti yang diwariskan oleh leluhurku, dia bisa diselamatkan." "Tolong, Tabib Sakti Yasa, kumohon selamatkan Kakek. Asalkan Anda bisa menyelamatkannya, Keluarga Raharja pasti akan memberikan imbalan yang besar." "Nona Sora, aku adalah tamu Tuan Gideon. Kakekmu bisa diselamatkan atau nggak, semua tergantung pada keinginan Tuan Gideon." Gideon Mahatirta berdiri dengan bangga, sembari menampakkan raut wajah sombong. "Sora Raharja, kamu tahu apa yang aku mau. Asalkan kamu setuju menikah denganku, aku akan segera meminta bantuan Tabib Sakti Yasa untuk menyelamatkan kakekmu." "Tapi, kalau kamu menolak, Tabib Sakti Yasa pasti nggak akan bertindak, dan kakekmu tinggal menunggu ajalnya. Kakekmu itu layaknya langit untuk Keluarga Raharja, kalau sampai sesuatu yang buruk terjadi padanya, Keluarga Raharja pasti akan hancur."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.

Aturan penggunaanKebijakan pribadi