Bab 87
Candra mengangguk secara refleks. "Baik, Kak Reya."
Dreya melangkah cepat masuk ke ruang pemeriksaan, menunggu kedatangan pasien berikutnya.
Javi tampak sangat kesal.
Sejak kapan wanita ini jadi begitu tajam lidahnya?
Menghujat tanpa menggunakan kata-kata kasar ...
"Apa Bapak nggak enak badan? Kalau nggak, mohon silakan pergi, jangan sampai mengganggu proses pemeriksaan kami. Pasien adalah prioritas utama, mohon pengertiannya."
Javi menatap Candra dengan sorot mata yang semakin gelap dan penuh amarah.
Dia bertanya-tanya dalam hati, dari mana Dreya bisa menemukan bawahan yang begitu patuh?
Javi mendengus dingin, menatap tajam Candra, lalu keluar dari klinik tanpa sepatah kata pun.
Dreya mendengar suara ketukan, lalu menoleh ke arah pintu.
Candra membuka pintu geser, menyembulkan kepalanya dan berkata, "Kak Reya, orangnya sudah pergi."
"Baik, makasih ya."
Dreya tersenyum lembut.
Candra melepas masker, bersandar di pintu, lalu bertanya pelan, "Tadi itu, suami Kak Reya?"
"Ya." Dreya menund

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda