Bab 817
"Baik, Pak Arman!"
Farid melangkah maju.
Tekanan yang begitu besar membuat Adrian terkejut. Ekspresi wajahnya berubah drastis dan jantungnya berdetak dengan cepat.
"Pak Farid, ayahku ... ada di bawah. Kalau dia melihatku mati, dia ... nggak akan melepaskan kalian!"
Adrian adalah orang yang tampak kuat, tetapi sebenarnya dia lemah.
Namun, suaranya yang gemetar sudah menunjukkan ketakutan di dalam hatinya.
"Haha! Kebetulan dia juga datang hari ini. Pak Arman memang berniat tidak membiarkannya pulang."
Farid tersenyum dingin.
"Apa?"
Adrian menatap dengan tajam.
Adrian menatap Arman, kemudian menatap Farid dengan ekspresi tidak percaya. "Ka ... kamu bilang, bocah itu memberi ide agar ayahku datang ke Paviliun Sembilan Arah hari ini?"
"Benar."
Farid berkata dengan nada sinis, "Kalau begitu, menurut kalian, kenapa aku bersedia bertemu dengan kalian?"
Adrian merasa sangat terkejut.
Pada saat ini, Adrian pun mengerti.
Ternyata, Farid menyetujui untuk bertemu bukan karena menghormati ayahnya,

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda