Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 14

Di depan pintu kamar Hotel Mahoni, tempat Regi berada. Rosa berdiri di depan pintu, menarik napas dalam-dalam, lalu mengetuk pintu. Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Regi yang terlihat mabuk memandangi Rosa, lalu tanpa berkata apa-apa langsung menarik tangan Rosa dan membawanya masuk ke dalam kamar. Kemudian, Regi langsung memeluk Rosa secara paksa dan berusaha menciumnya. Rosa melawan mati-matian dengan perjuangan keras, dan akhirnya menendang Regi dengan keras sehingga dia melepaskannya. Regi menatap Rosa yang terlihat panik, dan ekspresinya berubah makin mengerikan. "Dasar wanita murahan! Kita sudah mau tunangan, dan kamu akan jadi istriku. Tapi sekarang kamu masih berani menolakku? Kamu cari mati, ya?" "Jangan pura‑pura suci! Kamu kira aku nggak tahu ada orang lain di hatimu?" "Kalau kamu pikir aku diam saja, kamu salah besar. Hari ini, kamu harus jadi milikku, atau kubuat kamu nggak berdaya sampai nggak bisa keluar rumah." Setelah mengatakan itu, Regi kembali menerjang ke arah Rosa, berusaha memaksanya untuk berhubungan dengannya. Namun Rosa tetap melawan sekuat tenaga, dan air matanya terus mengalir tanpa henti. "Regi, apa yang sebenarnya kamu mau? Aku mohon padamu ... tolong, biarkan aku tetap punya sedikit harga diri. Aku mohon." Rosa tiba-tiba mendorong Regi, lalu berjongkok di sudut sambil menangis tersedu-sedu. Melihat bekas cakaran Rosa di wajahnya, Regi semakin marah. "Dasar wanita jalang! Di saat aku menyentuhmu, kamu menolakku mati-matian. Tapi di belakangku, kamu malah bersenang-senang di ranjang orang lain. Kamu berani mengkhianatiku? Kamu ingin cari masalah denganku? Dengar, seluruh keluargamu juga akan menanggung akibatnya." Setelah berkata demikian, Regi langsung melangkah maju, menjambak rambut Rosa dengan kasar, dan menariknya hingga berdiri. Rosa meringis kesakitan hingga air matanya mengalir, dan banyak rambutnya yang tercabut. "Katakan, siapa pria itu? Jangan kira aku nggak tahu atau nggak bisa cari tahu! Begitu kutemukan dia, akan kupatahkan tangan dan kakinya di depanmu! Lalu kita lihat, apa kamu masih berani bersamanya." "Dasar wanita kotor! Kenapa kamu nggak mau kusentuh? Kurang cinta apa aku padamu? Kurang baik apa aku padamu? Kamu malah menyakiti aku seperti ini! Baiklah, hari ini akan kutunjukkan siapa aku sebenarnya, dan bagaimana seharusnya kamu bersikap di depanku!" Setelah itu, Regi langsung menampar wajah Rosa dengan keras hingga meninggalkan bekas lima jari yang jelas di pipinya yang putih dan halus. Namun, ini belum selesai. Tampaknya Regi masih belum puas. Dia menarik rambut Rosa dan mulai menamparnya tanpa henti. Tidak lama kemudian, seluruh wajah Rosa menjadi bengkak dan merah, dengan darah mengalir dari sudut mulutnya. Dia terlihat sangat menyedihkan. "Janji padaku, kamu akan memutuskan hubungan dengan pria berengsek itu! Sekarang, berlutut di hadapanku dan minta maaf! Beri tahu aku siapa dia, dan aku akan melepaskanmu. Kalau nggak, hari ini aku akan memukulmu sampai mati!" Meski sudah dipukul hingga hidung dan mulutnya berdarah, dan wajahnya lebam, bibir Rosa tetap terkunci rapat. Dia tahu, jika dia mengungkapkan siapa Axel, Regi akan berhenti memukulinya. Tapi, dengan sifat Regi yang temperamental, dia pasti akan langsung mengumpulkan orang untuk menyerang Axel. Jika itu terjadi, Axel benar-benar akan berada dalam bahaya besar. Karena itu, Rosa tidak akan mengatakannya. Dia sama sekali tidak mau melihat Axel celaka, apalagi karena dirinya. "Regi, kalau berani, bunuh saja aku. Sudah kubilang, aku nggak punya hubungan tak senonoh dengan siapa pun. Kamu saja yang terlalu berpikir berlebihan." "Lagipula, dua hari lagi kita akan bertunangan. Kalau mau memukul, pukul saja. Kalau sampai aku nggak bisa keluar rumah, kamu puas, 'kan? Tapi bukankah reputasi Keluarga Tanoko juga akan tercoreng?" Melihat Rosa tidak hanya diam tetapi malah membantah, Regi langsung naik pitam. Dia menarik rambut Rosa dan melemparkannya ke lantai dengan kasar, lalu terus menendangi tubuhnya. Pemandangan ini membuat siapa pun yang melihatnya merasa ngeri. Menganiaya seperti ini bisa membunuh seseorang. Pria dewasa yang disiksa seperti itu pun pasti akan sangat kesakitan, apalagi Rosa yang lemah lembut seperti ini. Tapi Regi tidak peduli. Dia terus menendang dan memukul tubuh Rosa sampai akhirnya Rosa pingsan dan seluruh tubuhnya lebam. Baru kemudian amarah Regi mereda. "Bangun, jangan pura-pura mati di depanku. Kalau kamu berani melakukan itu, aku benar-benar akan membunuhmu." Regi menendang-nendang Rosa yang terbaring di lantai, tetapi Rosa sama sekali tidak bereaksi. Baru kemudian Regi merasa gugup. Dia berjongkok dan meraba napas Rosa. Saat merasakan Rosa masih bernapas, Regi akhirnya merasa lega. Kalau Rosa sampai tewas karena dipukuli, urusannya pasti akan sangat sulit, tidak peduli apakah Regi benar‑benar menyesal atau tidak. Bagaimanapun juga, Keluarga Burhan masih memiliki kekuatan untuk melawan. Memukuli Rosa masih bisa dimaafkan, tapi membunuhnya benar-benar akan memutus hubungan dan menjadi musuh. Nantinya, dia sendiri juga akan mendapat masalah. Dengan tatapan penuh kebencian kepada Rosa, Regi berkata, "Wanita jalang, kamu pikir kamu bisa melindungi pria itu diam-diam? Jangan mimpi." "Hari ini, aku akan melepaskanmu. Setelah kamu sembuh, aku akan menghabisi pria itu di hadapanmu, biar kamu menyaksikannya sendiri." Setelah mengatakan itu, Regi menelepon ambulans lalu menyuruh bawahannya segera ke hotel untuk membawa Rosa ke rumah sakit. Sementara Regi sendiri malah langsung tidur nyenyak di tempat tidur, bahkan tidak mau ikut ke rumah sakit. Sementara itu, di ruang VIP Rumah Sakit Jermada. Doni Warsana dibawa ke rumah sakit karena kondisinya tiba-tiba memburuk. Ari, sebagai kepala Keluarga Warsana, tampak sangat gelisah saat ini. Hampir seluruh anggota Keluarga Warsana memenuhi lorong rumah sakit. Melihat semua orang terus berbicara tanpa henti, Ari tidak bisa menahan amarahnya. "Diam semuanya! Jangan menambah masalah di sini. Sebaiknya kalian semua pulang." Di Keluarga Warsana, Ari dikenal sebagai kepala keluarga yang tegas. Saat dia marah, tidak ada yang berani melawan. Terutama dalam hal yang berkaitan dengan kesehatan Doni, semua orang harus berhati-hati. Dia juga dikenal sebagai anak yang berbakti. Demi Doni, dia rela mengorbankan segalanya bahkan nyawanya. Baik di Kota Jermada maupun di seluruh Provinsi Tanjara, orang-orang di berbagai bidang yang mengenal Ari punya banyak pendapat tentangnya. Ada yang menganggapnya kejam, ada yang bilang licik, semuanya beragam. Namun satu hal yang pasti, tak seorang pun menyebutnya tidak berbakti. Semua orang mengakui bahwa dia adalah seorang anak yang sangat menyayangi keluarganya. Setelah semua orang pergi, hanya orang-orang penting yang tetap berada di lorong. Ari menatap Bima dan tidak bisa menahan diri lagi. "Pak Bima, kita harus segera menelepon Dokter Ahli itu. Tiga hari itu terlalu lama, Ayah benar-benar nggak bisa menunggu."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.