Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 6

Saat itu, semua orang di dalam ruangan langsung terdiam. Axel bukan hanya kejam, tapi benar-benar tak mengenal belas kasihan, bahkan terhadap keluarga sendiri. Tak peduli bagaimana mereka nanti membalas dendam, untuk sekarang, tak seorang pun berani bersuara. Mereka hanya bisa diam dan menurut. Jessi menutupi wajahnya yang bengkak. Dia segera menelepon Clara dan menceritakan seluruh kejadian mengerikan itu, mulai dari bagaimana Axel memperlakukan adiknya dengan buruk, bahkan menamparnya sendiri. Clara hampir tak percaya dengan apa yang didengarnya, tapi itulah kenyataannya. Melihat Jessi selesai menelepon, Axel duduk di sofa, menuangkan segelas air untuk dirinya sendiri, dan berkata dengan tenang, "Kalau begitu, aku akan menunggunya datang untuk menjemput adiknya." Jessi masih ingin berkata kasar, tetapi mengingat bekas telapak tangan yang masih terasa perih di wajahnya, dia tidak berani mengucapkan sepatah kata pun. Axel sekarang seperti orang gila yang kehilangan semua harapan dan terjebak dalam keputusasaan. Dalam pandangan Jessi, Axel sudah benar-benar putus asa dan membiarkan semuanya hancur. Sementara itu, Clara sedang berada di kantor. Setelah mengetahui situasi ini, dia langsung dilanda amarah yang meluap-luap. Dia langsung mengambil telepon di atas meja dan memerintah dengan penuh kemarahan. "Kumpulkan semua pengawal dan petugas keamanan, lalu tunggu di bawah!" Setelah mengatakan itu, dia langsung mematikan telepon. Melihat surat cerai yang masih tergeletak di atas meja, Clara berteriak dengan suara rendah, "Axel, awalnya aku masih ingin menghormatimu agar kita berpisah baik-baik. Tapi sekarang, kamu benar-benar keras kepala dan semakin menjadi-jadi." "Beraninya kamu memukul adikku, bahkan memukul wanita seperti Jessi. Rupanya selama tiga tahun di penjara, kamu nggak belajar apa-apa selain berkelahi dan bertindak kasar." "Kalau begitu, akan kubuat kamu benar-benar mengerti kalau kamu nggak ada apa-apanya!" Setelah melampiaskan kemarahannya, Clara langsung keluar dengan wajah merah padam. Saat ini, semua pengawal pribadinya dan 20 anggota keamanan perusahaan sudah menunggu di lantai bawah. Setelah Clara tiba, rombongan segera berangkat dengan iringan mobil menuju rumah Axel. Saat mereka sampai, Clara awalnya mengira Jessi hanya sedikit berlebihan. Namun begitu melihat bekas tamparan di wajah Jessi dan adiknya yang terbaring lemah di lantai, nyaris tak dikenali dan tak berani bangkit, kemarahan Clara langsung memuncak. Terutama ketika dia melihat Axel yang melakukan semua ini justru duduk tenang di sofa sambil minum teh, kemarahannya sama sekali tidak bisa dikendalikan. "Axel, kamu benar-benar berengsek!" Clara berjalan menghampiri Axel dan langsung menampar gelas teh di tangan Axel. Sambil menunjuk ke arahnya, dia berteriak marah. "Aku tahu kamu sedih karena bercerai denganku, tapi beraninya kamu memukul adikku seperti ini. Kamu benar-benar bajingan yang nggak berperasaan!" Bajingan? Melihat Clara yang langsung menyalahkannya, Axel hanya menatapnya dengan ekspresi datar, namun hatinya dipenuhi kesedihan. Apakah wanita dengan wajah garang seperti harimau betina yang mengamuk ini benar-benar orang yang dulu dia cintai, sampai rela masuk penjara demi dirinya? Tiga tahun tidak bisa dibilang lama, tapi juga tidak sebentar. Namun, bagaimana bisa tiga tahun itu mengubah seseorang menjadi benar-benar asing? Apakah ini semata‑mata karena perubahan waktu ... Atau karena seseorang benar‑benar berubah total ketika memiliki harta dan kekuasaan? Axel tidak tahu, tapi dia sadar satu hal. Mungkin Clara memang bukan lagi Clara yang dulu. Perlahan dia berdiri, menatap lebih dari dua puluh petugas keamanan yang datang bersama Clara. Tak ada sedikit pun rasa takut dalam dirinya. Namun, ketika dia melihat wajah Clara yang dipenuhi amarah seolah ingin membunuhnya, yang muncul di hatinya justru hanya rasa sedih. "Clara, sebaiknya kamu pahami dulu, ini di mana?" "Apa kamu pikir aku memukul adikmu hanya karena suasana hatiku sedang buruk? Kalau kamu punya mata, kamu pasti bisa melihat yang datang membuat masalah justru adikmu. Apa aku harus pasrah begitu saja dan membiarkan adikmu memukul dan memarahiku?" Semua orang yang melihat pasti langsung paham kebenarannya. Ini adalah rumah Axel, dan Kevin datang ke sini untuk membuat masalah. Tapi bagaimana pun faktanya, Clara tidak akan peduli. Dia hanya peduli bahwa adiknya dipukul hingga luka berat oleh Axel, dan itulah yang paling membuatnya marah. Kevin adalah adik kandungnya. "Axel, meskipun Kevin melakukan kesalahan, bukan hakmu untuk menghukumnya. Kamu pikir kamu siapa? Aku sudah menghormatimu dengan bercerai baik-baik, tapi kamu malah nggak tahu diri?" Melihat Clara semakin berkata kasar, mata Axel perlahan dipenuhi kemarahan. Mereka semua benar-benar keluarga yang hebat. Axel telah memberikan segalanya untuk mereka, tapi justru berakhir seperti ini. Sungguh menyedihkan dan memprihatinkan. "Clara, apa kamu nggak menyesal telah berubah menjadi seperti ini?" "Memutarbalikkan fakta, nggak bisa membedakan benar dan salah, nggak tahu berterima kasih, apakah kamu masih memiliki sedikit bayangan Clara yang dulu?" Sebelum Axel selesai berbicara, Clara langsung berteriak marah, "Apa yang istimewa dari Clara yang dulu? Axel, penjara membuatmu benar-benar bodoh. Manusia pasti berubah." "Clara yang dulu miskin, lemah, dan nggak berdaya. Selain hatinya yang baik, nggak ada lagi yang tersisa. Nggak akan ada lagi Clara yang dulu. Kalau kamu ingin bernostalgia, lakukan sendiri di tempatmu. Sekarang, sudah nggak ada hubungan apa pun di antara kita. Jangan sampai aku melihatmu lagi, ini kesempatan terakhirku untuk memperingatkanmu." "Dan kamu bilang aku nggak tahu berterima kasih? Oke, hari ini aku akan benar-benar memutuskan semua hubungan denganmu. Lebih baik kamu segera pindah dan meninggalkan Jermada. Hari ini aku bisa melepaskanmu, tapi adikku dan keluargaku nggak akan membiarkanmu pergi." "Cepat pergi, anggap saja aku telah mengembalikan semua yang pernah kuutang padamu." "Dan satu hal lagi, uang serta properti yang dulu aku janjikan akan kuberikan padamu setelah perceraian, sebaiknya kamu lupakan saja. Kamu nggak pantas menerima sepeser pun dariku. Aku sudah nggak punya sedikit pun rasa nostalgia atau perasaan untukmu, dan kamu sama sekali nggak layak mendapatkan hartaku." "Membiarkanmu tetap hidup sudah merupakan anugerah terbesarku untukmu. Jadi, pergilah sekarang." Pada akhirnya, Clara malah membicarakan uang, membuat Axel merasa sedih sekaligus geli. Dari awal sampai akhir, apakah Axel pernah meminta sepeser pun dari Clara? Semua ini hanyalah anggapan Clara sendiri. Axel juga sudah mengatakan dengan jelas bahwa dia tidak akan mengambil sedikit pun milik Clara. Mengapa tidak ada yang percaya? Sebenarnya mereka menganggap Axel apa? "Oke, aku mau lihat, sebenarnya kemampuan apa yang kalian punya sampai berani melawanku." "Aku sudah bilang, kamulah yang membawa adikmu pergi. Aku tetap akan tinggal di sini. Siapa pun yang nggak suka, silakan datang dan lihat apa yang bisa mereka lakukan padaku." "Sekarang, aku nggak mau melihatmu lagi. Kamu membuatku jijik. Ini rumahku, kamulah yang harus pergi, Clara." Setelah berkata demikian, Axel menunjuk ke pintu dan berteriak marah, "Pergi dari sini sekarang juga!"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.