Bab 186
Salim, putra yang Lidya besarkan dengan segala jerih payah, bertingkah seperti anak kecil yang patuh setiap kali bersama istrinya.
'Marsha nggak suka sama aku dan sering memandangku rendah!'
'Sedangkan Salim sama sekali nggak jantan!' gerutu Lidya dalam hati.
Lidya terus merasa cemas, takut Sandy akan mengikuti jejak Salim. Namun, ingatannya tentang menantunya yang terlalu fokus pada pekerjaan dan memiliki sifat yang dingin, membuatnya khawatir Sandy akan menjadi seperti Marsha.
Alhasil ...
Lidya akan selalu mengkhawatirkan semuanya!
Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam.
Sandy melangkah masuk ke rumah lama keluarga Febrianto.
Sejak menikah dan mengambil alih perusahaan, baik Lidya maupun orang tuanya jarang memanggilnya pulang. Namun, kali ini suasananya berbeda.
Sandy masuk ke vila dengan tergesa-gesa, raut wajahnya terlihat gelisah. "Nenek, Ayah, ada apa ini?" tanyanya tanpa basa-basi.
Salim menyodorkan secangkir teh yang baru dituangkan ke meja. "Ini soal rumah hadiah pernikahanmu

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda