Bab 205
Sandy tetap tenang, kedua tangan dimasukkan ke saku, berdiri di pintu tanpa memberi jalan. Dia bertanya, "Nenek, ada urusan apa tiba-tiba ke sini?"
"Kalau nggak ada urusan, apa aku nggak boleh ke sini?" Nyonya Lidya langsung menyadari, cucunya tidak ingin dia masuk.
Namun, dia justru ingin masuk. "Aku mau melihat Lily. Minggir!"
Lily berdiri di area koridor pintu masuk. Perkataan Nyonya Lidya membuat rasa bersalah dan kebingungannya makin rumit.
Apa Sandy tidak memberi tahu neneknya soal perceraian mereka?
Kenapa dia tidak mengatakan apa-apa?
"Minggir!" Nyonya Lidya menggunakan tongkatnya untuk memukul kaki Sandy dengan keras.
Sandy mengerang pelan, lalu berbalik dan berjalan masuk ke rumah.
Dia menarik Lily yang tengah berdiri di koridor, menggiring ke ruang makan, dan menekan tubuhnya ke dinding.
"Aku belum bilang soal perceraian."
"Kenapa kamu nggak bilang tentang perceraian kita?"
Keduanya bicara pada waktu yang hampir bersamaan, dengan suara yang ditekan rendah.
Aroma tembakau ber

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda