Bab 462
Namun, jika Lily bersikeras ingin pergi, bukankah pada akhirnya Sandy akan berakhir hidup sebatang kara?
Lidya mendongak, menatap tajam ke arah Salim dan Marsha. Dia lalu menghela napas panjang, penuh kejengkelan. "Ternyata langit benar-benar mau menghancurkan keluarga ini! Sudahlah, aku bakal balik ke kamarku dan memohon restu ke para leluhur. Kalian berdua mending makan dan tidur lebih cepat. Kalau memang sudah nggak ada harapan lagi, mending kalian punya anak kedua!"
"Ibu!" seru Salim tak berdaya. Dia segera menopang tubuh Lidya, membantunya berdiri. Lalu, dengan penuh kesabaran mengantarnya kembali ke kamar. "Bukan berarti kita nggak bisa omongin soal anak kedua, tapi kita juga nggak boleh nyerah sama Sandy."
Lidya menghentikan langkahnya sejenak, menatap Salim dengan mata penuh emosi, lalu tanpa peringatan wanita tua itu menendang kakinya. "Apa gunanya membahas ini sekarang? Urus bocah keras kepala itu dan buat dia sadar!"
Tendangan itu memang tidak keras. Namun, Salim tetap berpu

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda