Bab 4
Kepala Mega berdengung. Hampir saja tidak bisa berdiri tegak!
Mega bergegas ke pemakaman. Dari jauh dia sudah melihat Sandra memerintahkan beberapa pekerja, dan sedang menggali kuburan adiknya, Milana!
Guci abu adiknya sudah dikeluarkan dan dipegang oleh seorang pekerja!
"Berhenti!" teriak Mega dengan mata memelotot. Dia menerjang ke depan dan merebut guci abu adiknya kembali, memeluknya erat-erat di dada. Seluruh tubuhnya gemetar sambil menatap tajam ke arah Sandra. "Sandra! Apa yang ingin kamu lakukan?"
Sandra mengenakan gaun putih polos, tetapi wajahnya dihiasi senyum yang polos sekaligus kejam. "Bu Mega, pas kamu datang. Aku di sini untuk menikahkan adikku dengan adikmu. Belakangan ini, adikku terus bermimpi tentangnya. Dia bilang adikmu kesepian sendirian di alam baka, dan dia sangat nggak tega. Jadi, dia ingin menikahinya, memberinya rumah. Itu lebih baik daripada jadi hantu gentayangan di alam baka."
"Menikah?" Mega hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Kamu gila! Adikku tewas karena ulah adikmu! Sampai mati pun dia membencinya! Beraninya kamu menikahkannya dengan adikmu!"
Sandra meringis, tidak menganggapnya serius. "Bagaimana kamu tahu dia masih membenci adikku? Mungkin saat dia mati, dia sudah 'ditundukkan' oleh adikku? Sekarang ada kesempatan untuk menikah ke keluarga kami dan memiliki suami, bisa saja dia sangat senang di alam baka! Sebagai kakak, mana boleh kamu dengan egois menghalanginya mengejar kebahagiaan?"
"Jangan omong kosong! Kembalikan adikku!" bentak Mega. Tubuhnya gemetar menahan amarah sambil memeluk erat guci abu.
"Serahkan! Waktu baiknya hampir lewat!" Sandra maju dan berusaha merebut guci.
Keduanya mulai bersitegang. Tangan kanan Mega terluka sehingga tidak bertenaga. Dia hanya bisa menggunakan tangan kirinya untuk melindungi guci dengan sekuat tenaga.
Sinar jahat melintas di mata Sandra. Dia mendorong dengan keras ....
"Krang!"
Guci abu yang indah terjatuh dari pelukan Mega dan menghantam tanah dengan keras!
Tutup guci hancur. Abu putih di dalamnya berserakan di tanah dan diterbangkan angin ke mana-mana!
Mega berdiri terpaku di tempat ketika melihat abu adiknya yang berserakan di tanah, seolah-olah jiwanya tercabut dari tubuhnya.
Detik berikutnya, kesedihan dan kemarahan yang terpendam meledak seperti gunung berapi. Mega mengayunkan tangannya, mengerahkan seluruh tenaga untuk menampar Sandra dengan keras!
"Ah!" Sandra menjerit kesakitan dan terjatuh ke tanah.
"Apa yang kalian lakukan!" Terdengar suara dingin yang familier.
John bergegas datang. Melihat Sandra terbaring di tanah, lalu Mega yang wajahnya berlinang air mata dengan ekspresi liar, John mengernyit dan mendorong Mega dengan kasar!
Mega yang tidak siaga terdorong hingga terhuyung beberapa langkah dan hampir terjatuh.
John membantu Sandra berdiri. Melihat pipinya yang merah bengkak, mata John langsung menjadi dingin. "Sandra, apa yang terjadi?"
Sandra langsung bersandar ke pelukannya dan menangis dengan sangat sedih. "John ... adiknya adalah hantu gentayangan, aku bermaksud baik ingin menikahkan adiknya dengan adikku, memberinya sebuah keluarga .... Tapi dia nggak hanya nggak berterima kasih, malah menamparku .... Pipiku sakit sekali ...."
John memeluknya erat dengan penuh kepedulian dan menghiburnya dengan suara lembut. Ketika menatap ke arah Mega, pandangannya sudah sedingin es. "Mega, apa sudah cukup kamu berulah? Sandra bermaksud baik!"
"Bermaksud baik?" Mega memandangi abu adiknya yang berserakan di tanah. Suaranya serak dan parau, penuh keputusasaan yang terasa hingga berdarah. "John! Lihat baik-baik! Ini abu adikku! Abu adikku yang dibunuh oleh adiknya! Kamu mau menikahkannya dengan pemerkosa dan pembunuh? Apa kamu mau membuat adikku nggak bisa beristirahat dengan tenang di alam baka?"
John mengerutkan alis, sepertinya merasa Mega tidak masuk akal. Dia memerintahkan pengawal di belakangnya, "Kumpulkan abunya. Lakukan seperti kata Sandra, kirim untuk pernikahan dan masukkan ke dalam aula pemujaan leluhur Keluarga Jirnan!"
"Nggak! Nggak boleh!" Mega bergegas menyerbu ke depan, ingin merebut kembali abu adiknya. "John! Kamu nggak boleh melakukan ini! Nggak boleh!"
Para pengawal maju menghalanginya. Mega berjuang mati-matian, menangis, memohon, tetapi hanya seperti binatang yang terpojok.
Melihat pekerja mengumpulkan kembali abu yang berserakan, memasukkannya ke dalam guci baru, dan bersiap membawanya pergi, Mega benar-benar kehilangan akal sehat. Mega dengan nekat melepaskan diri dari cekatan pengawal dan menerjang ke arah guci abu!
Tepat saat itu, sebuah mobil yang lewat dari pintu pemakaman tanpa sengaja menabrak Mega karena dia tiba-tiba menerjang!
"Bam!"
Tubuh Mega terlempar seperti layangan putus dan jatuh dengan keras beberapa meter jauhnya. Darah langsung mengalir dari bawah tubuhnya.
Mega terbaring di genangan darah yang dingin. Pandangannya mulai kabur. Seluruh tubuhnya sakit tak tertahankan, tidak bisa bergerak lagi.
Mega hanya bisa memandang dengan putus asa, menyaksikan John melindungi Sandra, melihat orang-orang itu membawa guci abu adiknya, pergi makin jauh dan akhirnya menghilang dari pandangan ....
Dia berpikir, 'Milana ... maaf ... Kakak nggak berguna ... bahkan ketenangan terakhirmu ... tak bisa kujaga ....'
Kegelapan tak berujung akhirnya menelan Mega sepenuhnya.