Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 8

Mega berbalik seketika. Wajahnya dipenuhi air mata dan senyum getir. "John, aku nggak butuh belas kasihanmu! Simpan saja waktu dan kepedulianmu untuk Sandra yang 'baik hati'-mu itu! Aku jijik!" Melihat air mata di wajah Mega, rasa sakit yang tak jelas itu kembali menyergap hati John. Bibirnya bergerak-gerak hendak berkata, tetapi pintu bangsal tiba-tiba didobrak terbuka. Sandra berlari masuk dengan panik. Wajahnya pucat pasi. "John! Gawat! Aku ... aku membuat kesalahan!" Sandra melemparkan diri ke dalam pelukan John. Suaranya membawa isakan tangis. "Tadi dalam perjalanan mencarimu, aku melihat seseorang terkena serangan jantung! Aku ... aku hanya ingin menolong. Aku bilang aku dokter ... tapi ... aku salah tindakan, sepertinya ... sepertinya dia mati karena teknik pertolonganku! Sekarang keluarganya menahanku dan minta aku bertanggung jawab! John, aku sangat takut! Aku hanya bermaksud baik. Itu memang sudah takdirnya, mana bisa disalahkan padaku?" John mengerutkan alis. Dia memeluk Sandra dan menghiburnya dengan suara lembut, "Jangan takut, ada aku. Aku akan urus masalah ganti ruginya." "Tapi mereka nggak mau uang!" Sandra menangis lebih keras lagi. "Mereka bilang harus bayar dengan nyawa! Harus ganti nyawa!" Mendengar itu, sorot mata John berubah suram. Dia menelepon asistennya dan memberi perintah dengan nada dingin, "Urus ini. Lihat apa yang sebenarnya mereka inginkan. Uang bukan masalah." Tak lama kemudian, asisten menelepon kembali. John mengaktifkan pengeras suara. "Pak John, sudah aku negosiasikan. Mereka akhirnya setuju menerima ganti rugi sebesar enam puluh miliar. Tapi ... mereka punya satu syarat." "Katakan." "Kata mereka, yang hilang adalah nyawa manusia, uang saja nggak cukup untuk meredakan kesedihan mereka. Mereka minta ... pelakunya harus datang ke tempat mereka dan membiarkan mereka 'meluapkan amarah' selama tiga hari. Kalau nggak, uangnya nggak akan mereka terima dengan tenang." "Aku nggak mau! John, aku nggak bisa pergi!" teriak Sandra ketakutan sambil memegang manset John dengan erat. "Orang-orang itu galak sekali, mereka pasti akan memukuliku sampai mati!" John memeluk Sandra erat sambil membujuknya dengan suara lembut. Namun, sorot matanya yang penuh pertimbangan menyapu ke arah Mega yang terbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah pucat pasi. John menanyai Sandra dengan suara berat, "Saat itu, apa mereka melihat wajahmu dengan jelas?" Sandra tertegun sejenak, lalu buru-buru menjawab, "Seharusnya ... seharusnya nggak! Aku pakai masker!" John mengangguk. Tatapannya tertuju pada Mega. Nada bicaranya tenang tetapi mengerikan. "Oke. Mega, posturmu mirip dengan Sandra. Kamu yang gantikan dia pergi." Mata Mega membelalak karena tidak percaya. Dia mengira dirinya mendengar halusinasi. "John ... apa katamu?" "Kamu yang gantikan Sandra pergi," ulang John dengan nada datar. "Sandra fisiknya lemah, nggak tahan menerima perlakuan kasar. Kamu yang paling cocok untuk pergi." "Aku nggak mau!" tolak Mega dengan suara parau. Seluruh tubuhnya gemetar. "Atas dasar apa aku harus menggantikannya menerima hukuman? Dialah yang menyebabkan kematian orang!" "Aku bukan sedang bernegosiasi denganmu." Sorot mata John tiba-tiba menjadi dingin, penuh dengan kewibawaan yang tak terbantahkan. "Sandra adalah orang yang paling kusayangi, aku nggak mungkin membiarkannya tersakiti sedikit pun. Sedangkan kamu ...." John tidak melanjutkan perkataannya, tetapi sorot matanya telah mengatakan segalanya. Tepat ketika Mega ingin berbicara lagi, John sudah memberi perintah pada pengawal di pintu. Tidak peduli bagaimana Mega menangis, meronta, atau mengutuk, pada akhirnya dia tetap dibawa secara paksa dan diserahkan kepada keluarga yang berduka serta dipenuhi amarah itu.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.